Petani Gorontalo Resah, Gabah Rentan Rusak Akibat Cuaca Buruk

Hujan deras selama dua pekan di Gorontalo membuat petani padi khawatir kualitas beras menurun. Proses pengeringan terhambat, gabah berisiko berjamur dan rusak.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 04 Feb 2025, 18:00 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2025, 18:00 WIB
Hiruk-pikuk Petani Gorontalo Sambut Musim Panen dengan Bergotong royong
Petani memisahkan gabah saat panen padi di sawah Desa Bube Baru, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo (15/3). Mereka lebih memilih menggunakan tenaga manusia agar Kebersamaan mereka terhaga. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)... Selengkapnya

Liputan6.com, Gorontalo - Hujan yang terus mengguyur wilayah Provinsi Gorontalo selama hampir dua pekan terakhir menyebabkan kekhawatiran di kalangan petani padi sawah. Kondisi cuaca yang basah ini dinilai berdampak negatif pada kualitas hasil panen mereka.

“Kami khawatir kualitas beras menurun akibat gabah yang sulit dikeringkan,” ungkap Renal, salah satu petani di Gorontalo, Sabtu (1/2/2025).

Ia menyebutkan bahwa penurunan kualitas tersebut dapat memengaruhi harga jual beras yang selama ini masih cukup stabil. Para petani daerah di tanah serambi madinah tersebut masih mengandalkan sinar matahari untuk proses pengeringan gabah.

Namun, dengan kondisi cuaca yang mendung sepanjang hari dan hujan yang turun sesekali, proses tersebut menjadi terhambat.

“Biasanya kami jemur gabah di bawah matahari, tapi sekarang dari pagi sampai malam langit mendung terus, bahkan sering hujan,” jelas Renal.

Kondisi ini membuat gabah yang dipanen rentan berjamur. Jika terlalu lama terkena air hujan, gabah yang awalnya layak konsumsi bisa berubah warna dan kualitasnya menurun drastis.

“Kalau sudah berjamur atau kena air, berasnya pasti berubah warna dan tidak bisa digiling dengan baik. Ini jelas merugikan kami,” tambah Renal yang biasa disapa Bang Enal.

Para petani berharap adanya solusi dari pihak terkait, baik berupa teknologi pengeringan alternatif maupun bantuan lainnya agar hasil panen tetap terjaga kualitasnya.

Menurut Renal, permintaan beras dari berbagai suplier saat ini masih tinggi. Namun, jika kondisi cuaca tidak membaik, suplai beras berkualitas dari petani Gorontalo bisa terganggu.

Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi sektor pertanian di Gorontalo yang selama ini menjadi salah satu penopang kebutuhan pangan di wilayah Gorontalo.

Penyebab Hujan Gorontalo

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), La Nina merupakan fenomena penurunan suhu permukaan laut di kawasan Samudra Pasifik tropis.

Kondisi ini diperkirakan berlangsung hingga Mei 2025, memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Gorontalo.

Selain itu, angin Monsun Asia yang bertiup periodik membawa massa udara lembap, memicu pembentukan awan hujan yang menyebabkan hujan berintensitas ringan hingga lebat.

“Kondisi atmosfer di Gorontalo yang cenderung labil semakin mendukung terjadinya hujan lebat,” ujar Muhammad Yandar Saputra, staf Stasiun Klimatologi Gorontalo.

BMKG mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang, terutama di daerah-daerah rawan bencana.

Muhammad Yandar menjelaskan, meskipun curah hujan rata-rata tergolong ringan hingga sedang, potensi cuaca ekstrem tetap harus diantisipasi. Wilayah-wilayah yang rawan banjir dan longsor disebut memiliki risiko lebih tinggi terkena dampak serius.

“Daerah-daerah rawan ini harus menjadi prioritas perhatian, karena curah hujan deras bisa memperburuk kondisi di lokasi tersebut,” tegasnya.

Sebagai langkah antisipasi, BMKG terus memperbarui informasi cuaca melalui aplikasi InfoBMKG, situs resmi BMKG, serta akun media sosial BMKG Gorontalo.

Dengan demikian, masyarakat diharapkan dapat memantau perkembangan cuaca secara real-time dan mempersiapkan diri menghadapi potensi cuaca ekstrem.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya