Liputan6.com, Jakarta - Seni Madihin adalah salah satu seni pertunjukan khas suku Banjar yang telah diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi. Seni ini berupa pertunjukan monolog yang biasanya dibawakan oleh satu atau dua seniman tradisional yang merangkai syair dan pantun dengan iringan gendang khas Banjar Kalimantan Selatan.
Ciri khas utama dari Seni Madihin adalah kemampuannya dalam menyampaikan pesan moral dan sosial dengan cara yang menghibur, menggunakan bahasa yang penuh sindiran halus, humor, dan permainan kata yang cerdas. Pertunjukan ini sering kali dilakukan dalam berbagai acara adat, perayaan, hingga kegiatan formal yang ingin memberikan hiburan bernilai budaya kepada masyarakat.
Sebagai bagian dari tradisi lisan yang berkembang di Kalimantan Selatan, Madihin memiliki struktur khas yang membedakannya dari seni pertunjukan lainnya. Nama Madihin sendiri berasal dari bahasa Arab Madah, yang berarti nasihat atau pujian, mencerminkan fungsi utama seni Madihin Banjar ini dalam menyampaikan pesan-pesan yang membangun bagi audiens.
Advertisement
Baca Juga
Dalam sebuah pertunjukan Madihin, seorang seniman atau kelompok seniman akan mengawali dengan salam pembuka yang khas, diikuti oleh syair-syair yang bertemakan kehidupan sehari-hari, kritik sosial, hingga cerita-cerita jenaka yang dapat menggugah emosi para pendengar.
Instrumen utama yang digunakan dalam pertunjukan Madihin adalah gendang khas Banjar, yang dimainkan dengan ritme yang bervariasi sesuai dengan intonasi dan isi syair yang dilantunkan. Pukulan gendang ini tidak hanya berfungsi sebagai pengiring, tetapi juga sebagai elemen yang memperkuat ekspresi dari penyampaian syair, menciptakan suasana yang dinamis dan interaktif.
Ketika seorang pemadihin (pelaku Madihin) membawakan syair dengan gaya khasnya yang bersemangat, disertai ketukan gendang yang semakin cepat atau melambat sesuai alur cerita, audiens akan semakin terhanyut dalam suasana pertunjukan.
Di tengah gempuran budaya modern dan digitalisasi, eksistensi Madihin tetap bertahan dan bahkan semakin berkembang. Seni ini masih memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Banjarmasin dan sekitarnya, terbukti dengan berbagai ajang budaya yang terus menghadirkannya sebagai bagian dari warisan tradisional yang patut dilestarikan.
Salah satu momen penting dalam perjalanan Madihin di era milenial adalah keterlibatannya dalam acara Ragam Pesona Budaya Banjar 2021 yang disiarkan secara virtual pada 11 Juni 2021.
Tetap Lestari
Penampilan Madihin dalam acara ini menunjukkan bahwa seni tradisional masih mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan menarik perhatian generasi muda.
Selain melalui acara budaya, Madihin juga semakin dikenal luas berkat kehadirannya di media sosial. Para pemadihin modern mulai memanfaatkan platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok untuk membagikan pertunjukan mereka kepada audiens yang lebih luas.
Hal ini memberikan angin segar bagi keberlanjutan seni Madihin, karena anak muda yang mungkin sebelumnya tidak familiar dengan seni ini menjadi lebih mengenalnya melalui konten-konten yang mudah diakses dan dikemas dengan cara yang menarik.
Meski demikian, tantangan tetap ada dalam upaya melestarikan Madihin. Perubahan gaya hidup, arus globalisasi, serta minimnya regenerasi seniman tradisional menjadi beberapa faktor yang perlu diatasi agar seni ini tidak mengalami kepunahan.
Untuk itu, peran aktif berbagai pihak sangat diperlukan, mulai dari pemerintah, komunitas seni, hingga masyarakat umum dalam memberikan ruang bagi Madihin untuk terus berkembang.
Kegiatan-kegiatan seperti festival budaya, pelatihan seni, hingga kompetisi Madihin bagi anak muda dapat menjadi langkah nyata dalam memastikan bahwa seni ini tetap hidup dan relevan di masa mendatang.
Sebagai bagian dari warisan budaya Nusantara, Madihin bukan sekadar hiburan, melainkan juga sebuah media yang mencerminkan kearifan lokal dan nilai-nilai kehidupan masyarakat Banjar.
Dengan terus berinovasi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, seni Madihin memiliki peluang besar untuk tetap eksis dan menjadi kebanggaan masyarakat Kalimantan Selatan. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita semua turut serta dalam menjaga dan mempromosikan seni ini agar tetap lestari di tengah dinamika budaya modern.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement
