Liputan6.com, Yogyakarta - Puasa, sebuah praktik yang telah dilakukan selama ribuan tahun dalam berbagai budaya dan agama. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa puasa memiliki dampak terhadap kesehatan tubuh, terutama melalui proses autophagy.
Proses ini, yang diaktifkan saat tubuh tidak mendapatkan asupan makanan dalam jangka waktu tertentu. Puasa berperan dalam membersihkan sel-sel rusak, mencegah penyakit degeneratif, dan meningkatkan regenerasi jaringan.
Autophagy, yang secara harfiah berarti makan sendiri, adalah mekanisme alami tubuh untuk membersihkan dan mendaur ulang sel-sel yang rusak. Proses ini pertama kali dijelaskan oleh Dr Yoshinori Ohsumi, seorang ilmuwan Jepang yang meraih penghargaan nobel kedokteran pada tahun 2016.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip dari Journal of Islamic Medicine autophagy adalah respons alami tubuh terhadap kondisi kekurangan nutrisi, seperti saat berpuasa. Ketika tubuh tidak mendapatkan asupan makanan, sel-sel mulai memecah komponen-komponennya sendiri yang rusak.
Kemudian sel tersebut mendaur ulangnya menjadi sumber energi dan bahan pembangun sel baru. Saat puasa, tubuh mengalami beberapa fase metabolik.
Dalam 12 jam pertama tanpa makanan, tubuh mulai menguras cadangan glukosa dalam darah dan hati. Setelah itu, tubuh beralih ke pembakaran lemak sebagai sumber energi utama.
Pada fase ini, kadar insulin menurun, sementara hormon pertumbuhan (growth hormone) meningkat. Hormon pertumbuhan ini berperan dalam memperbaiki jaringan dan mendukung regenerasi sel.
Pada jam ke-16 puasa, proses autophagy mulai diaktifkan. Sel-sel yang rusak, protein yang tidak berfungsi, dan organel yang sudah tua dipecah dan didaur ulang.
Proses ini tidak hanya membersihkan sel-sel yang tidak sehat, tetapi juga mencegah akumulasi zat-zat berbahaya seperti racun dan logam berat dalam tubuh. Autophagy juga berperan dalam menghancurkan sel-sel pra-kanker, yang berpotensi berkembang menjadi tumor ganas jika tidak dihilangkan.
Selain membersihkan sel-sel rusak, autophagy juga memiliki efek anti-penuaan. Dengan menghilangkan sel-sel yang sudah tua dan tidak berfungsi, tubuh dapat memproduksi sel-sel baru yang lebih sehat. Hal ini berdampak pada peremajaan jaringan dan organ, serta mengurangi tanda-tanda penuaan.
Penelitian juga menunjukkan bahwa autophagy dapat mengurangi peradangan kronis, yang merupakan akar dari banyak penyakit degeneratif seperti alzheimer, parkinson, dan penyakit jantung. Sistem kekebalan tubuh juga mendapat manfaat dari proses autophagy.
Sel-sel imun yang sudah tua atau rusak digantikan dengan sel-sel baru yang lebih efektif dalam melawan infeksi dan penyakit. Hal ini membuat tubuh lebih tahan terhadap serangan patogen dan meningkatkan respons imun secara keseluruhan.
Penulis: Ade Yofi Faidzun