BUMN Farmasi Rugi Kurs Akibat Rupiah Loyo

Manajemen PT Kimia Farma Tbk menargetkan penjualan tumbuh 18% menjadi Rp 5,35 triliun pada 2014.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 26 Mar 2014, 20:10 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2014, 20:10 WIB
Ilustrasi Laporan Keuangan
(Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Farmasi, PT Kimia Farma Tbk mengeluhkan kondisi pelemahan nilai tukar rupiah yang menembus Rp 12.500 dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini membuat emiten berkode KAEF itu harus menderita kerugian kurs dalam catatan keuangannya.

Sekretaris Perusahaan Kimia Farma, Djoko Rusdiyanto mengatakan, beban keuangan perseroan pada tahun lalu semakin berat karena terjadi depresiasi kurs rupiah.

"Pelemahan rupiah sangat lama di 2013 sampai akhir tahun di level Rp 10.900- Rp 12.500 per dolar AS. Dampaknya belanja bahan baku kami meningkat," terang dia di Jakarta, Rabu (26/3/2014).

Hal itu karena, lanjut Djoko, perusahaan mengasumsikan belanja bahan baku dengan perhitungan kurs rupiah Rp 10.600 per dolar AS. "Karena jadi Rp 12.500 per dolar AS, kami mengalami kerugian kurs Rp 18 miliar saja," ucapnya.

Beruntung, kata dia, Kimia Farma mencatatkan penguatan pasar ekspor obat ke Timor Leste dengan nilai tender awal US$ 10 juta meski yang terealisasi baru US$ 7 juta.

Djoko berharap, kondisi tahun ini menunjukkan arah perubahan, salah satunya dengan penguatan nilai tukar rupiah. Sehingga perseroan tak akan mengalami kerugian terlalu dalam.

"Tapi kami sudah hitung-hitung belanja dengan asumsi kurs Rp 12.000. Jadi kalau ada depresiasi, mudah-mudahan tidak berbeda jauh dengan tahun lalu," paparnya.

Terkait dampak rupiah terhadap kenaikan harga obat, Djoko belum bisa memastikannya. Sebab perseroan masih terus melihat secara periodik kondisi pasar. "Belum bisa tentukan ada kenaikan atau tidak dan berapanya, karena kami selalu tinjau," cetus dia.

Manajemen PT Kimia Farma Tbk menargetkan meraup penjualan Rp 5,35 triliun atau tumbuh 18% pada tahun ini dari realisasi tahun lalu sebesar Rp 4,34 triliun. Sementara laba bersih dipatok meningkat 10% sebesar Rp 235 miliar dari realisasi tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 214,55 miliar.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya