Liputan6.com, New York - Wall Street jatuh terpengaruh pengumuman beberapa data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang ternyata tak sesuai dengan harapan awal. Data ekonomi yang tak sesuai perkiraan tersebut membuat kekhawatiran bahwa Amerika Serikat juga sedang mengalami perlambatan ekonomi seperti yang dialami oleh beberapa negara maju lainnya.
Mengutip Bloomberg, Kamis (2/4/2015), penurunan saham di Wall Street dipimpin oleh saham-saham di sektor kesehatan dan manufaktur. Saham American Airlines Group Inc dan Delta Air Lines Inc merosot lebih dari 3,7 persen setelah Deutsche Bank memangkas peringkat mereka di tengah kekhawatiran tentang bisnis penerbangan internasional. Wal-Mart Stores Inc dan Johnson & Johnson tergelincir kurang lebih 1,4 persen.
Indeks Standard & Poor 500 turun 0,4 persen menjadi 2.059,69 pada pukul 16.00 waktu New York Amerika Serikat. Indeks Dow Jones Industrial Averange (DJIA) turun 77,94 poin atau 0,4 persen ke level 17.698,18. Nasdaq Composite Index turun 0,4 persen. Sekitar 7 miliar saham diperdagangkan di bursa Amerika Serikat pada perdagangan hari kemarin, 8 persen lebih tinggi di atas rata-rata.
"Mau tidak mau dengan beberapa data ekonomi yang telah diumumkan maka sentimen yang keluar adalah pertumbuhan ekonomi sedang mengalami perlambatan sedikit," jelas Kepala investasi PNC Bank NA, Philadelphia, AS, Jim Dunigan.
Namun memang, ada beberapa faktor lain yang membuat Wall Street mengalami tekanan seperti telah berakhirnya musim pengumuman laporan keuangan sehingga membuat beberapa pelaku pasar menjalankan strategi ambil untung.
Data Ekonomi
Berdasarkan riset dari ADP Research Institute menunjukkan bahwa data mengenai pembayaran gaji menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat menambah 189 ribu pekerja baru pada Maret kemarin. Jumlah tersebut berada di bawah dari konsensi yang dibuat oleh para ekonom. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bloomberg, para ekonom memperkirakan penambahan pekerjaan baru mencapai 220 ribu pekerja. Artinya, ada selisih yang cukup besar yaitu mencapai 31 ribu pekerja.
Data yang dilansir oleh ADP Research Institute tersebut mendahulu data yang akan dikeluarkan secara resmi oleh Departemen Tenaga Kerja AS. Rencananya, Pemerintah AS akan mengeluarkan data tersebut pada Jumat nanti. Data yang dikeluarkan oleh pemerintah tersebut selalu lebih rendah jika dibanding dengan data dari ADP Research Institute.
Sebuah laporan terpisah menunjukkan bahwa data manufaktur pada Maret sedikit mengalami perlambatan. Angka data manufaktur tersebut terus melambat sejak Mei 2013 lalu. The Institute for Supply Management’s index turun menjadi 51,5 dari 52,9 di bulan sebelumnya. (Gdn)
Data Manufaktur Tak Sesuai Harapan, Wall Street Tertekan
Indeks Standard & Poor 500 turun 0,4 persen menjadi 2.059,69 pada pukul 16.00 waktu New York Amerika Serikat.
diperbarui 02 Apr 2015, 04:17 WIBDiterbitkan 02 Apr 2015, 04:17 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Apa Arti dari Vagina: Memahami Organ Reproduksi Wanita
Menperin Tagih Utang Investasi Apple Rp 271 Miliar
VIDEO: Jadi Tersangka Usai OTT KPK, Calon Gubernur Bengkulu Resmi Ditahan
Temukan Sumber Migas Baru MNK di Rokan, Jadi Upaya Pertamina Tambah Produksi
Apa Arti Eksaited: Memahami Makna dan Penggunaan Istilah Populer
Inggris dan Abu Dhabi Siap Bantu Danantara, soal Apa?
Jelang Pencoblosan Pilkada 2024, Prabowo Diminta Berpidato Nyatakan Sikap Netral
Kisah Agen Mitra UMi BRI di Merauke yang Sukses Tingkatkan Ekonomi dan Pendidikan Anak
Saksikan Sinetron Luka Cinta Episode Senin 25 November 2024 Pukul 21.30 WIB di SCTV, Simak Sinopsisnya
Tingkatkan Kompetensi Tenaga Kerja Indonesia, Menaker Lepas 750 Peserta Pemagangan ke Jepang
Apa Arti dari Intro: Memahami Makna dan Penggunaannya dalam Berbagai Konteks
Zulkarnaen dan Denden Ditangkap, Polisi Dalami Aliran Dana Judi Online ke Parpol