Bos BEI: Tekanan IHSG Hanya Jangka Pendek

Direktur Utama BEI, Ito Warsito menegaskan, tekanan IHSG dipicu reaksi awal investor terhadap rilis laporan keuangan emiten di kuartal I.

oleh Septian Deny diperbarui 30 Apr 2015, 19:28 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2015, 19:28 WIB
Ilustrasi IHSG
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung tertekan di pekan terakhir April 2015. Sepanjang April 2015, IHSG telah turun 6,9 persen dengan ditutup ke level 5.086,42 pada perdagangan saham Kamis pekan ini.

Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Ito Warsito menyatakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun sejak awal pekan ini masih dalam batas wajar. Dia mengatakan, penurunan indeks saham ini masih lebih baik dibandingkan dengan yang dialami oleh indeks saham Jerman.

"Kemarin kita turun cukup besar, tetapi indeks saham Jerman turun lebih besar lagi dari Indonesia," ujar Ito di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Kamis (30/4/2015).

Ito menjelaskan, penurunan indeks saham ini hanya sebagai reaksi awal dari para investor terutama investor asing yang melihat kinerja keuangan beberapa emiten pada kuartal I tidak sebaik tahun lalu.

"Artinya ada penurunan kinerja, sehingga mereka menduga bahwa ekonomi Indonesia akan lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya, tapi ini reaksi awal. Tapi kalau kinerja emiten sudah bisa diketahui, mungkin reaksinya akan berkurang, karena beberapa emiten mencatatkan kinerja yang cukup bagus," jelas Ito.

Menurut dia, penurunan indeks saham ini hanya bersifat jangka pendek dan tidak akan separah seperti Mei 2013 yang juga dipicu oleh defisit necara perdagangan Indonesia serta pelemahan nilai tukar rupiah.

"Justru ini sifatnya short term, tidak seperti Mei 2013, dimana defisit necara perdagangan indonesia melebar dari 2012 US$ 2 juta menjadi US$ 4,6 miliar. Rupiah anjlok dari level Rp 9.000-an menjadi Rp 12 ribu. Tapi sekarang rupiahnya kan terjaga, hanya harga sahamnya yang terkoreksi," lanjut dia.

Ito juga meyakini, koreksi dari harga saham yang terjadi saat ini juga merupakan koreksi yang baik agar kembali kompetitif.

"Itu akan menjadi koreksi yang sehat. Karena kita akan menjadi cukup kompetitif dibandingkan dengan privat in ratio saham-saham di bursa regional lain. Ini hanya karena kinerja perusahaan dan kinerja ekonomi Indonesia," kata Ito.

Selain itu, meski penurunan ini terjadi sejak gelaran Konferensi Asia Afrika (KAA) pada beberapa waktu lalu, namun Ito meyakini hal tersebut sama sekali tidak memberikan pengaruh. "Itu hanya kebetulan, tidak ada unsur politik dalam penurunan kinerja saham Indonesia saat ini," ungkapnya.

Ito juga menyatakan, penurunan ini merupakan hal yang wajar dari reaksi investor dan pada saatnya, harga saham Indonesia akan kembali normal seperti sebelumnya.

"Itu hal yang biasa, investor ibaratnya, mereka kan sudah untung di Indonesia, sehingga reaksi yang normal kalau melihat bahwa kinerja perusahaan, ekonomii akan turun adalah dengan mengunci keuntungan, merealisasikan keuntungan. Tapi pada saatnya situasi mereda, mereka akan kembali berinvestasi," tandasnya.

Analis PT BNI Securities, Thendra Crisnanda mengatakan, investor asing wajar melakukan aksi jual di pasar saham. Mengingat kenaikan IHSG sehingga mencapai posisi 5.200-5.300 sehingga membuat investor asing cenderung mengamankan posisi.

Apalagi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan melambat di kuartal I 2015. Thendra mengatakan, ada peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah 5 persen pada kuartal I 2015. (Dny/Ahm)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya