Liputan6.com, Kuala Lumpur - Anggota parlemen oposisi Malaysia mendesak Felda Global Ventures Holdings Bhd, perusahaan asal Malaysia untuk membatalkan kesepakatan pembelian saham non pengendali sekitar US$ 680 juta atau sekitar Rp 9,04 triliun milik grup Rajawali di PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT).
"Hal ini untuk mencegah kerugian lebih lanjut bagi investor yang meliputi Felda, masyarakat, karyawan Provident Fund, dana pensiun, lembaga tabung Haji dan berbagai pemerintah negara bagian," tutur anggota parlemen oposisi Tony Pua, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (16/6/2015).
Baca Juga
Sementara itu, Analis CIMB Ivy Ng menilai, harga akuisisi yang diusulkan PT Eagle High Plantations Tbk terlalu tinggi. Ia pun memangkas target harga saham Felda menjadi 1,69 ringgit dari 1,91 ringgit.
Advertisement
Sentimen itu pun mendorong saham Felda Global, perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar ketiga dunia asal Malaysia itu anjlok ke level terendah pada Senin pekan ini. Saham Felda turun lebih dari 11 persen. Kejatuhan saham Felda Global itu setelah analis menilai pembelian 37 persen saham PT Eagle High Plantations Tbk dari grup Rajawali terlalu mahal.
Saham PT Eagle High Plantations Tbk pun anjlok 13,11 persen menjadi Rp 391 per saham pada penutupan perdagangan saham Senin 15 Juni 2015. Tekanan terhadap saham BWPT pun terus berlanjut pada perdagangan saham Selasa 16 Juni 2015. Pada pukul 15.06 WIB, saham BWPT turun 4,09 persen ke level Rp 374 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 11.434 kali dengan nilai transaksi harian saham Rp 156,3 miliar.
Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada menilai, ketidakpastian nilai transaksi penjualan saham BWPT milik grup Rajawali kepada Felda Global Ventures menekan saham BWPT. Transaksi itu pun tidak sepenuhnya menggunakan dana tunai.
Felda akan membeli 30 persen saham BWPT dalam bentuk tunai dan akan menyerap 7 persen sisanya dari penerbitan saham baru. Felda Global juga berminat 95 persen saham dari perusahaan gula milik Rajawali Corpora senilai US$ 67 juta. Kesepakatan ini dibantu oleh Kenanga Investment Bank Malaysia.
Dengan kesepakatan itu akan menggabungkan kemampuan hilir Felda dengan lahan milik BWPT yang akan menekan biaya operasional. Karena itu, anggota parlemen dan analis pun memperingatkan kalau kesepakatan itu berisiko untuk investor dan perusahaan.
PT Eagle High Plantations Tbk memiliki total kepemilikan lahan sebesar 425.000 hektar. Lahan itu berlokasi di Kalimantan sebanyak 67 persen, 9 persen di Papua, dan 19 persen di Sulawesi, serta 5 persen di Sumatra.
Terdapat perkebunan seluas sekitar 152.000 hektar dengan 76 persen wilayah perkebunan yang sudah menghasilkan, dan 24 persen sisanya merupakan kawasan yang belum menghasilkan. Umur rata-rata tanaman yang sudah menghasilkan adalah 8 tahun. Meski melepas kepemilikan sahamnya, grup Rajawali masih tetap memegang kendali manajemen PT Eagle High Plantation Tbk.
Berdasarkan data RTI, kepemilikan saham BWPT pada Mei 2015 antara lain PT Rajawali Capital International sebesar 65,54 persen dan publik kurang lima persen sebesar 34,43 persen. Usai melepas sebagian saham BWPT, Grup Rajawali masih memiliki sekitar 28 persen saham BWPT. (Ahm/)