Liputan6.com, New York - Wall Street mampu ditutup menguat pada perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Namun meskipun begitu, indeks saham di bursa Amerika Serikat (AS) masih membukukan kinerja kuartalan terburuk sejak 2011.
Mengutip Reuters, Kamis (1/10/2015), Indeks Dow Jones Industrial Averange mampu menguat 235,57 poin atau 1,47 persen ke level 16.284,7. Indeks S&P 500 naik 35,94 poin atau 1,91 persen ke angka 1.920,03 dan Nasdaq Composite menguat 102,84 atau 2,28 persen ke 4.620,17.
Untuk kinerja kuartalan atau sepanjang kuartal III 2015, Dow Jones turun 7,6 persen. S&P 500 melemah 6,9 persen dan Nasdaq melemah 7,4 persen.
Sedangkan khusus September 2015, Dow Jones melemah 1,5 persen. S&P 500 turun 2,6 persen dan Nasdaq kehilangan 3,3 persen.
Sebenarnya, penurunan tersebut tidak hanya terjadi di pasar saham di Amerika Serikat saja, namun juga terjadi di pasar saham manapun di dunia. Pemicu pelemahan bursa tersebut adalah dua.
Pertama adalah penurunan pertumbuhan ekonomi China. Sebelumnya China selalu mencetak pertumbuhan ekonomi di atas 10 persen, namun di tahun ini China membukukan pertumbuhan ekonomi di bawah angka tersebut bahkan di kuartal terakhir menorehkan pertumbuhan ekonomi 7 persen saja.
Sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua, perlambatan pertumbuhan ekonomi China tersebut memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global.
Kedua adalah ketidakjelasan rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed). Rencana kenaikan suku bunga tersebut terus mundur dari semula Juni menjadi September dan saat ini sebagian besar menduga kenaikan akan dilakukan pada Desember nanti.
"Tidak ada sentimen yang mendorong pelaku pasar melakukan aksi beli pada perdagangan hari ini. Hanya saja memang sebagian besar saham sudah oversold," jelas Head of Sales Trading, ITG, New York, AS, Brian Fenske.
Ia melanjutkan, ketika terjadi penurunan harga saham yang terlalu cepat, pelaku pasar akan mencoba untuk mencari keuntungan di kesempatan tersebut.
Pada pekan ini pelaku pasar belum akan banyak melakukan aksi. Kemungkinan besar aksi beli atau aksi jual akan dilakukan pada pekan depan setelah beberapa laporan keuangan emiten untuk kuartal III tahun ini dipublikasikan. Aksi beli dan jual tersebut akan sangat berpengaruh kepada pergerakan Wall Street.Â
Selain itu, investor juga akan fokus kepada data-data ekonomi yang secara resmi akan dikeluarkan oleh pemerintah baik pemerintah Amerika, Eropa maupun China. (Gdn/Zul)
Wall Street Bukukan Kinerja Kuartalan Terburuk dalam 4 Tahun
Ketika terjadi penurunan harga saham yang terlalu cepat, pelaku pasar akan mencoba untuk mencari keuntungan.
diperbarui 01 Okt 2015, 04:31 WIBDiterbitkan 01 Okt 2015, 04:31 WIB
Advertisement
Live Streaming
Powered by
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Shayne Pattynama Ajak Semua Pihak untuk Bersatu dan Berpikir Positif Demi Masa Depan Timnas Indonesia
Novel Baswedan Cs Bertemu Ketua KPK Setyo Budiyanto, Bahas Apa?
Eks Hakim Erintuah Damanik Dapat Jatah 38.000 Dollar Singapura dalam Kasus Suap Ronald Tannur
Cara Membuat Dada Ayam Filet Asam Manis yang Lezat dan Praktis
Naik, Ini Paket Barang Terbanyak Dikirim via Kereta Api Selama Nataru
8 Momen Akrab Cinta Laura dan Anne Hathaway, dari Fans Bisa Kerja Bareng
Satu Golongan Istimewa yang Paling Dicintai dan Dekat dengan Rasulullah di Hari Kiamat
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Jumat 10 Januari 2025
Perjuangan Natasha Wilona dan Cakrawala Airawan Syuting Ketika Cinta Memanggilmu di Kawah Ijen
Tips Kebahagiaan Perempuan Mandiri yang Tidak Bergantung pada Hubungan
Apa Itu LoA: Panduan Lengkap Memahami Letter of Acceptance
Hasil Seleksi CPNS 2024, Sudah 67 Instansi Pusat dan Daerah Mengumumkan Termasuk Kemenpora