Wall Street Bukukan Kinerja Kuartalan Terburuk dalam 4 Tahun

Ketika terjadi penurunan harga saham yang terlalu cepat, pelaku pasar akan mencoba untuk mencari keuntungan.

oleh Arthur Gideon diperbarui 01 Okt 2015, 04:31 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2015, 04:31 WIB
Wall Street Menghijau Dipicu Optimisme The Fed
Pasar saham Amerika Serikat (AS) rebound dari aksi jual dalam dua hari.

Liputan6.com, New York - Wall Street mampu ditutup menguat pada perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Namun meskipun begitu, indeks saham di bursa Amerika Serikat (AS) masih membukukan kinerja kuartalan terburuk sejak 2011.

Mengutip Reuters, Kamis (1/10/2015), Indeks Dow Jones Industrial Averange mampu menguat 235,57 poin atau 1,47 persen ke level 16.284,7. Indeks S&P 500 naik 35,94 poin atau 1,91 persen ke angka 1.920,03 dan Nasdaq Composite menguat 102,84 atau 2,28 persen ke 4.620,17.

Untuk kinerja kuartalan atau sepanjang kuartal III 2015, Dow Jones turun 7,6 persen. S&P 500 melemah 6,9 persen dan Nasdaq melemah 7,4 persen.

Sedangkan khusus September 2015, Dow Jones melemah 1,5 persen. S&P 500 turun 2,6 persen dan Nasdaq kehilangan 3,3 persen.

Sebenarnya, penurunan tersebut tidak hanya terjadi di pasar saham di Amerika Serikat saja, namun juga terjadi di pasar saham manapun di dunia. Pemicu pelemahan bursa tersebut adalah dua.

Pertama adalah penurunan pertumbuhan ekonomi China. Sebelumnya China selalu mencetak pertumbuhan ekonomi di atas 10 persen, namun di tahun ini China membukukan pertumbuhan ekonomi di bawah angka tersebut bahkan di kuartal terakhir menorehkan pertumbuhan ekonomi 7 persen saja.

Sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua, perlambatan pertumbuhan ekonomi China tersebut memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global.

Kedua adalah ketidakjelasan rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed). Rencana kenaikan suku bunga tersebut terus mundur dari semula Juni menjadi September dan saat ini sebagian besar menduga kenaikan akan dilakukan pada Desember nanti.

"Tidak ada sentimen yang mendorong pelaku pasar melakukan aksi beli pada perdagangan hari ini. Hanya saja memang sebagian besar saham sudah oversold," jelas Head of Sales Trading, ITG, New York, AS, Brian Fenske.

Ia melanjutkan, ketika terjadi penurunan harga saham yang terlalu cepat, pelaku pasar akan mencoba untuk mencari keuntungan di kesempatan tersebut.

Pada pekan ini pelaku pasar belum akan banyak melakukan aksi. Kemungkinan besar aksi beli atau aksi jual akan dilakukan pada pekan depan setelah beberapa laporan keuangan emiten untuk kuartal III tahun ini dipublikasikan. Aksi beli dan jual tersebut akan sangat berpengaruh kepada pergerakan Wall Street

Selain itu, investor juga akan fokus kepada data-data ekonomi yang secara resmi akan dikeluarkan oleh pemerintah baik pemerintah Amerika, Eropa maupun China. (Gdn/Zul)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya