Liputan6.com, New York - Wall Street mampu ditutup di zona hijau dengan kenaikan lebih dari 1 persen pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Pendorong penguatan Wall Street karena kenaikan harga minyak.
Mengutip Reuters, Sabtu (3/10/2015), Dow Jones Industrial Averange naik 200,36 poin atau 1,23 persen ke level 16.472,37, S&P 500 menguat 27,54 poin atau 1,43 persen ke level 1.951,36 dan Nasdaq tumbuh 80,69 poin atau 1,74 persen ke level 4.707,77.
Sebelum ditutup di zona positif, ketiga indeks acuan di Amerika Serikat (AS) tersebut mencatatkan kerugian yang cukup dalam yaitu kurang lebih 1,5 persen karena data-data tenaga kerja yang memburuk.
Namun kemudian di saat terakhir indeks kembali perkasa dan ditutup di zona hijau ditopang kenaikan harga minyak mentah yang mendorong penguatan saham-saham di sektor energi.Â
Dalam catatan Reuters, pembalikan arah yang cukup besar ini merupakan pembalikan terbesar pertama yang terjadi sejak 4 tahun lalu atau sejak 2011.
"Laporan tenaga kerja yang memburuk membuat pelaku pasar mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar kenaikan suku bunga akan dilakukan pada kuartal I 2016," jelas Chief Executive Longbow Asset Management, Tulsa, AS, Jake Dollarhide.
Dana Non-farm payrolls naik 142 ribu, jauh di bawah perkiraan awal para ekonom yang berada di angka 203 ribu. Namun, tingkat pengangguran masih stabil di angka 5,1 persen.
Sebelumnya, sebagian besar analis dan ekonom memperkirakan bahwa Bank Sentral AS (The Fed) akan menaikkan suku bunga di Desember 2015 nanti. Keyakinan tersebut karena sebelumnya Gubernur The Fed Janet Yellen sempat menyatakan keyakinannya bahwa angka inflasi dan juga data tenaga kerja sudah sesuai dengan jalur yang diinginkan Bank Sentral AS.Â
Namun tertekannya Wall Street di awal perdagangan tersebut tak berlangsung lama. Mendekati penutupan saham-saham di AS mampu berbalik arah ke zona hijau yang dipicu sentimen kenaikan harga minyak.
Harga minyak WTI Crude ditutup menguat 2,03 persen ke angka US$ 45,65 per barel. Penutupan positif tersebut mendorong saham-saham di sektor energi juga mengalami penguatan sehingga bisa menutupi kerugian yang dicetak sebelumnya karena data tenaga kerja yang tidak sesuai dengan perkiraan.