S&P 500 dan Dow Jones Cetak Rekor Tertinggi

Reli panjang mengangkat indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Averange (DJIA) menuju level tertinggi.

oleh Arthur Gideon diperbarui 13 Jul 2016, 04:31 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2016, 04:31 WIB
Reli panjang mengangkat indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Averange (DJIA) menuju level tertinggi.
Reli panjang mengangkat indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Averange (DJIA) menuju level tertinggi.

Liputan6.com, New York - Reli panjang mengangkat indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Averange (DJIA) menuju level tertinggi sehingga mencetak rekor pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan indeks acuan di Wall Street tersebut karena kenaikan yang tajam pada harga minyak dan perbaikan data-data ekonomi Amerika Serikat (AS).

Mengutip Reuters, Rabu (13/7/2016)), Dow Jones Industial Averange naik 120,74 poin atau 0,66 persen ke 18.347,67. S&P 500 naik 14,98 poin atau 0,7 persen ke 2.152,14 dan Nasdaq Composite menambahkan 34,18 poin atau 0,69 persen ke 5.022,82.

Indeks S&P 500 mencetak rekor tinggi dan melanjutkan penguatan yang telah dibukukan pada Senin kemarin dan Dow Jones juga mampu mencetak rekor tertinggi baru. Sedangkan Nasdaq ditutup pada level tertinggi sejak akhir Desember.

Sektor teknologi, industri dasar dan juga energi mencatatkan kenaikan terbesar pada Indeks S&P 500 yang didukung oleh pandangan bahwa ekonomi Amerika Serikat (AS) meskipun di awal mengalami langkah yang berat namun memiliki pijakan yang kokoh untuk melanjutkan pertumbuhan.

"Kami percaya bahwa di awal memang pertumbuhan ekonomi agak sedikit berat namun untuk saham masih bisa memberikan keuntungan 5 persen," jelas analis Voya Investment Management, New York, AS, Paul Zemsky.

Pelaku pasar juga melihat data ekonomi AS positif pada akhir pekan lalu. Jumlah tenaga kerja AS mampu bertambah 287 ribu untuk perhitungan Juni dan pertambahan tersebut berada di atas konsensus para ekonom. Sentimen itu berdampak positif ke bursa saham setelah sebelumnya terus tertekan akibat keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa.

Kenaikan bursa saham juga terdorong oleh imbal hasil surat utang AS cukup rendah. Surat utang AS bertenor 10 tahun naik, namun masih mencatatkan rekor terendah di kisaran 1,311 persen.

"Imbal hasil surat utang belum juga naik sehingga membuat bursa saham reli. Saya pikir imbal hasil surat utang rendah dapat menciptakan masalah di surat utang seperti saham," ujar Jim Paulsen Chief Investment Strategist Wells Capital Management.

 

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya