Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung tertekan pada awal November 2016. IHSG alami koreksi sekitar 0,8 persen.
Berdasarkan data RTI, IHSG naik 33,15 poin ke level 5.362,66 pada Jumat pekan ini. Secara mingguan, IHSG koreksi 0,88 persen.
Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia, salah satu kontribusi koreksi IHSG terjadi lantaran ketidakpastian politik seiring ada aksi demo 4 November 2016 di Jakarta.
Selain itu, saham-saham berkapitalisasi kecil pun kinerjanya tidak terlalu baik seiring tingginya ketidakpastian. Pada pekan ini, ada sejumlah katalis baik dari eksternal dan internal pengaruhi laju IHSG.
Namun, IHSG mampu berbalik arah dari zona merah ke zona hijau dengan ditutup naik 33,15 poin ke level 5.362,66. Hal itu lantaran kondisi demo 4 November 2016 yang berjalan aman. Demo 4 November itu pun mengurangi kekhawatiran investor. Kenaikan IHSG pun didorong sektor saham pertambangan. Sektor saham tambang pun memimpin penguatan dengan naik hingga 2,34 persen.
Baca Juga
Meski demikian, investor asing cenderung melakukan aksi jual, Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi menuturkan hal itu lantaran investor asing mengambil langkah aman. Tercatat aksi jual investor asing sekitar Rp 912 miliar.
Dari eksternal, bursa saham Amerika Serikat (AS) tertekan lantaran dibayangi ketidakpastian pemilihan umum AS. Berdasarkan poling, ada kenaikan pemilihan suara untuk calon presiden AS dari partai Republik Donald Trump. Pemilu AS akan diadakan pada Selasa depan.
Selain itu, pelaku pasar juga akan fokus pada pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve pada 16 Desember. Berdasarkan konsensus, 78 persen mengharapkan kenaikan suku bunga pada Desember 2016.
Sementara itu, bank sentral Jepang juga tidak mengubah kebijakan moneternya. Namun target inflasi dua persen akan dilakukan pada tahun fiskal 2018.
Bank Indonesia juga melihat sekitar 27 persen dana repatriasi telah masuk ke Indonesia. Angkanya mencapai Rp 40 triliun dari target Rp 143 triliun.
PT Ashmore Assets Management Indonesia juga menyorot kinerja kuartal III 2016. Dari hasil kinerja kuartal III 2016, konsensus analis rata-rata menaikkan earning per share (EPS) atau laba bersih per saham naik tiga persen. Hal itu didorong dari kenaikan sektor tambang.
Saat ini konsensus analis memperkirakan EPS tumbuh 15 persen pada 2017. Kenaikan EPS itu akan didorong dari sektor tambang, perkebunan dan perdagangan yang jadi pendorong utama. EPS merupakan tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. (Ahm/Ndw)
Advertisement