IHSG Diproyeksi Lanjutkan Pelemahan

Tekanan IHSG disebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar serta aksi jual investor asing.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 10 Nov 2016, 06:24 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2016, 06:24 WIB
Tekanan IHSG disebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar serta aksi jual investor asing.
Tekanan IHSG disebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar serta aksi jual investor asing.

Liputan6.com, Jakarta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung tertekan pada perdagangan saham Kamis (10/11/2016). Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi memperkirakan IHSG berada pada kisaran support 5.303 dan resistance 5.470.

IHSG turun 56,36 poin atau 1,03 persen ke level 5.414,32 pada perdagangan saham kemarin. Lanjar mengatakan, tekanan IHSG disebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar serta aksi jual investor asing.

"Nilai tukar rupiah pun melemah terhadap dolar. Investor asing pun tercatat out flow sebesar Rp 56,05 miliar," kata dia di Jakarta, Kamis (10/11/2016).

Melemahnya IHSG sejalan dengan Bursa Asia. Tekanan ini disebabkan oleh ketidakpastian yang muncul setelah Donald Trump terpilih menjadi presiden Amerika Serikat (AS).

"Bursa Asia terperosok paling dalam sejak Juni setelah Partai Republik yang mengusung Donald Trump memenangkan pemilihan presiden. Hal ini tentu mengejutkan investor di mana sebelumnya investor mengharapkan Hillary Clinton dengan Partai Demokrat yang menang. Investor cenderung membeli aset safe haven termasuk yen sehingga mengurangi porsi efek berisiko," jelas dia.

Untuk diketahui, gerak IHSG merosot pada perdagangan saham Rabu pekan ini. Meski begitu, tekanan terhadap IHSG mulai berkurang usai dipastikan perhitungan suara pemilihan presiden AS dimenangkan oleh Donald Trump.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, hasil perhitungan suara dalam pemilihan presiden AS menunjukkan Donald Trump memenangkan suara sehingga telah memberikan kepastian di pasar saham.

"Pemilihan Presiden AS masih mempengaruhi. Namun euforia sesaat. Pelaku pasar menanti pelantikan presiden AS dan kebijakan yang akan diambil," kata dia saat dihubungi Liputan6.com. (Amd/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya