Seiring Wall Street, Bursa Asia Menguat

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,2 persen imbas dari tekanan bursa global sudah mereda..

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Nov 2016, 08:44 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2016, 08:44 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia menguat pada perdagangan saham Rabu pekan ini seiring volatilitas bursa global mereda usai kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS).

Kenaikan bursa Asia didorong reli bursa AS dan penguatan dolar AS sudah mereda. Di bursa AS, indeks saham Dow Jones naik 0,29 persen ke level tertinggi. Sedangkan indeks saham S&P 500 menguat 0,75 persen.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,2 persen. Indeks saham Jepang Nikkei naik satu persen ke level tertinggi dalam sembilan bulan. Hal itu mengingat yen melemah terhadap dolar AS.

Sejak kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS pada pekan lalu, bursa AS reli, sedangkan harga obligasi atau surat utang turun sehingga imbal hasil naik tajam. Kenaikan imbal hasil itu didorong dari harapan investor terhadap inflasi lebih tinggi di bawah kepemimpinan Donald Trump.

Donald Trump yang akan memangkas pajak dan meningkatkan pengeluaran infrastruktur akan meningkatkan permintaan. Sementara itu, tarif impor dinaikkan dan mengajukan proposal deportasi imigrasi ilegal akan mendorong harga.

"Pasar sedang terhenti sejenak dari momen (penurunan). Akan tetapi, investor ingin lebih masuk di perdagangan saham. Jika Anda melihat bursa Amerika Serikat, investor mencari atau mengantisipasi pengeluaran infrastruktur, dan mereka akan rotasi dari obligasi ke saham," ujar Yoshinori Shigemi, Global Market Strategist JP Morgan Asset Management, seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu (16/11/2016).

Imbal hasil surat berharga AS bertenor 10 tahun turun menjadi 2,2 persen dari 2,3 persen. Akan tetapi, imbal hasil itu termasuk tinggi sekitar 1,8 persen dari sebelum pemilihan.

Dari data ekonomi AS, penjualan ritel AS naik lebih dari yang diharapkan pada Oktober 2016. Hal itu memperkuat ekonomi AS sehingga mendorong spekulasi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat pada Desember. Kemungkinan suku bunga bank sentral AS naik menjadi 85 persen.

Analis Senior Nikko SMBC Securities Makoto Noji menuturkan, bank sentral AS atau the Federal Reserve kemungkinan menaikkan suku bunga secara bertahap.

"Jika asumsi kami bank sentral AS menaikkan secara bertahap maka ada kenaikan sebanyak dua kali dalam setahun, dan pasar sudah siap dengan pengetatan tersebut," ujar dia.

Ada pun imbal hasil obligasi AS naik mendorong dolar AS. Indeks dolar AS naik ke level tertinggi hampir setahun. Indeks dolar AS berada di kisaran 100,16. Sedangkan euro diperdagangkan di kisaran US$ 1,07.

Di pasar komoditas, harga emas ditransaksikan di kisaran US$ 1.228,6 per ounce. Sedangkan harga minyak Amerika Serikat berada di kisaran US$ 45,67 per barel. (Ahm/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya