Bursa Asia Menguat Setelah Kemenangan Trump

Pelaku pasar mulai kembali menilai prospek ekonomi Amerika Serikat di bawah Donald Trump.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Nov 2016, 08:37 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2016, 08:37 WIB
20150710-Pasar Saham Nikkei-Jepang1
Orang tercermin dalam papan yang menampilkan rata-rata Nikkei di Tokyo, Jepang, Jumat, (10/7/ 2015). Nikkei adalah indeks pasar saham untuk Bursa Saham Tokyo. (REUTERS/Thomas Peter)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia menguat pada perdagangan Kamis pekan ini mengikuti bursa saham Amerika Serikat (AS) yang positif usai hasil perhitungan suara pemilihan presiden AS menunjukkan Donald Trump menang.

Analis pun merasa bingung terhadap bursa saham berbalik arah usai bursa global berjatuhan pada Rabu kemarin. Bursa global merosot usai Trump menang pemilihan presiden AS.

"Sebuah perubahan yang menakjubkan di tengah risiko. Hal itu mendorong saham dan  imbal hasil treasury lebih tinggi," ujar Imre  Speizer, Ekonom Westpac seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (10/11/2016).

"Pasar tampaknya menilai kembali prospek ekonomi di bawah Trump. Prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi lebih tinggi," tambah dia.

Sebelumnya dalam kampanye, Trump berjanji memangkas pajak. Selain itu, pemerintah AS akan meningkatkan pengeluaran untuk infrastruktur dan pertahanan.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,7 persen. Sedangkan indeks saham Australia melonjak tiga persen, dan merupakan keuntungan terbesar sejak akhir 2011. Indeks saham Selandia Baru menguat lebih dari dua persen.

Imbal hasil surat utang pemerintah AS bertenor 10 tahun naik 2,09 persen, dan itu tertinggi sejak Januari. Usai pemilihan presiden AS, investor kini merevisi prospek suku bunga bank sentral AS. Berdasarkan survei, kemungkinan bank sentral AS menaikkan suku bunga naik menjadi 80 persen.

Adapun di pasar uang, dolar AS kembali pulih. Indeks dolar AS mencapai 98,60. Sementara itu, euro merosot ke level US$ 1,09. Di pasar komoditas, harga minyak mentah melemah 16 persen. Harga emas turun ke level US$ 1.277 per ounce.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya