Ini Pasar Modal dengan Kinerja Terbaik di Dunia, Termasuk RI

Sejumlah pasar modal di dunia mencatatkan kinerja baik sepanjang 2016, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Jan 2017, 15:30 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2017, 15:30 WIB
20151112--Investor-Summit-2015-Jakarta-AY
Pekerja menunjukan data pasar modal saat pameran Investor Summit 2015 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (12/11/2015). Investor Summit diselengarakan sebagai upaya agar masyarakat Indonesia paham tentang pasar modal. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pasar modal Amerika Serikat (AS) mencatatkan rekor pada 2016. Indeks saham Dow Jones salah satu indeks saham yang mencatatkan performa terbaik.

Indeks saham Dow Jones naik 13,4 persen. Bahkan indeks saham Dow Jones dekati level 20.000 pada akhir 2016. Tak hanya bursa saham AS catatkan performa terbaik tetapi juga pasar modal negara lain mencatatkan kinerja baik antara lain:

1. Rusia

Indeks saham Rusia atau RTS reli 52 persen pada 2016. Sedangkan indeks saham acuan lainnya Micex menguat 27 persen. Investor global memlih Rusia usai pemilihan presiden Amerika Serikat (AS). Mereka mengharapkan presiden terpilih AS Donald Trump dapat mencairkan suasana dengan Rusia.

Rusia juga mendapatkan untung dari minyak. Penguatan harga minyak beberapa waktu lalu berdampak ke Rusia. "Kenaikan harga minyak dukung ekonomi Rusia dan menyelamatkan dari kehancuran," ujar Analis Think Markets Naeem Aslam, seperti dikutip dari laman CNN Money, Senin (2/1/2017).

2. Argentina

Indeks Merval Argentina melonjak 45 persen pada 2016, dan mencatatkan rekor tertinggi pada Oktober. Pergantian kekuasaan politik menjadi sentimen. Terpilihnya Mauricio Macri pada akhir 2015 diharapkan menjadi angin segar untuk Argentina.

Investor berharap dia dapat menggairahkan ekonomi dari pemerintahan sebelumnya. Meski demikian, mata uang Argentina turun 18 persen.

3. Brazil

Indeks saham Bovespa Brazil sentuh level terendah pada Januari. Ini tidak pernah kelihatan sejak krisis keuangan global pada 2008. Namun, investor berbalik arah, dan membuat indeks saham reli 39 persen.

"Bursa saham Brazil sudah memiliki valuasi rendah karena skandal Petrobas. Namun kenaikan harga komoditas memulihkan mata uang dan pasar saham," ujar Direktur S&P Dow Jones Indices Tim Edwards.

Seperti diketahui, ekspor utama Brazil yaitu minyak, kedelai yang mencatatkan kenaikan harga cukup baik pada 2016.

Indonesia

4. Kanada

Indeks saham Torontoatau TSX bergerak reli dari Januari. Kenaikan indeks saham Kanada tersebut naik didukung Trump bump. Indeks saham Toronto telah naik 17,5 persen pada 2017.

5. Norwegia

Indeks saham Oslo juga perlahan naik sejak krisis 2008. Harga minyak kembali menguat berdampak positif ke indeks saham dengan naik 18 persen.

Ekonomi Norwegia bergantung pada minyak. Harga minyak kembali menguat dari harga terendahnya pada Februari mendorong kenaikan saham energi.

6. Indonesia

Bursa saham Indonesia juga mencatatkan kenaikan cukup baik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mendaki 15 persen. Sejumlah saham-saham di pasar modal Indonesia mencatatkan kenaikan hingga double digit. Ekonomi Indonesia yang tergantung dari konsumsi rumah tangga menjadi penopang di tengah ekonomi global melambat.

International Monetary Fund (IMF) memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh 5,3 persen pada 2017. Pertumbuhan ekonomi ini lebih baik ketimbang 2016.

7. Inggris

Indeks saham acuan London FTSE 100 cetak kenaikan tertinggi pada 2016 usai Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa. Indeks saham Inggris naik 14,4 persen sejak awal 2016.

Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa atau disebut Brexit telah mendorong mata uang pound sterling ke level terendah dalam 31 tahun terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Bank sentral Inggris pun bergerak cepat untuk menggerakkan ekonomi dengan data ekonomi yang lebih baik dari yang diharapkan.

Bursa saham global yang melempem pada 2016:

Ketika bursa saham global ada yang reli, indeks saham Italia dan China mencatatkan penurunan terbesar sejauh ini.

Indeks saham Italia atau FTSE MIB tergelincir 10 persen seiring investor khawatir dengan sektor bank. Seluruh sektor saham bank merosot, dan Monte dei Paschi mencattakan penurunan terbesar sekitar 88 persen.

Selain itu, indeks saham China juga mencetak penurunan pada 2016. Indeks saham acuan Shanghai merosot hingga 12 persen. Sedangkan indeks saham Shenzhen tergelincir 15 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya