Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung variasi pada perdagangan saham Jumat pekan ini. Akan tetapi, IHSG berbalik arah ke zona merah.
Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (13/1/2017), IHSG turun 19,76 poin atau 0,37 persen ke level 5.272,98. Indeks saham LQ45 merosot 0,30 persen ke level 882,52. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.
Menjelang akhir pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.310,42 dan terendah 5.272,98. Ada sebanyak 177 saham melemah sehingga membuat IHSG tertekan. Akan tetapi, 113 saham menguat dan 112 saham diam di tempat.
Transaksi perdagangan saham mencapai 300.213 kali dengan volume perdagangan 10,3 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 5,5 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat di kisaran Rp 13.334. Investor asing melakukan aksi jual Rp 261 miliar di seluruh pasar.
Baca Juga
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham aneka industri naik 0,86 persen. Sektor saham tambang turun 1,19 persen, dan salah satu sektor saham paling merosot di antara sektor saham lainnya. Disusul sektor saham industri dasar dan barang konsumsi.
Saham-saham yang menguat antara lain saham ARTO naik 30,19 persen ke level Rp 138 per saham, saham BNLI menanjak 22,86 persen ke level Rp 645 per saham, dan saham JAWA melonjak 10,92 persen ke level Rp 132 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham ALKA turun 24,81 persen ke level Rp 200 per saham, saham INCO merosot 15,93 persen ke level Rp 2.480 per saham, dan saham INAF turun 12,36 persen ke level Rp 3.900 per saham.
Bursa Asia pun cenderung tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,47 persen ke level 22.937, indeks saham Jepang Nikkei menguat 0,80 persen ke level 19.287, dan indeks saham Singapura mendaki 1 persen ke level 3.022.
Sementara itu, indeks saham Korea Selatan Kospi turun 0,50 persen ke level 2.076,79, indeks saham Shanghai merosot 0,21 persen ke level 3.113, dan indeks saham Taiwan tergelincir 0,33 persen ke level 9.378.
Analis Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, IHSG cenderung konsolidasi. Gerak IHSG dipengaruhi harga komoditas sehingga berdampak terhadap saham emiten. Di sisi lain pelaku pasar juga menanti laporan kinerja keuangan emiten 2016.
"Posisi sekarang ini menanti kinerja keuangan 2016. Bagaimana pertumbuhan 2016 sehingga dapat menentukan investasi pada 2017," ujar William saat dihubungi Liputan6.com.
Advertisement