Intip Emiten yang Gelar Rights Issue pada Kuartal I 2017

Sejumlah emiten akan menggelar rights issue atau penawaran saham umum terbatas pada kuartal I 2017.

oleh Agustina Melani diperbarui 31 Jan 2017, 14:16 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2017, 14:16 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten akan menggelar rights issue atau penawaran saham umum terbatas pada kuartal I 2017. Analis menilai, investor perlu melihat penggunaan dana hasil rights issue emiten untuk mendukung kinerjanya.

Emiten-emiten yang akan gelar rights issue pada awal tahun 2017 antara lain PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD) akan menggelar penawaran umum terbatas (PUT) dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue.

Perseroan bergerak di bidang pelayaran ini akan melepas sebanyak-banyaknya 1,62 miliar saham dengan nilai nominal Rp 25 per saham. Pelaksanaan rights issue dilakukan Maret 2017.

Jumlah itu setara dengan 63,5 persen dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan. Perseroan akan menawarkan harga rights issue Rp 83-Rp 92 per saham. Jadi total dana yang akan diraup dari rights issue sekitar Rp 134,99 miliar.

Bagi pemegang saham yang akan melaksanakan rights issue tersebut akanmemperoleh satu saham HMETD. Pemegang saham perseroan Astonie Offshore Pte Ltd juga akan melaksanakan HMETD dengan harga sama dengan harga pelaksanaan.

Perseroan akan menggunakan dana rights issue untuk modal kerja. Bila dana hasil rights issue tidak sesuai target, perseroan akan upayakan dana tambahan dari fasilitas pinjaman.

Selain itu, emiten lainnya yang akan gelar rights issue yaitu PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW). Perseroan akan menambah modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) V. Perseroan akan mengeluarkan saham sebanyak 8,24 miliar saham dengan nilai nominal Rp 250.

Pelaksanaan rights issue dilakukan pada April 2017. Ada pun dana hasil rights issue akan digunakan untuk perkuat permodalan, dan meningkatkan aset produktif Perseroan dalam bentuk penyaluran kredit.

Bagi pemegang saham yang tidak akan eksekusi haknya dalam HMETD, maka akan alami dilusi atas kepemilikan saham perseroan maksimum 48,48 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Untuk melaksanakan aksi korporasi itu, perseroan akan meminta persetujuan pemegang saham pada 28 Februari 2017.

Emiten lainnya yang gelar rights issue yaitu PT Pool Advista Indonesia Tbk (POOL). Perseroan akan lepas saham sebanyak-banyaknya 449,98 juta saham dengan mekanisme HMETD. Pelaksanaan harga saham rights issue Rp 250 per saham. Jadi total dana yang akan diraup sekitar Rp 112,4 miliar. Setiap pemegang empat saham lama berhak atas satu HMETD.

Selain itu, perseroan juga menawarkan waran seri II maksimal 629,9 juta saham. Setiap lima saham baru hasil rights issue akan terdapat tujuh waran seri II. Harga pelaksanaan waran sebesar Rp 310 jadi total penawaran waran seri II Rp 195,2 miliar. Dana hasil rights issue akan digunakan untuk modal kerja.

Adapun pemegang saham utama perseroan POOL yaitu PT Titanusa Setiyoso menyatakan tidak akan melaksanakan seluruh haknya dalam rights issue tersebut. Sedangkan PT Advista Multi Artha akan menjadi pembeli siaga.

Tak hanya emiten tersebut, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) juga akan menggelar rights issue dengan jumlah penawaran saham yang besar. Perseroan akan menerbitkan saham dalam rights issue dan pelaksanaan obligasi wajib konversi (OWK) sekitar 37,88 miliar saham. Jumlah saham setelah pelaksanaan rights issue dan OWK sekitar 74,50 miliar. Bagi pemegang saham yang tidak melaksanakan haknya akan alami dilusi 50,8 persen.

Perseroan menetapkan harga rights issue Rp 926,16 per saham. Dalam penjelasan yang disampaikan ke otoritas bursa dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Perseroan menetapkan harga pelaksanaan rights issue tersebut berdasarkan perjanjian perdamaian oleh Pengadilan Niaga.

Lewat rights issue tersebut, jadi jumlah utang dan biaya yang akan dikonversi melalui penerbitan saham baru atau rights issue sebesar US$ 2,01 miliar dengan nilai kurs Rp 13.235 per dolar AS. Hal itu setara dengan Rp 26,62 triliun.

Perseroan juga melaksanakan obligasi wajib konversi atau mandatory convertibel bonds (MCB) dengan nilai US$ 639 juta dengan nilai kurs Rp 13.325 per dolar AS. Jumlah itu sekitar Rp 8,45 triliun bila menggunakan harga konversi Rp 926,16. Jumlah itu setara dengan 9,13 miliar saham.

Dana hasil rights issue dan OWK tersebut dalam rangka melunasi utang sebagian besar untuk CIC atau China Investment Corporation (CIC) dan sejumlah kreditor lainnya antara lain UBS facility, Axix Bank Facility, DB Facility, RBI, CS, castleford.

Kebijakan tersebut menuai protes dari berbagai pihak termasuk sekutu AS yaitu Jerman dan Inggris bahkan manajemen perusahaan internasional besar.

Anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT PP Properti Tbk juga akan gelar rights issue. Pelaksanaan rights issue itu dilakukan usai perseroan menggelar pemecahan nilai nominal saham dengan rasio 1:4.

Dari nominal Rp 100 per saham menjadi Rp 25 per saham. Jadi jumlah saham yang akan diterbitkan sebanyak-banyaknya 7,33 miliar saham dengan nominal Rp 25.

Kemudian perseroan akan melakukan rights issue pada Maret 2017.Target dana hasil rights issue sekitar Rp 1,5 triliun. Dana hasil rights issue akan digunakan untuk ekspansi dan belanja modal. Perseroan menganggarkan belanja modal Rp 1,9 triliun pada 2017.

Kemudian, Bank Ina Perdana Tbk (BINA)  melakukan penawaran umum terbatas II dengan mekanisme Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue. Perseroan akan melepas sebanyak-banyaknya 2,92 miliar saham dengan nilai nominal Rp 100.

Jumlah saham yang ditawarkan itu 51,81 persen dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh. Perseroan menetapkan harga pelaksanaan rights issue Rp 240 per saham. jadi total dana yang diraup dari hasil rights issue sekitar Rp 703,05 miliar.

Dana hasil rights issue antara lain digunakan untuk meningkatkan modal inti perseroan.Setiap pemegang saham yang tercatat dalam daftar pemegang saham berhak atas 1.075 HMETD.

Adapun Oki Widjaja dan PT Philadel Terra Lestari sebagai pemegang saham pengendali menyatakan tidak akan melaksanakan dan tidak mengalihkan ke pihak ketiga dalam rangka rights issue. Yang bertindak sebagai pembeli siaga yaitu PT Buana Capital. PT Buana Capital akan serap sebanyak-banyaknya 750 juta saham. Harga pelaksanaannya sekitar Rp 240 per saham.

Cermati Penggunaan Dana Rights Issue

Analis PT NH Korindo Securities Bima Setiaji menuturkan, saat emiten melakukan rights issue sebaiknya melihat penggunaan dana hasil rights issue.

"Rights issue tambah modal untuk ekspansi lebih positif untuk perusahaan," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Selasa (31/1/2017).

Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, aksi korporasi rights issue di kuartal I 2017 merupakan strategi manajemen untuk manfaatkan momentum kondisi pasar dan pertumbuhan ekonomi. Emiten yang melakukan aksi korporasi seperti rights issue, menurut William juga akan mencari cara agar pelaksanaan rights issuenya dapat diserap oleh pelaku pasar.

"Ada optimisme pertumbuhan ekonomi cukup tinggi pada 2017. Ini juga mempengaruhi investasi di emiten tersebut," kata dia.

Selain emiten memanfaatkan momentum, William menuturkan, dari sisi investor juga melihat penggunaan dana untuk rights issue tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi persepsi investor untuk melihat kinerja emiten ke depannya.

William mencontohkan, salah satunya PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Emiten batu bara tersebut akan rights issue untuk restrukturisasi utangnya. William menambahkan, harga batu bara sedang naik juga menjadi momen positif untuk perseroan. "Dengan harga batu bara naik maka akan mendorong kinerja positif," kata dia.

Ia menambahkan, dengan hal tersebut, investor melihat bagaimana prospek kinerja perseroan ke depan usai rights issue. Bila dilihat dari prospek masih menarik, William melihat pelaksanaan rights issue PT PP Properti Tbk (PPRO) cukup menarik. Hal itu mengingat sektor properti masih besar ke depannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya