Liputan6.com, Jakarta - Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sudah merilis kinerja keuangan sepanjang 2016. Hasilnya, dua bank BUMN mencatatkan kinerja cukup baik yaitu PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Di antara empat bank BUMN, BTN cetak pertumbuhan laba paling tinggi. Laba BTN naik 41,49 persen menjadi Rp 2,6 triliun pada 2016 dari tahun sebelumnya Rp 1,8 triliun. Perseroan menyalurkan kredit tumbuh 18,34 persen menjadi Rp 164 triliun pada 2016 dari periode 2015 di kisaran Rp 138 triliun. Pertumbuhan kredit itu lebih besar dari pertumbuhan kredit secara industri pada Desember 2016 di kisaran 7,87 persen.
Total aset perseroan juga naik 24,66 persen menjadi Rp 214,67 triliun pada 2016 dari tahun sebelumnya Rp 171,8 triliun. Perseroan juga mampu menurunkan tingkat rasio kredit macet atau non performing loan menjadi 2,84 persen pada 2016.
Advertisement
Sementara itu, BNI catat pertumbuhan laba 25,1 persen menjadi Rp 11,34 triliun pada 2016 dari tahun sebelumnya Rp 9,06 triliun. Pendapatan tumbuh menjadi Rp 29,99 triliun pada 2016 dari periode 2015 di kisaran Rp 25,56 triliun.
Baca Juga
Kredit perseroan tumbuh 20,6 persen menjadi Rp 393,27 triliun pada 2016. Pendapatan bunga bersih dan pendapatan non bunga masing-masing tumbuh 17,4 persen dan 23,1 persen. Pertumbuhan itu masing-masing menjadi Rp 29,9 triliun dan Rp 8,58 triliun. Aset BNI naik menjadi Rp 603,03 triliun pada 2016 dari tahun sebelumnya Rp 508,59 triliun.
Pertumbuhan kinerja dua bank BUMN ini tidak diikuti dengan Bank Mandiri (BMRI). Bank Mandiri mencatatkan laba turun 32,1 persen menjadi Rp 13,8 triliun. Pendapatan menjadi Rp 54,5 triliun pada 2016. Penyaluran kredit tumbuh 11,2 persen menjadi Rp 662 triliun.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) masih catatkan pertumbuhan laba meski tipis pada 2016. Laba perseroan tumbuh 3,14 persen menjadi Rp 26,19 triliun pada 2016. Pendapatan tumbuh 15,45 persen menjadi Rp 67,5 triliun. Kredit naik 13,8 persen menjadi Rp 635,5 triliun pada 2016. Aset perseroan naik 14,3 persen menjadi Rp 1.003 triliun.
Analis PT NH Korindo Securities Bima Setiaji menuturkan, BNI mampu cetak kinerja baik pada 2016 lantaran sudah melakukan penghapusan kredit macet besar-besaran pada 2015. Sedangkan bank lain misalkan bank Mandiri baru dilakukan pada 2016 dengan mengalokasikan pencadangan lebih besar.
Kepala Riset PT Bahana Securities Harry Su menuturkan, ada pembersihan buku oleh BNI membuat sedikit peningkatan kualitas aset. "Kredit korporasi juga naik hampir 30 persen year on year," kata Harry.
Selain itu, Bima mengatakan, penyaluran kredit infrastruktur pada 2016 juga menopang kinerja BNI. Sedangkan kinerja BTN menurut Bima masih ditopang dari pertumbuhan kredit perumahan pada 2016. Apalagi perseroan juga mencetak pertumbuhan kredit sebesar 18 persen di atas industri.
"NPL BTN juga turun menjadi 2,9 persen. NIM BTN juga naik seiring pertumbuhan KPR subsidi dan non subsidi," ujar Bima saat dihubungi Liputan6.com, Senin (20/2/2017).
Hal senada dikatakan Harry. Kinerja BTN juga didukung dari margin bunga bersih atau net interest margin/NIM. BTN catatkan pertumbuhan NIM menjadi 4,98 persen pada 2016 dari periode 2015 di kisaran 4,87 persen lantaran pembiayaan murah. "Pertumbuhan kredit juga naik karena terbantu subsidi pemerintah," ujar Harry.
Bima memprediksi, BNI masih akan fokus salurkan kredit infrstruktur pada 2017. Kredit BNI diprediksi naik menjadi 23 persen pada 2017. "Tahun ini kredit (secara industri) akan lebih baik. Ini juga didukung harga komoditas membaik," ujar dia.
Sedangkan BTN, Bima mengatakan, segmen KPR masih cukup bagus pada 2017. Apalagi kebutuhan perumahan masih cukup tinggi dan backlog sekitar 11,3 juta rumah.
Bima pun merekomendasikan beli untuk saham BNI dan BTN. Untuk target harga saham BNI Rp 6.900 untuk 12 bulan, dan target harga saham BTN Rp 2.430 untuk 12 bulan.