Bursa Asia Menguat, Euro Tergelincir Stimulus ECB

Bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street menguat, setelah sempat melemah tertekan rencana pemangkasan pajak Presiden Donald Trump.

oleh Nurmayanti diperbarui 28 Apr 2017, 08:44 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2017, 08:44 WIB
Bursa Saham Asia
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, Tokyo - Bursa Asia menguat pada pembukaan perdagangan hari ini dan tampaknya bisa menutup pekan di zona positif. Sementara euro tergelincir usai Bank Sentral Eropa (ECB) tak memberikan sinyal terkait program stimulusnya.

Melansir laman Reuters, Jumat (28/4/2017), indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,1 persen, menempatkan kenaikan di akhir pekan sebesar 1,9 persen.

Sementara Nikkei Jepang turun 0,1 persen seiring laporan data output industrial di Maret  dan pengeluaran rumah tangga yang turun lebih dari harapan dan tingkat inflasi konsumen. Namun indeks tetap mencatat kenaikan mingguan sebesar 3,3 persen, sejak November.

Bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street menguat, setelah sempat melemah tertekan rencana pemangkasan pajak Presiden Donald Trump.

Dow Jones Industrial Average naik 6,24 poin atau 0,03 persen ke level 20.981,33. Kemudian S&P 500 menguat 1,52 poin atau 0,06 persen ke level 2.388,77 dan Nasdaq Composite menambahkan 23,71 poin atau 0,39 persen ke level 6.048,94.

Penguatan saham Wall Street dipimpin Nasdaq Composite Index yang mencetak rekor penguatan. Sementara Dow Jones dan S&P500 sedikit berubah.

Nasdaq, indeks saham teknologi nampaknya akan terus melanjutkan rekor penguatan, ditopang oleh saham-saham perusahaan teknologi seperti Amazon dan Alphabet yang melompat lebih dari 4 persen masing-masing setelah penutupan.

Kejadian terjadi sehari setelah Donald Trump merilis rencana pemangkasan pajak yang menghasilkan pertanyaan, apakah akan terjadi defisit anggaran.

S&P 500 mencetak 76 penguatan baru dalam 62 pekan dan 3 pelemahan, sementara Nasdaq Composite Index mencetak rekor 180 penguatan saham yang baru dan 45 pelemahan.

"Kebanyakan orang berharap adanya akselerasi dan itulah yang kita punya. Meskipun terjadi gonjang ganjing ekonomi dan geopolitik, namun akhirnya pasar merespon kenaikan laba perusahaan," kata Michael Arone, Kepala Strategi Investasi State Street Global Advisors di Boston.

Kini pasar sedang menunggu arah lebih lanjut mengacu pada data kuartalan produk domestik bruto dan tingkat kepercayaan konsumen AS di April.

Sementara harga minyak jatuh lebih dari 1 persen imbas beroperasinya kembali lapangan minyak Libya di tengah pasar yang telah kebanyakan pasokan.

Harga minyak acuan dunia, Brent jatuh US$ 1,22 per barel dan dibanderol dengan harga US$ 51,17 per barel.

Sementara harga minyak acuan Amerika Serikat West Texas Intermediate turun US$ 1,25 per barel menjadi US$ 48,37 per barel.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya