Bursa Asia Melemah Menanti Rilis Data Ekonomi China

China akan mengumumkan data manufaktur dan non manufaktur China pada Juni pada pagi ini.

oleh Nurmayanti diperbarui 30 Jun 2017, 08:47 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2017, 08:47 WIB
Bursa Saham Asia
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, Tokyo - Bursa Asia dibuka melemah pada perdagangan hari ini karena pasar menunggu rilisnya data ekonomi dari China.

Mengutip CNBC, Jumat (30/6/2017), indeks Nikkei 225 turun 0,97 persen dan Kospi tergelincir 0,43 persen pada awal perdagangan. Sementara indeks S&P/ASX 200 Australia melemah 1,46 persen.

Adapun China akan mengumumkan data manufaktur dan non manufaktur di Juni pada pukul 9:00 pagi ini.

Sebelumnya Jepang melaporkan CPI inti untuk bulan Mei naik 0,4 persen pada tahun ini, sejalan dengan ekspektasi. Namun angka produksi industri mencerminkan penurunan 3,3 persen, dibandingkan bulan sebelumnya, meski masih sedikit lebih tinggi dari proyeksi penurunan 3,2 persen.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi naik tipis, di mana obligasi 10 tahunan AS diperdagangkan sekitar 2,27 persen. Imbas hasil sempat diperdagangkan sekitar 2,15 persen awal pekan ini.

"Imbal hasil terus menguat dan kembali naik dalam semalam, dengan Inggris dan Jerman memimpin pasar," menurut Ekonom ANZ Daniel Gradwell dalam catatannya.

Pergerakan tersebut terjadi setelah inflasi konsumen di Jerman untuk bulan Juni berada di atas ekspektasi sebesar 1,5 persen, lebih tinggi dari perkiraan 1,3 persen.

Dalam mata uang, dolar menyentuh level terendah dalam empat belas bulan terhadap euro. Mata uang ini turun dari sesi tinggi di US$ 1,1445 menjadi US$ 1,1438 pada pukul 8:05 pagi waktu Hong Kong atau Singapura.

Pelemahan dolar seiring langkah antisipasi pasar jika bank sentral lain, seperti Bank Sentral Eropa dan Kanada, dapat berubah menjadi hawkish, yang akan mengurangi keuntungan imbal hasil yang menjadi tantangan bagi dolar, usai kebijakan suku bunga Federal Reserve A.S.

"Pasar global terus menyesuaikan perkiraannya pada 2018 di mana bank sentral lainnya bergabung dengan Federal Reserve secara bertahap mengurangi stimulus moneter," jelas Analis Pasar Saham CMC Markets Ric Spooner dalam catatannya.

Indeks dolar, yang mengukur mata uang terhadap sekeranjang mata uang, diperdagangkan pada 95,539, dibandingkan sebelumnya di 97 pada awal minggu ini.

Simak video menarik berikut ini:

 

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya