Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi tajam pada sesi pertama perdagangan saham pada Selasa pekan ini. Pergerakan IHSG mengikuti bursa saham global yang turun signifikan akibat kekhawatiran kenaikan suku bunga the Federal Reserve.
Pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Selasa (6/2/2018), IHSG melemah 162,85 poin atau 2,47 persen ke posisi 6.426,81. Indeks saham LQ45 susut 2,3 persen ke posisi 1.081,56. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.
Ada sebanyak 364 saham tertekan sehingga mendorong IHSG ke zona merah. Sementara itu, hanya 28 saham menguat dan 52 saham diam di tempat. Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.519,29 dan terendah 6.426,81.
Advertisement
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 273.894 kali dengan volume perdagangan saham 10,4 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6 triliun.
Baca Juga
Investor asing melakukan aksi jual Rp 643,87 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.598.
Secara sektoral, 10 sektor saham kompak melemah. Sektor saham industri dasari turun 5,09 persen, sektor saham tambang melemah 4,41 persen dan sektor saham pertanian susut 3,68 persen.
Di tengah IHSG tertekan tajam, ada sejumlah saham mencatatkan top gainers antara lain saham AGRS naik 24,65 persen ke posisi Rp 354, saham GDYR melonjak 17,42 persen ke posisi Rp 2.090 per saham, dan saham PORT naik 13,07 persen ke posisi Rp 450 per saham.
Sementara itu, saham INKP susut 11,52 persen ke posisi Rp 7.875, saham MEDCO merosot 9,8 persen ke posisi Rp 1.150 per saham, dan saham IKAI tergelincir 9,2 persen ke posisi Rp 148 per saham.
Bursa Asia pun melemah. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 5,04 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 2,42 persen, indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 6,58 persen, dan mencatatkan penurunan terbesar.
Disusul indeks saham Shanghai melemah 3,03 persen, indeks saham Singapura turun 3,66 persen dan indeks saham Taiwan tergelincir 5 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas Nafan Ali menuturkan, IHSG tertekan didorong sentimen global. Hal itu didorong indeks saham Dow Jones melemah sejak Jumat pekan lalu. Nafan mengatakan, rilis data ekonomi Amerika Serikat, yaitu data penghasilan tenaga kerja nonsektor pertanian cukup baik berdampak positif ke dolar AS.
"Indeks dolar AS menguat, dan pelaku pasar melepas aset sehingga terjadi koreksi signifikan dan dolar AS naik. Faktor global banyak pengaruhi IHSG," ujar Nafan saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, pelaku pasar juga menunggu kebijakan bank sentral AS atau the Federal Reserve. Diperkirakan, the Federal Reserve menaikkan suku bunga pada pertemuan Maret. "Pelaku pasar wait and see. Pelaku pasar masih melihat apakah kenaikan suku bunga pada Maret agresif atau bertahap," ujar dia.
Selain itu, dari internal, menurut Nafan, belum ada sentimen positif. Ekonomi Indonesia tumbuh 5,07 persen pada 2017, dan sesuai harapan pelaku pasar. Meski demikian, menurut Nafan, Indonesia belum dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi sekitar 5,1-5,2 persen. "Ini masih belum terealisasi (pertumbuhan ekonomi)," kata dia.
Oleh karena itu, ia mengharapkan pemerintah dapat meningkatkan stimulus ekonomi dan menjaga harga pangan. Mengingat data beli masyarakat melemah.
Nafan prediksi, IHSG akan berada di level support 6.325-6.375 dan resistance di kisaran 6.520 pada sesi kedua perdagangan saham Selasa pekan ini.
Sementara itu, PT Ashmore Asset Management Indonesia melihat pergerakan pasar saham Indonesia tidak kebal terhadap turbulensi seiring perspektif arus keluar dari pasar saham. Sekitar 90 persen pasar saham global alami euforia pada Januari dan rentan koreksi.
Akan tetapi, makro ekonomi antara lain produk domestik bruto (PDB), nilai tukar, inflasi dan kebijakan serta sisi mikro masih solid. Ini dapat berfungsi sebagai katalisator kuat untuk kembali ke pasar saham saat aksi jual terjadi.
Adapun bursa saham Amerika Serikat (AS) tertekan lantaran ada perbaikan makro ekonomi Amerika Serikat. Kabar baik tersebut menjadi sentimen negatif lantaran harapan inflasi meningkat sehingga membuat imbal hasil surat berharga Amerika Serikat meningkat. Ekonomi AS masih kuat dilihat dari pertumbuhan PDB, lapangan kerja, manufaktu, pertumbuhan upah sehingga dapat bertahan dari resesi.
Akan tetapi, suku bunga masih rendah dan dolar AS masih tertekan. Di sisi lain perusahaan di AS juga mencatatkan pendapatan solid. Sekitar 79 persen perusahaan mampu mengalahkan perkiraan analis soal kinerja.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
IHSG Melemah di Awal Sesi
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada awal perdagangan. Seluruh sektor melemah dan pelemahan tertinggi dicetak oleh sektor pertambangan.
Pada prapembukaan perdagangan saham, Selasa (6/2/2018), IHSG turun 116 poin ke posisi 6.5.473,14. Pada pembukaan, IHSG masih tertekan, indeks turun 121,09 poin atau 1,84 persen ke posisi 6.469,54. Indeks saham LQ45 turun 1,92 persen ke posisi 1.086,07. Seluruh indeks saham acuan kompak berada di zona merah.
Ada sebanyak 216 saham melemah sehingga menekan IHSG ke zona merah, sedangkan 26 saham menguat dan 64 saham lainnya diam di tempat. Pada awal sesi, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.505,19 dan terendah 6.463,88.
Transaksi perdagangan saham juga cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 26.258 kali dengan volume perdagangan saham 726 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 551 miliar. Investor asing melakukan aksi jual Rp 94 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.591.
Secara sektoral, seluruh sektor saham melemah. Sektor saham pertambangan turun 2,19 persen, dan mencatatkan pelemahan terbesar.
Disusul sektor saham industri dasar melemah 2,10 persen dan sektor saham konstruksi turun 1,97 persen.
Saham-saham mencatatkan penguatan terbesar, antara lain saham AGRS naik 24,65 persen ke posisi Rp 354, saham INRU melonjak 22,44 persen ke posisi Rp 955, dan saham TPMA menanjak 7,62 persen ke posisi Rp 226 per saham.
Adapun saham-saham yang tertekan antara lain saham IBFN melemah 14,75 persen ke posisi Rp 52, saham AMIN susut 10,71 persen ke posisi Rp 350, dan saham CASA turun 9,82 persen ke posisi Rp 294.
Bursa Asia kompak melemah. Di Jepang, Nikkei 225 turun 2,06 persen pada awal perdagangan, sementara indeks acuan saham Topix turun 1,71 persen. Indeks Kospi Korea Selatan turun 1,66 persen.
Advertisement