Awali Pekan, Bursa Asia Dibuka Bervariasi

Di Korea Selatan, indeks Kospi turun 0,08 persen karena pelemahan saham-saham sektor otomotif dan juga barang konsumsi.

oleh Arthur Gideon diperbarui 23 Apr 2018, 08:40 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2018, 08:40 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia bergerak vervariasi pada pembukaan perdagangan Senin pekan ini. Bursa Korea Selatan melemah mengikuti pelemahan yang terjadi pada penutupan bursa Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu.

Mengutip CNBC, Senin (23/5/2018), Nikkei 225 bergerak mendatar sedangkan Topix bergerak naik 0,21 persen. Sektor keuangan bursa saham Jepang dan juga otomotif berada di zona positif sedangkan sektor teknologi bergerak campuran.

Di Korea Selatan, indeks Kospi turun 0,08 persen karena pelemahan saham-saham sektor otomotif dan juga barang konsumsi. Namun kebalikannya, saham-saham di sektor baja mengalami penguatan.

Indeks S&P/ASX 200 Ausralia naik 0,28 persen dengan dukungan sebagian besar sektor. Hanya sektor telekomunikasi saja yang mengalami tekanan.

Kinerja saham di Asia ini mengikuti yang terjadi pada penutupan perdagangan di bursa AS pada Jumat lalu. Saham Aple menjadi penekan tertinggi di Wall Street.

Saham perusahaan pencipta iPhone tersebut jatuh 4,1 persen menyusul catatan Morgan Stanley yang menyatakan bahwa penjualan iPhone pada kuartal Juni bakal melemah.

Wall Street

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Pada penutupan pekan lalu, wall street melemah seiring investor khawatir imbal hasil surat utang Amerika Serikat (AS)menguat. Sektor saham tekonologi pun memimpin pelemahan di antara sektor saham dipengaruhi permintaan iPhone dan laporan kinerja.

Indeks saham Dow Jones Industrial Average melemah 202,09 poin atau 0,82 persenke posisi 24.462,8. Indeks saham S&P 500 tergelincir 22,98 poin atau 0,85 persen ke posisi 2.670,15. Indeks saham Nasdaq susut 91,93 poinatau 1,27 persen ke posisi 7.146,13.

Sektor saham teknologi catatkan penurunan terbesar sehingga menekan indeks saham S&P 500. Sektor saham teknologi susut 1,5 persen seirin penantian investor terhadap rilis kinerja perusahaan.

"Sentimen lainnya yang akan berlanjut yaitu kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat dan potensi dampak kenaikan suku bungake pasar saham. Selain itu, sedikit momentum untuk kinerja keuangan. Ini bukan berarti laporan keuangan perusahaan kurang bagus tetapi prediksi perusahaan belum ada cukup kuat untuk dorong saham menguat," ujar Rick Meckler, President of Investment LibertyView CapitalManagement, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (21/4/2018).

Investor juga gelisah karena imbal hasil surat utang atau obligasi AS bertenor 10 tahun mencapai level tertinggi sejak Januari 2014. Ini karena aksi jual obligasi yang berlanjut. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun menjadi posisi 2,9583.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya