Investor Khawatir Obligasi AS Melonjak, Wall Street Tertekan

Sektor saham teknologi dan konsumsi tertekan, serta imbal hasil obligasi AS melonjak menekan laju wall street.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Apr 2018, 05:00 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2018, 05:00 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah seiring investor khawatir imbal hasil surat utang Amerika Serikat (AS)menguat. Sektor saham tekonologi pun memimpin pelemahan di antara sektor saham dipengaruhi permintaan iPhone dan laporan kinerja.

Pada penutupan perdagangan di wall street, Jumat (Sabtu pagi WIB), indeks saham Dow Jones Industrial Average melemah 202,09 poin atau 0,82 persenke posisi 24.462,8. Indeks saham S&P 500 tergelincir 22,98 poin atau 0,85 persen ke posisi 2.670,15. Indeks saham Nasdaq susut 91,93 poinatau 1,27 persen ke posisi 7.146,13.

Sektor saham teknologi catatkan penurunan terbesar sehingga menekan indeks saham S&P 500. Sektor saham teknologi susut 1,5 persen seirin penantian investor terhadap rilis kinerja perusahaan.

"Sentimen lainnya yang akan berlanjut yaitu kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat dan potensi dampak kenaikan suku bungake pasar saham. Selain itu, sedikit momentum untuk kinerja keuangan. Ini bukan berarti laporan keuangan perusahaan kurang bagus tetapi prediksi perusahaan belum ada cukup kuat untuk dorong saham menguat," ujar Rick Meckler, President of Investment LibertyView CapitalManagement, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (21/4/2018).

Investor juga gelisah karena imbal hasil surat utang atau obligasi AS bertenor 10 tahun mencapai level tertinggi sejak Januari 2014. Ini karena aksi jual obligasi yang berlanjut. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun menjadi posisi 2,9583.

 

Selanjutnya

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Ketika imbal hasil obligasi tinggi, pelaku pasar akan lebih memilih obligasi ketimbang saham termasuk sektor saham barang konsumsidan properti yang menjanjikan dividen tinggi dan lambat tapi tetap tumbuh.

Namun, suku bunga acuan bank sentral AS dapat mendorongkenaikan keuntungan bank yang menaikkan sektor saham keuangan sekitar 0,05 persen. Sektor saham keuangan mencatatkan penguatan terbesardi antara 11 sektor saham. Sedangkan sektor saham barang konsumsi turun 1,7 persen didorong penurunan saham PepsiCo.

"Kami melihat kelemahan barang konsumsi menjadi kunci. Diharapkan kinerja keuangan optimis namun kami melihat beberapa masalah mendasardi perusahaan-perusahaan ini," ujar Michael O'Rourke, Chief Market Strategist JonesTrading.

Saham-saham tertekan di wall street antara lain saham Procter and Gamble turun 2,9 persen. Sebelumnya perseroan mengatakan persediaan ritel susu danbiaya lebih tinggi menekan margin. Saham Philip Morris International pun melanjutkan penurunan seiring volume pengiriman lemah.

Saham Apple tergelincir 4,1 persen, dan mencatatkan penurunan terbesar indeks saham acuan usai Morgan Stanley perkirakan permintaan iPhone melemah usai Taiwan Semiconductor khawatir penjualan ponsel pintar melambat. Adapun Alphabet, Facebook, Intel dan Microsoftakan merilis laporan keuangan pada pekan depan.

Perusahaan masuk indeks S&P 500 pun melaporkan kinerja keuangan yang menguat pada kuartal I 2018. Sekitar 87 perusahaan sudah rilis kinerja,sekitar 79,3 persen mencatatkan keuntungan di atas harapan. Volume perdagangan saham di wall street mencapai 6,45 miliar saham dibandingkan selama 20 sesi perdagangan sekitar 6,92 miliar saham.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya