Ketegangan Korea Mereda Bawa Bursa Asia Menguat

Adapun Bursa Saham di Jepang, Cina dan India tutup karena liburan dan sebagian besar Pasar Asia akan kembali ditutup pada hari Selasa.

oleh Nurmayanti diperbarui 30 Apr 2018, 08:51 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2018, 08:51 WIB
Bursa Asia.
Bursa Asia. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Tokyo - Bursa Asia menguat dipicu meredanya ketegangan di Semenanjung Korea dan laporan laba perusahaan yang tercatat naik. Meski demikian, penguatan masih dibayangi beberapa investor yang mencermati kemungkinan jika kondisi ini akan kembali berubah dalam waktu dekat.

Melansir laman Reuters, Senin (30/4/2018), indeks MSCI saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,1 persen. Indeks  ini tampaknya akan berakhir mendatar pekan ini, setelah mencatat kerugian  berturut-turut.

Sementara indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,5 persen dan kemungkinan berakhir lebih dari 2 persen di April. Ini antara lain dipicu laporan laba perusahan Samsung dan berlangsungnya pertemuan puncak antar Korea Utara dan Selatan yang sangat sukses.

Sedangkan indeks patokan Australia bertambah 0,2 persen, sementara saham Selandia Baru melunak.

Adapun pasar Jepang, Cina dan India tutup karena liburan dan sebagian besar Pasar Asia akan kembali ditutup pada hari Selasa.

Secara keseluruhan, penguatan Bursa Asia pada awal pekan ini terdorong laporan perolehan laba perusahaan pada kuartal pertama yang menguat. Lebih dari separuh perusahaan di Wall Street tercatat naik 79,4 persen, mengalahkan perkiraan konsensus.

Analis sekarang memperkirakan pertumbuhan laba bisa mencapai 24,6 persen, lebih dari perkiraan di awal tahun. Pemicu hal ini sebagian besar berkat pemotongan pajak yang besar.

Tetapi investor juga gelisah dibayangi kemungkinan Federal Reserve AS yang kembali menaikkan tingkat suku bunga lebih cepat tahun ini. Dan kemungkinan Bank Sentral Eropa mengakhiri program pembelian obligasi.

 

 

Komoditas dan Mata Uang

Di awal pekan ini, mata uang pound sterling tercatat melemah. Ini dipicu mundurnya Menteri Dalam Negeri Inggris yang menambah masalah bagi pemerintah Perdana Menteri Theresa May.

Pound terakhir diperdagangakan melemah ke posisi USD 1,3772 terhadap Dolar AS. Pada Jumat pekan lalu, mata uang ini melemah 0,9 persen akibat laporan data pertumbuhan ekonomi yang mengecewakan menantang ekspektasi Bank of England akan menaikkan suku pada bulan Mei.

Sementara Dolar AS sedikit menguat dibandingkan dengan indeks terhadap enam mata uang utama naik. Dolar AS menguat 91,587.

Euro juga mengikuti gerak pound yang melemah USD 1,2120. Sementara Dolar naik tipis terhadap Yen menjadi 109,15.

Di sisi komoditas, harga minyak turun dari posisi tertinggi baru-baru ini. Harga minyak mentah berjangka Brent turun 30 sen menjadi USD 74,35 per barel. Sementara minyak mentah AS kehilangan 10 sen menjadi USD 68 per barel.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya