Wall Street Merosot Imbas Kekhawatiran Perang Dagang

Wall street melemah didorong sentimen Presiden AS Donald Trump kemungkinan menaikkan tarif tambahan untuk barang impor China.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Sep 2018, 05:00 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2018, 05:00 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau disebut wall street melemah didorong sentimen Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kemungkinan menaikkan tarif tambahan untuk barang impor China.

Selain itu, Apple Inc juga mengindikasikan sejumlah produk dapat kena semacam retribusi. Hal tersebut pengaruhi wall street.

Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (Sabtu pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 79,33 poin atau 0,31 persen ke posisi 25.916,54. Indeks saham S&P 500 tergelincir 6,37 poin atau 0,22 persen ke posisi 2.871,68. Indeks saham Nasdaq merosot 20,19 poin atau 0,25 persen ke posisi 7.902,54.

Selama sepekan, indeks saham Dow Jones susut 0,19 persen. Indeks saham S&P 500 tergelincir 1,03 persen, dan Nasdaq susut 2,55 persen. Indeks saham Nasdaq cetak penurunan terbesar sejak Maret, sedangkan S&P 500 sejak Juni.

Sebagian besar wall street melemah terutama setengah jam terakhir perdagangan didorong laporan produk Apple termasuk Apple Watch dan AirPods akan kena kewajiban. Saham Apple yang sebagian besar berada di zona positif, berbalik arah melemah sekitar 0,8 persen.

Apple menyediakan sejumlah rincian sebagai tanggapan atas tarif yang diusulkan Pemerintah AS atas impor barang China senilai USD 200 miliar. Periode komentar untuk tarif itu berakhir pada Kamis malam. Sebelumnya pada Jumat, penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow menuturkan, Trump tidak akan membuat keputusan tentang tarif itu hingga pejabat evaluasi komentar publik.

"Apple adalah pemimpin. Itulah mengapa kita mungkin melihat beberapa aksi ambil untung memasuki akhir pekan," ujar Chief Market Strategis Prudential Financial Quincy Krosby, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (8/9/2018).

Wall street tertekan usai Trump menuturkan memiliki tarif yang siap untuk mengenakan tambahan impor barang China senilai USD 267 miliar. Angka ini di atas usulan USD 200 miliar. Retorika perang perang dagang yang meningkat berkontribusi terhadap kecemasan investor mengenai prospek pasar.

"Ada kemungkinan (China) devaluasi mata uangnya lagi, yang mendorong dolar AS dan mengubah tekanan pada eksportir AS," tutur Krosby.

Indeks saham S&P dan Dow Jones dibuka lebih rendah usai laporan Departemen Ketenagakerjaan AS menunjukkan percepatan pertumbuhan tenaga kerja dan upah.

Meski pun laporan menunjukkan ekonomi yang kuat, itu menimbulkan kekhawatiran investor mengenai inflasi dan rencana bank sentral AS atau the Federal Reserve menaikkan suku bunga.

 

Sebagian Besar Sektor Saham Tertekan

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Dengan tambahan tekanan dari kekhawatiran perang dagang. 10 dari 11 sektor saham di indeks saham S&P 500 cenderung melemah. Hanya saham perawatan kesehatan yang membukukan keuntungan.

Saham produsen chip Broadcom Inc naik 7,7 persen. Saham Tesla Inc tergelincir 6,3 persen menyusul laporan dua eksekutif meninggalkan perusahaan dan perilaku Chief Executive Officer Tesla Elon Musk yang tidak baik.

Adapun volume perdagangan di wall street tercatat 6,25 miliar. Angka ini lebih rendah dari rata-rata 20 harian perdagangan sekitar 6,2 miliar saham.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya