Wall Street Bervariasi, Indeks Nasdaq Kembali Cetak Rekor

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street cenderung bervariasi menyambut akhir pekan indeks saham Nasdaq cetak rekor.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Jan 2021, 05:46 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2021, 05:46 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Jumat waktu setempat. Hal ini ditunjukkan dengan indeks saham Nasdaq kembali cetak rekor, sedangkan indeks saham S&P 500 dan Dow Jones tertekan.

Di wall street pada Jumat, 22 Januari 2021 waktu setempat, indeks saham S&P 500 melemah 0,3 persen menjadi 3.841,47 setelah sentuh rekor pada sesi sebelumnya. Indeks saham Nasdaq naik 0,1 persen ke posisi 13.543,06, didorong saham teknologi. Indeks saham Dow Jones tergelincir 179,03 poin atau 0,6 persen ke posisi 30.996,98.

Saham IBM melemah 9,9 persen setelah perusahaan melaporkan kinerja kuartal IV di bawah harapan. Pendapatan turun enam persen. Saham Intel melemah 9,3 persen setelah menguat enam persen pada perdagangan Kamis, 21 Januari 2021 yang didorong pendapatan lebih baik dari perkiraan.

Harapan untuk musim pendapatan yang kuat dari perusahaan komunikasi dan teknologi memicu reli saham kapitalisasi besar selama sepekan.

Hal tersebut berdampak positif terhadap indeks saham acuan di wall street. Indeks saham Nasdaq menguat 4,2 persen selama sepekan, indeks saham S&P 500 dan Dow Jones masing-masing naik 1,9 persen dan 0,6 persen.

Saham Apple naik 1,6 persen sehingga  mendorong kenaikan harga sahamnya selama sepekan menjadi 9,4 persen. Saham Facebook dan Microsoft masing-masing naik 9,2 persen dan 6,3 persen pada pekan ini. Perusahaan teknologi besar dijadwalkan akan melaporkan pendapatan pada pekan depan.

"Tidak seperti awal bulan ini, reli minggu ini telah dipimpin oleh growth stocks and saham teknologi berkapitalisasi besar,” ujar Chief Investment Officer UBS, Mark Haefele, seperti dilansir dari CNBC, Sabtu (23/1/2021).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Investor Pertimbangkan Rencana Stimulus Joe Biden

Joe Biden dan Kamala Harris Resmi Pimpin Amerika Serikat
Presiden Joe Biden berbicara selama Pelantikan di US Capitol di Washington, Rabu (20/1/2021). Joe Biden mengalahkan Donald Trump di pemilu AS 2020 dengan perolehan 81 juta suara. (AP Photo/Patrick Semansky, Pool)

Investor menilai kembali prospek rencana stimulus COVID-19 Presiden AS Joe Biden. Semakin banyak anggota Partai Republik menyatakan keraguan atas perlunya RUU stimulu terutama senilai USD 1,9 triliun yang diusulkan Biden.

Sementara itu, Senator Demokrat Joe Manchin telah kritik pemeriksaan stimulus yang diusulkan. Perbedaan pendapat dari salah satu partai menjadi beban bagi Biden.

Realitas politik Washington mulai mempengaruhi pasar, dan semakin tidak jelas kapan tujuan stimulus ambisius Demokrat akan menjadi undang-undang,” ujar Pendiri Sevens Report Tom Essaye.

Sektor siklikal atau sektor paling diuntungkan dari stimulus tambahan telah memberikan tekanan kepada pasar. Sektor saham energi, keuangan dan material penghambat terbesar setidaknya melemah satu persen pada pekan ini.

Investor Yakin Pasar Saham Bakal Menguat

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sementara itu, dengan indeks saham S&P 500 naik 2,3 persen pada 2021, beberapa investor percaya pasar mungkin akan menguat seiring distribusi vaksin dan pemulihan ekonomi masih mungkin terjadi.

“Pendulum COVID-19 yang biasanya menekankan optimism vaksin atas kenyataan jangka pendek yang keras, beralih kembali terutama bursa saham terpukul di Eropa,” ujar Pendiri Vital Knowledge Adam Crisafulli.

Sementara itu, Komite Senat sangat mendukung mantan ketua The Federal Reserve (the Fed) Janet Yellen sebagai Menteri Keuangan di pemerintahan Joe Biden.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya