Joe Biden Akan Naikkan Pajak Capital Gain Bikin Wall Street Tertekan

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks saham Dow Jones melemah 321,41 poin atau 1 persen ke posisi 33.815,90.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Apr 2021, 05:13 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2021, 05:13 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street berbalik arah melemah pada perdagangan saham Kamis, 22 April 2021. Tekanan terhadap wall street terjadi setelah Presiden AS Joe Biden bermaksud mengusulkan lebih tinggi pajak capital gain untuk orang kaya.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks saham Dow Jones melemah 321,41 poin atau 1 persen ke posisi 33.815,90.

Indeks saham unggulan ini sempat turun 420 poin. Indeks saham S&P 500 tergelincir 0,9 persen ke posisi 4.134,98. Sementara itu, indeks saham Nasdaq susut 0,9 persen ke posisi 13.818,41.

Bloomberg melaporkan, Joe Biden berencana menaikkan pajak 43,4 persen untuk orang kaya AS. Usulan kenaikan pajak ini menjadi 39,6 persen bagi berpenghasilan USD 1 Juta atau lebih, dan angka ini naik 20 persen. Hal itu berdasarkan sumber yang mengetahui hal tersebut.

"Proposal Biden secara efektif menggandakan kenaikan pajak bagi yang berpenghasilan USD 1 juta. Itu adalah kenaikan biaya cukup besar bagi investor jangka panjang,” ujar CIO Cresset Capital Management, Jack Ablin, dilansir dari CNBC, Jumat (23/4/2021).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Kenaikan Pajak Dapat Picu Aksi Jual

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Saham pertumbuhan atau growth stocks yang berada di bawah tekanan jual karena pajak lebih tinggi memimpin penurunan secara intraday. Saham Tesla dan Amazon masing-masing turun 3,3 persen dan 1,6 persen.

“Pasar sangat berkonsentrasi pada sejumlah nama saham growth stock. Saham-saham tersebut telah mendorong sebagian besar keuntungan selama beberapa tahun terakhir dan banyak investor memperoleh keuntungan signifikan pada harga saat ini. Ketakutan tingkat capital gain lebih tinggi dapat memicu aksi jual dan memicu koreksi pasar,” ujar CEO Morgan Creek Capital Management, Mark Yusko.

Ia menambahkan, hal tersebut akan mendorong investor untuk menjual atau melakukan lindung nilai melalui short selling.

Sebelum berita itu muncul, rata-rata indeks saham diperdagangkan sedikit lebih tinggi karena investor mencermati pendapatan perusahaan dan data ekonomi.

Saham Southwest Airlines turun 1,6 persen meski maskapai menyatakan pemesanan tiket perjalanan terus meningkat. Perseroan berharap mencapai titik impas pada Juni. Southwest juga membukukan kerugian lebih sedikit dari perkiraan kuartal pertama.

Dow Inc merosot enam persen bahkan setelah perusahaan melaporkan pendapatan melampaui prediksi pada kuartal I. Saham Dow Inc sudah naik hampir 10 persen pada 2021.

Sejauh ini, sebagian besar perusahaan melaporkan kinerja melampaui harapan wall street.  Namun, kinerja kuartal I 2021 yang kuat belum mampu mengangkat pasar yang lebih tinggi setelah mencatat rekor yang mendorong valuasi mendekati level tertinggi beberapa tahun.

“Rentetan kejutan earning per share (EPS) yang kuat kemungkinan akan berlanjut, tetapi valuasi yang meningkat sekarang telah menyebar, sentimen terlalu optimistis, dan potensi perubahan dalam perpajakan perusahaan overhang,” ujar Head of Equity Derivatives Barclays, Manees Deshpande dalam catatannya.

Meski demikian,  pihaknya menargetkan target S&P 500 pada akhir tahun menjadi 4.400. Barclays memperingatkan kenaikan di luar target tidak mungkin terjadi.

Rilis Data Klaim Pengangguran

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Investor juga mencerna rilis data klaim pengangguan mingguan yang lebih baik dari perkiraan. Departemen Tenaga Kerja melaporkan klaim pertama kali untuk asuransi pengangguran bertambah 547.000. Angka ini di bawah perkiraan Dow Jones 603.000.

Di sisi lain, Partai Republik mengajukan tawaran balasannya untuk rencana infrastruktur Biden senilai USD 2 triliun. Para senator mengusulkan kerangka kerja USD 568 miliar yang mencakup pendanaan untuk jembatan, bandara, jalan, dan penyimpanan air. Ini belum termasuk kenaikan pajak.

Namun, kekhawatiran akan kenaikan pajak capital gain dapat berlebihan karena hanya memiliki mayoritas kecil di Senat dan DPR yang dapat membuat sulit untuk menyetujui proposal agresif apa pun.

“Saya pikir ini juga balon percobana dan semacam persiapan untuk negosiais di masa depan. Jika saya ingin menyelesaikan sesuatu hal pertama yang akan saya lakukan adalah mengajukan permintaan yang sangat ekstrem dan kemudian saya akan menegosiasikannya kembali. Begitulah cara kerja politik,” ujar Head of Global Strategy RiverFront Invesment Group Doug Sandler.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya