Riset DBS: Kenaikan Harga Komoditas Berlanjut pada 2021

Bank DBS prediksi ada sejumlah komoditas yang akan bergerak signifikan pada 2021 antara lain, baja, tembaga, minyak, dan minyak sawit mentah (crude palm oil-CPO).

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Sep 2021, 20:59 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2021, 20:59 WIB
Perkebunan sawit yang dikelola oleh PTPN V di salah satu kabupaten di Riau.
Perkebunan sawit yang dikelola oleh PTPN V di salah satu kabupaten di Riau. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Jakarta - DBS Group Research memerkirakan kenaikan harga dan inflasi komoditas akan terus berlanjut pada 2021. Harga rata-rata komoditas pada 2021 akan lebih tinggi dari 2020.

Melalui informasi yang dikutip dari informasi DBS Group Research ke Media (3/9/2021), Bank DBS mengungkapkan, meski terdapat moderasi harga komoditas pada paruh kedua 2021, DBS Group Research melihat harga rata-rata komoditas tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan 2020. 

Dengan kenaikan harga komoditas yang terus berlanjut pada 2021 akan menguntungkan produsen komoditas hulu. Sementara bagi sektor hilir, prospek margin mungkin tidak seburuk yang diperkirakan, karena dengan permintaan yang lebih tinggi pada produk akhir, sebagian biaya produksi bahan baku ini dapat dialihkan ke pelanggan. 

"Industri hilir kami percaya sektor penerbangan, konstruksi, semen, kilang akan sulit meneruskan kenaikan biaya. Sementara sektor otomotif, perangkat keras teknologi, galangan kapal, konsumsi makanan minuman (Food & Beverage) akan lebih mengelola margin di tengah meningkatnya permintaan konsumen akhir," tulis laporan tersebut.

Bank DBS prediksi ada sejumlah komoditas yang akan bergerak signifikan pada 2021 antara lain, baja, tembaga, minyak, dan minyak sawit mentah (crude palm oil-CPO). 

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Baja

Baja ringan
Baja ringan.

Harga patokan HRC (Hot Rolled Coil) dunia dan Tiongkok (tidak termasuk PPN) masing-masing naik 59 persen dan 35 persen menjadi USD 1.069/ton dan USD785/ton pada awal tahun hingga 19 Mei 2021.

Harga baja akan terus didukung oleh kenaikan permintaan baja global sebesar 6,2 persen pada 2021 yang terdorong oleh Rancangan Undang-undang (RUU) infrastruktur AS dan pemulihan ekonomi. Sementara itu, kebijakan pemerintah Tiongkok dapat menyebabkan persaingan pasokan di pasar menjadi lebih ketat. 

"Kami perkirakan harga baja akan melemah di semester kedua 2021, bijih besi harganya akan turun karena peningkatan pasokan dari pertambangan. Rata-rata harga patokan HRC dunia dan harga HRC domestik Tiongkok masih diproyeksikan naik 47 persen dan 37 persen secara tahunan (year on year-yoy) pada 2021," tulis analis DBS Group Research, Lee Eun Young dalam laporannya.

2. Tembaga

Ilustrasi tembaga (Dok: Natalia Y/Unsplash)
Ilustrasi tembaga (Dok: Natalia Y/Unsplash)

Harga tembaga meningkat 28 persen menjadi US$10.115/ton per 19 Mei 2021 atau meningkat lebih dari dua kali lipat dari titik terendahnya di level USD 4.618/ton pada 23 Maret 2020.

Pasar tembaga diperkirakan tetap defisit 248 ribu ton dan 206 ribu ton pada tahun 2021 dan 2022. Angka ini menyusut dari defisit 2020 sebesar 420 ribu ton. 

Bank DBS memperkirakan harga tembaga akan melemah di semester kedua tahun ini akibat peningkatan produksi untuk proyek-proyek baru dengan banyak kapasitas peleburan di Tiongkok dan memperlambat spekulasi investasi karena tingkat bunga yang lebih tinggi.

Sehingga harga rata-rata tembaga diperkirakan naik 26,2 persen secara tahunan di level USD 7.800/ton pada 2021 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

3. Minyak

Ilustrasi Harga Minyak
Ilustrasi Harga Minyak

Pemulihan tajam permintaan minyak global pasca pembatasan mobilitas, dan dengan pemangkasan produksi OPEC, menyebabkan ketatnya pasar pada awal tahun.

Persediaan minyak global pun menyusut hingga di bawah tingkat rata-rata. Bank DBS memperkirakan harga rata-rata minyak mentah Brent akan tetap meningkat di rentang US$ 65-70/bbl hingga 2022, seiring pemulihan permintaan menuju ke level sebelum pandemi COVID-19.

4. CPO

Hamparan kebun milik petani sawit plasma PTPN V sebagai bahan baku utama bahan bakar nabati program green fuel.
Hamparan kebun milik petani sawit plasma PTPN V sebagai bahan baku utama bahan bakar nabati program green fuel. (Liputan6.com/M Syukur)

Harga minyak sawit mentah (CPO) Malaysia naik 250 persen dari titik terendah pada saat pandemi Maret 2020 dan saat ini menyentuh level tertinggi di level RM4.500 per metrik ton (MT).

Harga tinggi ini kemungkinan bisa bertahan sementara waktu dengan pasokan dan permintaan yang ketat. Harga minyak kedelai dan minyak nabati lainnya juga membuat harga CPO menguat. Meskipun terjadi reli, harga CPO masih USD 300 per ton di bawah minyak kedelai. "Asumsi kami harga CPO 2021 berada di US$617 per MT," ujar analis DBS Group Research.

 

Reporter: Elizabeth Brahmana

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya