PPKM Diperpanjang, Ini Prediksi IHSG pada 14 September 2021

Dengan PPKM diperpanjang ini, bagaimana dampaknya terhadap laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa, 14 September 2021?

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Sep 2021, 22:12 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2021, 22:12 WIB
IHSG
Pekerja beraktivitas di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level 5.600 pada penutupan perdagangan pertama bulan ini, Senin (3/4/2017). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah kembali memutuskan memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). PPKM diperpanjang ini, Bali turun peringkat menjadi level 3 dari sebelumnya level 4. Dengan PPKM diperpanjang ini, bagaimana dampaknya terhadap laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa, 14 September 2021?

Direktur PT Equator Swarna Investama, Hans Kwee menuturkan, sentimen PPKM diperpanjang tersebut tidak terlalu besar dampaknya terhadap IHSG.

Ia menilai, PPKM sudah mengalami berbagai pelonggaran dari awal penerapan. Hans menilai, sentimen global seperti data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan menjadi perhatian.

"Pasar hati-hati menanti data CPI USA Selasa malam,” ujar Hans saat dihubungi Liputan6.com, Senin (13/9/2021).

Hans menuturkan, investor lebih khawatir faktor global. Hal ini mengingat kekhawatiran tapering diputuskan pada pertemuan bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) pada 21 September 2021. SelaiIn inflasi AS, investor juga mencermati penjualan ritel AS dan China pada Kamis pekan ini.

Hans perkirakan, IHSG bergerak di kisaran support 6.000-6.047 dan resistance 6.102-6.150 pada Selasa pekan ini.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

PPKM Diperpanjang, Bali Turun Jadi Level 3

FOTO: Suasana Kabupaten Badung di Tengah Pandemi COVID-19
Pejalan kaki berjalan di sepanjang jalan utama yang sepi saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 di Kuta, Badung, Bali, Jumat (23/7/2021). Pemprov Bali tengah menerapkan PPKM Level 3. (SONNY TUMBELAKA/AFP)

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menuturkan, pada penerapan PPKM yang dilakukan hingga pekan lalu, pemerintah berhasil menurunkan Bali menjadi level 3.

Dengan demikian, dari 11 kota dan kabupaten level 4 pada pekan lalu, jumlahnya berkurang menjadi tiga kota dan kabupaten pada 13 September 2021. Ia menuturkan, hal tersebut buah dari kerja sama semua pihak yang telah bersama-sama menjaga kondusifitas penerapan PPKM.

Kondisi COVID-19 terus membaik dan begitu cepat di Jawa dan Bali, mendorong penurunan level PPKM yang lebih cepat dibandingkan perkiraan. Akan tetapi, kecepatan vaksinasi dan penerapan peduliindungi serta protokol kesehatan masih tertinggal.

Luhut menambahkan, penurunan level PPKM di berbagai kota menyebabkan banyak euforia dari masyarakat yang tidak disertai dengan implementasi protokol Kesehatan dan penggunaan peduli lindungi.

“Hal ini cukup berbahaya karena dapat mengundang gelombang berikutnya dari Covid-19,” kata dia.

Luhut mengatakan, semua pihak tetap harus waspada karena terdapat peningkatan kasus konfirmasi atau angka kematian di beberapa wilayah di Jawa Tengah seperti Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Semarang. 

Pemerintah mempertegas akan terus memberlakukan PPKM berlevel ini di seluruh Jawa Bali dan melakukan evaluasi tiap satu minggu.

Hal ini untuk menekan angka kasus konfirmasi dan tidak mengulang kejadian yang sama di kemudian hari.

Terkait dengan evaluasi protokol kesehatan pada pemberlakuan pembukaan kembali aktivitas masyarakat. Pemerintah menerjunkan tim untuk dapat melihat kondisi terkini di beberapa wilayah yang terjadi peningkatan mobilitas yang cukup masif, utamanya terjadi di beberapa lokasi wisata.

Luhut mengatakan, seperti Pantai Pangandaran yang dipenuhi oleh pengunjung dari Bandung Raya, Tasikmalaya, dan Jabodetabek sehingga berpotensi untuk terjadi penyebaran kasus impor bagi daerah tersebut.

“Hal tersebut diperparah karena lemahnya protokol kesehatan yang diterapkan,” kata dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya