Bahaya Mengintai Kalau Hanya Ikut-ikutan Investasi

Bagi pihak yang sekadar ikut-ikutan masuk pasar modal, Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Krizia Maulana memberikan pesan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 04 Okt 2021, 06:15 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2021, 06:00 WIB
Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Mayofi)
Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Mayofi)

Liputan6.com, Jakarta - Di media sosial, kita jumpai marak cerita sukses trading saham. Hal ini menggelitik banyak orang untuk membeli saham. Sebagian memang sudah paham mengenai saham, tetapi sebagian ada yang sekadar ikut-ikutan.

Di sisi lain, jumlah investor pasar modal pun meningkat dari sekitar 3,9 juta investor pada akhir 2020 menjadi 6,1 juta investor pada akhir Agustus 2021. Jumlah investor ini naik 57,2 persen dalam tujuh bulan pertama 2021.

Bagi pihak yang sekadar ikut-ikutan masuk pasar modal, Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Krizia Maulana memberikan pesan.

Ia mengatakan, ikut-ikutan membeli saham secara langsung tanpa dibekali pengetahuan yang cukup bisa membuat tingkat stress meningkat. Bahkan keuangan dapat berantakan.

Tak ingin seperti itu? Krizia pun menjelaskan mengenai profil risiko, mengelola risiko dan sarana investasi di pasar saham yang dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (26/9/2021):

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

1.Mengenal Profil Risiko

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Profil risiko adalah tingkat toleransi seorang individu terhadap risiko yang siap ia tanggung.  Umumnya, profil risiko seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, tingkat pengetahuan tentang investasi, serta jumlah aset dan kewajibannya.

"Seorang individu dengan jumlah aset yang besar dan kewajiban yang kecil memiliki kemampuan yang relatif besar untuk mengambil risiko,” ujar Krizia.

Sebaliknya, individu dengan aset yang kecil dan kewajiban yang besar akan cenderung kurang memiliki kemampuan dalam menanggung risiko.

Selain itu, kesiapan menanggung risiko kerap dikaitkan dengan usia. Investor di usia muda cenderung siap mengambil risiko tinggi, sementara yang berusia lanjut cenderung menghindari risiko. Kemampuan dan kesiapan menanggung risiko tidak selalu sejalan.

"Oleh karena itu, sebelum melakukan investasi, sebaiknya calon investor mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan relevan untuk membantu mengetahui profil risikonya,” ujar dia.

2. Kelola Risiko

Ilustrasi investasi, investasi saham (Photo by Tech Daily on Unsplash)
Ilustrasi investasi, investasi saham (Photo by Tech Daily on Unsplash)

Krizia menuturkan, dalam kehidupan sehari-hari kita dihadapkan pada berbagai risiko, misalnya saat berkendara di jalan raya. Begitu pula dalam investasi, ada risiko yang harus dihadapi.

Jika setiap risiko dikelola dengan baik, kita bisa menikmati hasil yang bermanfaat bagi kehidupan kita. Risiko harus dikelola, bukan dihindari. 

"Ikut-ikutan investasi secara langsung di saham, apalagi trading saham, tanpa bekal pengetahuan yang mumpuni bisa diibaratkan seperti ikut tren berkendara dengan mobil sport di jalan raya berbekal kemampuan menyetir yang minimal atau bahkan tanpa bekal kemampuan sama sekali,” ujar dia.

Akibatnya, risiko terjadi kecelakaan akan sangat besar. Investasi secara langsung di saham memang memiliki potensi keuntungan yang tinggi, tetapi juga dibarengi oleh risiko yang tinggi. Kuasai dulu ilmunya agar bisa mengelola risiko dengan baik.

3.Sarana investasi di pasar saham

(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)
(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)

Untuk meminimalkan risiko investasi di efek saham, silakan manfaatkan reksa dana saham. Dalam sebuah reksa dana saham terdapat koleksi saham dari berbagai perusahaan yang sudah dipilih secara ketat oleh portofolio manajer dengan dukungan tim riset.

"Diversifikasi saham dalam sebuah produk reksa dana akan meminimalkan risiko investasi dan membantu meningkatkan potensi imbal hasil investasi,” kata dia.

Ia mencontohkan, sebagai gambaran, imbal hasil reksa dana Manulife Saham Andalan (MSA) tercatat sebesar 26,13 persen YTD Agustus 2021, jauh melampaui tolok ukurnya yaitu IDX80 yang mencatatkan kinerja negatif sebesar -8,27 persen. 

Peluang investasi pada pasar modal bisa dimanfaatkan oleh siapa pun. Namun pemilihan kendaraan investasi yang tepat, disesuaikan dengan profil risiko masing-masing, akan membuat hati menjadi lebih tenang.

"Mencocokkan investasi kita dengan tujuan investasi juga penting karena jika tidak, investasi kita bisa jadi terlalu berisiko, atau justru malah jadi terlalu konservatif sehingga kita kehilangan potensi optimal pertumbuhannya. Investasi jangan sekadar ikut-ikutan,” ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya