Liputan6.com, Jakarta - Apa pertimbangan utama anda dalam memilih instrumen investasi: potensi keuntungan, profil risiko, atau tujuan keuangan?
Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Dimas Ardhinugraha mengatakan, investasi harus disesuaikan dengan profil risiko dan tujuan keuangan, tanpa mengabaikan peluang potensi keuntungan.
Umumnya profil risiko dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu konservatif, moderat, dan agresif. Profil risiko merupakan tingkat toleransi terhadap risiko yang siap ditanggung oleh seorang investor, yang biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, tingkat pengetahuan tentanginvestasi, serta jumlah aset dan kewajibannya Â
Advertisement
Baca Juga
Investor konservatif hanya bersedia menghadapi volatilitas yang rendah atau bahkan tidak ingin adavolatilitas sama sekali.
Investor konservatif mengutamakan keamanan dananya daripada potensi keuntungan yang bisa didapatkan dari dana yang dimilikinya saat ini.Â
Sementara investor moderat siap menerim abeberapa risiko terhadap dana yang dimilikinya dengan melakukan penempatan investasi yangseimbang antara instrumen investasi untuk jangka pendek hingga jangka panjang.
Sedangkan investor agresif berupaya untuk memaksimalkan keuntungan dengan berinvestasi pada instrumen investasi dengantingkat risiko yang relatif tinggi. Â
"Profil risiko sangat penting dalam investasi. Jika perlu, ubah tujuan keuangan dan sesuaikan dengan profil risiko," tutur dia.
Ia menambahkan, jangan memaksakan melakukan penempatan dana pada instrumen investasi yang tidak sesuai dengan profil risiko. Hal ini karena akan membuat pikiran tidak tenang dan kekhawatiran tersebut akan mengakibatkan pengambilan keputusan yang salah.
"Akibatnya, tujuan keuangan malah tidak tercapai," kata dia.
Tujuan keuangan harus dibuat dengan baik, dengan mencantumkan jumlah dana yang dibutuhkan dan kapan danatersebut akan digunakan.
Tujuan keuangan harus dibuat secara realistis; disesuaikan dengankemampuan seseorang dalam menyisihkan sebagian dari penghasilannya dan disesuaikan denganprofil risiko. Â
Untuk meminimalkan risiko, investor harus melakukan diversifikasi portofolio investasi. Diversifikasi ini sekaligus juga bisa mengoptimalkan tingkat pengembalian dana investasi.Â
"Investor dengan profil risiko konservatif, tidak disarankan untuk melakukan penempatan dana pada instrumen investasi yang berisiko tinggi seperti reksa dana saham," ujar dia.
Namun bukan berarti tidak boleh berinvestasi di reksa dana saham. Ia mengatakan, boleh, asalkan porsinya tidak besar.
"Dengan porsi yang kecil, reksa dana saham bisa berfungsi sebagai booster untuk menggenjotkinerja portofolio investasi investor yang konservatif," kata dia.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Reksa Dana Manulife
Dia menggambarkan, reksa dana pasar uang Manulife Dana Kas II Kelas A (MDK) memberikan imbalhasil 1 tahun sebesar 3,79 persen pada periode akhir Agustus 2020 hingga akhir Agustus 2021, melampaui tolok ukurnya (rata-rata bunga deposito 1 bulan net setelah pajak) yang sebesar 2,32 persen.
Pada periode yang sama, reksa dana pendapatan tetap Manulife Obligasi Unggulan Kelas A (MOU) mencatatkanimbal hasil 7,55 persen, melampaui tolok ukurnya (rata-rata bunga deposito 3 bulan net setelah pajak) yang sebesar 4,03 persen.
Sementara pada periode yang sama, reksa dana Manulife Saham Andalan (MSA)memberikan imbal hasil 1 tahun sebesar 60,81 persen, jauh melampaui tolok ukurnya (indeks IDX80) yang sebesar 5,54 persen.Â
"Agar tujuan keuangan dapat tercapai lebih cepat, sisihkan sebagian penghasilan tambahan atau ketikamendapatkan THR atau bonus untuk mengisi pos tujuan keuangan tersebut," ujar dia. Â
Â
Reporter: Elizabeth Brahmana
Advertisement