Laba Dharma Satya Nusantara Naik 162 Persen hingga Kuartal III 2021

Kenaikan harga CPO dan membaiknya kinerja usaha segmen produk kayu menjadi faktor utama kenaikan pendapatan Dharma Satya Nusantara.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 29 Okt 2021, 11:50 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2021, 11:50 WIB
Paparan publik PT Dharma Satya Nusantara Tbk pada Selasa, (7/9/2021). (Dok: Liputan6.com/Pipit I.Ramadhani)
Paparan publik PT Dharma Satya Nusantara Tbk pada Selasa, (7/9/2021). (Dok: Liputan6.com/Pipit I.Ramadhani)

Liputan6.com, Jakarta - PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) meningkatkan laba dan pendapatan hingga kuartal III 2021. Perseroan mencatat laba naik 162 persen dibandingkan periode sama 2020. Emiten berkode DSNG ini membukukan laba Rp 424 miliar.

Dilansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) dan membaiknya kinerja usaha segmen produk kayu menjadi faktor utama kenaikan pendapatan.

Selama sembilan bulan pertama, Dharma Satya Nusantara mencatat penjualan sebesar Rp 5,1 triliun atau naik 15 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penjualan kelapa sawit memberikan kontribusi 81 persen dari total penjualan DSNG atau sebesar Rp 4,1 triliun.

Penjualan segmen kelapa sawit tersebut naik 12 persen dibandingkan kuartal ketiga tahun lalu, meskipun volume penjualan CPO DSNG turun 5 persen menjadi 413 ribu ton akibat penurunan produksi.

Selain itu, harga CPO Perseroan melonjak hingga 13 persen pada kuartal ketiga tahun 2021 menjadi Rp8,7 juta per ton dibandingkan tahun lalu Rp 7,7 juta per ton.

Direktur Utama DSNG, Andrianto Oetomo menuturkan, peningkatan permintaan minyak nabati dunia selama kuartal II dan III dan krisis energi di beberapa negara ikut mendorong kenaikan harga CPO perusahaan pada kuartal ketiga tahun ini.

“Harga CPO diperkirakan masih menunjukkan rally hingga akhir tahun ini menyusul adanya krisis energi di India dan China yang mendorong peningkatan ekspor. Di sisi lain, persediaan CPO yang terbatas karena adanya kekurangan pasok dari Malaysia terkait dengan isu kelangkaan tenaga kerja,” kata Andrianto.

Sementara itu, kinerja segmen usaha produk kayu DSNG pada kuartal II dan kuartal III 2021 juga membaik seiring dengan pulihnya ekonomi negara-negara tujuan ekspor kayu, seperti Jepang dan Amerika Serikat.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penjualan DSNG

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Penjualan DSNG dari produk kayu mencapai Rp 956 miliar atau naik signifikan sebesar 35 persen dibandingkan tahun lalu. Hal ini didorong oleh kenaikan volume penjualan maupun harga rata-rata panel dan engineered flooring.

"Khusus untuk engineered flooring, terjadi peningkatan permintaan dari Amerika Serikat dan Kanada yang selama ini memberikan kontribusi penjualan lebih dari 60 persen. Sampai kuartal III tahun ini, volume ekspor engineered flooring naik 28 persen dengan harga rata-rata naik 5 persen,” ujar Andrianto.

Sedangkan untuk produk panel, membaiknya ekonomi Jepang ikut mendorong peningkatan volume penjualan sebesar 25 persen menjadi 80 ribu m3, dengan kenaikan harga rata-rata sebesar 2 persen.  

Pada kuartal III 2021, DSNG mencatat pertumbuhan EBITDA sebesar 37 persen menjadi Rp 1,3 triliun dibandingkan kuartal III tahun lalu sebesar Rp 947 miliar. Margin EBITDA juga membaik dari 22 persen pada kuartal III tahun lalu menjadi 26 persen pada 2021.

Total ekuitas naik dari Rp 6,23 triliun pada Desember 2020 menjadi Rp 6,52 triliun hingga September 2021. Total liabilitas turun dari Rp 7,92 triliun pada Desember 2020 menjadi Rp 7,44 triliun hingga September 2021.

Total aset turun menjadi Rp 13,96 triliun hingga September 2021 dari Desember 2020 sebesar Rp 14,15 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 317,88 miliar pada 30 September 2021.

Pada penutupan perdagangan Jumat, 29 Oktober 2021 sesi pertama, saham DSNG naik 1,77 persen ke posisi Rp 575 per saham. Saham DSNG dibuka stagnan Rp 565.

Saham DSNG berada di level tertinggi Rp 580 dan terendah Rp 550 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.891 kali dengan volume perdagangan 194.316. Nilai transaksi Rp 11,1 miliar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya