Liputan6.com, Jakarta - Merebaknya varian baru COVID-19, omicron tak mengganggu rencana penawaran perdana saham (initial pubic offering/IPO) sejumah perusahaan.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan,ada empat perusahaan yang akan debut dalam waktu dekat.
Baca Juga
"Hingga saat ini, perusahaan-perusahaan yang berada dalam pipeline Bursa masih relatif kondusif,” ujarnya kepada wartawan, Jumat (3/12/2021).
Advertisement
Adapun saat ini di sistem e-IPO terdapat empat perusahaan yang sedang dalam proses penawaran (offering) dan dalam proses penjatahan (allotment). Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain; PT Cisarua Mountain Dairy Tbk, PT Widodo Makmur Perkasa Tbk, PT Wira Global Solusi Tbk, dan PT Jaya Swarasa Agung Tbk.
"Apabila semua berjalan lancar, maka keempat perusahaan tersebut akan dicatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 6 Desember 2021," kata Nyoman.
Di samping itu, pada sistem e-IPO juga masih ada empat perusahaan lainya yang sedang proses penawaran (offering). Antara lain; PT RMK Energy Tbk, PT Avia Avian Tbk, PT OBM Drilchem Tbk, dan PT Indo Pureco Pratama Tbk.
"Sedangkan 2 perusahaan lainnya yaitu PT Adhi Commuter Properti Tbk dan PT Dharma Polimetal Tbk dalam proses penawaran awal (book building),” ungkap Nyoman.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
IPO Startup hingga Partisipasi Investor Ritel Bakal Angkat IHSG
Sebelumnya, sejumlah perusahaan rintisan (startup) berbasis teknologi yang akan catatkan saham perdana dinilai menjadi katalis positif untuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2022.
"Yang sudah kita lihat, IHSG terutama dari sektor teknologi itu sudah mengalami kenaikan hampir 5 kali lebih,” ujar Direktur Utama BNI Sekuritas, Agung Prabowo dalam Economic Outlook 2022 - Kebangkitan Sektor Keuangan, Senin, 22 November 2021.
Ia menuturkan, unicorn masih banyak yang melepas saham perdana ke publik. Hal ini jadi katalis meningkatkan valuasi IHSG.
"Pertumbuhan dari IPO tinggi sekali. Itu juga didorong oleh tech unicorn. Banyak sekali yang masih belum go public. Ini merupakan katalis untuk peningkatan valuasi IHSG di 2022,” imbuhnya.
Selain melantainya startup unicorn, faktor lain yang akan mempengaruhi gerak IHSG pada 2022 yakni partisipasi ritel di pasar modal.
Pada 2015, rata-rata 35 persen, investor ritel berpartisipasi di pasar modal. Tahun lalu, partisipasi investor ritel naik menjadi 48 persen. Sementara pada 2021 sudah hampir 60 persen.
"Peningkatan ini menarik meskipun tahun lalu terjadi outflow lebih dari USD 3 miliar. Tapi tahun ini sebenarnya sudah ada inflow USD 2,7 miliar ke pasar modal Indonesia. Tapi tetap proporsi ritel ada peningkatan hampir 60 persen dari nilai transaksi harian di BEI,” ujar Agung.
"Jadi ini hal-hal yang sangat positif dan jadi katalis. Kita harap ini jadi poin yang sangat positif untuk prospek pasar modal di Indonesia,” ia menambahkan.
Advertisement