Aksi Beli Investor Asing Sentuh Rp 4,76 Triliun hingga Pekan Kedua Januari 2022

Aliran dana investor asing kembali masuk ke pasar modal Indonesia hingga pekan kedua Januari 2022.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Jan 2022, 07:57 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2022, 07:57 WIB
IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG menguat 0,34 persen atau 21 poin ke level 6.296 pada penutupan perdagangan Senin (13/1) sore ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Aliran dana investor asing mencapai Rp 4,76 triliun hingga pekan kedua Januari 2022. Analis menilai, aliran dana investor asing yang masuk tersebut didorong harapan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), diitulis Senin (17/1/2/2022), aksi beli investor asing tercatat Rp 2,19 triliun pada pekan pertama Januari 2022 tepatnya 3-7 Januari 2022. Aksi beli investor asing kembali terjadi pada pekan kedua Januari 2022, 10-14 Januari 2022 yang mencapai R,57 triliun.

Head of Research PT Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menuturkan, aliran dana investor asing yang masuk ke pasar modal Indonesia didukung dari prospek ekonomi Indonesia. Selain itu, dari sektor kesehatan, Indonesia dinilai penanganannya masih baik.

"Kenaikan harga komoditas juga juga akan (pengaruhi-red) pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022. Ekonomi Indonesia akapn lebih baik dari tahun lalu,” ujar Wawan saat dihubungi Liputan6.com.

Mengutip data RTI, sejumlah saham yang dibeli investor asing year to date antara lain PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 2,3 triliun, PT Bank Jago Tbk (ARTO) Rp 1,2 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 612,7 miliar, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) Rp 536,7 miliar, dan PT Telkom Indonesia Tbk Rp 323,4 miliar.

Selain itu, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 279,5 miliar, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 215,3 miliar, PT United Tractors Tbk (UNTR) Rp 201 miliar, PT Astra International Tbk (ASII) Rp 165,5 miliar, dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Rp 157 miliar.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

IHSG Turun Tipis pada 10-14 Januari 2022

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung mengabadikan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah terbatas pada perdagangan saham pekan kedua Januari 2022.

IHSG  naik tipis 0,12 persen ke posisi 6.693,40 pada periode 10-14 Januari 2022. Pada pekan lalu, IHSG naik 1,82 persen ke posisi 6.701,31.  Kapitalisasi pasar bursa merosot 0,87 persen dari Rp 8.433,79 triliun menjadi Rp 8.360,73 triliun. Demikian mengutip dari keterangan tertulis Sabtu, 15 Januari 2022.

Selanjutnya rata-rata volume transaksi harian bursa turun 7,87 persen menjadi 18,76 miliar saham dari 20,35 miliar saham pada penutupan pekan lalu. Rata-rata nilai transaksi harian bursa merosot 13,09 persen menjadi Rp 11,53 triliun dari Rp 13,26 triliun pada pekan sebelumnya.

Sementara itu, rata-rata frekuensi transaksi bursa selama sepekan menguat 5,94 persen menjadi 1.365.875. transaksi dari 1.289.266 transaksi pada pekan lalu.

Investor asing mencatat aksi beli berih Rp 145,70 miliar. Sepanjang 2022, investor asing mencatatkan beli bersih Rp 4,76 triliun.

Head of Research PT Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menuturkan, IHSG cenderung sideways pada 10-14 Januari 2022. Hal ini seiring aksi ambil untung oleh investor asing, tetapi tidak terlalu berdampak signifikan.

Selain itu, investor juga mempertimbangkan inflasi Amerika Serikat mencapai level tertinggi 7 persen sehingga mendorong kekhawatiran percepatan kenaikan suku bunga. Wawan menuturkan, sentimen itu merembet ke bursa saham Asia termasuk Indonesia. Namun, hal itu tidak signifikan dampaknya ke IHSG. 

"Percepatan tapering dan kenaikan suku bunga jadi pertimbangan investor," tutur Wawan saat dihubungi Liputan6.com.

Wawan menambahkan, kenaikan harga komoditas juga jadi sentimen positif sehingga IHSG tidak turun signifikan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya