Varian Omicron COVID-19 hingga Suku Bunga The Fed Bakal Bebani IHSG

Sejumlah sentimen internal dan eksternal bakal bayangi gerak IHSG pada 2022, salah satunya varian baru COVID-19 omicron.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Feb 2022, 22:55 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2022, 22:55 WIB
IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Suasana pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2018 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2022 diprediksi dapat sentuh 7.380. Namun, dalam perjalanan menuju target IHSG tersebut, sentimen varian omicron COVID-19 dan potensi kenaikan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) akan membayangi.

Associate Director Pilarmas Investindo, Maximilianus Nicodemus menuturkan, IHSG berpotensi 7.380 hingga akhir tahun 2022. Akan tetapi, dalam perjalanan IHSG, sejumlah sentimen negatif akan menekan IHSG.

Pertama, ada varian baru omicron COVID-19. Ia menuturkan, varian omicron patut diperhatikan lantaran potensi menganggu menciptakan prospek pemulihan ekonomi jika tidak dapat dikendalikan dengan baik karena dapat memicu kenaikan level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

"Ketika PPKM dinaikkan dapat hambat aktivitas dan mobilitas masyarakat yang dapat membuat daya beli akan turun. Kita masih membutuhkan konsumsi dan daya beli untuk menopang pertumbuhan ekonomi,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (11/2/2022).

Maximilianus menambahkan, secara fundamental ekonomi Indonesia kuat tetapi daya beli dan konsumsi masih rapuh imbas omicron.

Kedua, sentimen yang akan menekan IHSG yaitu rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) untuk menaikkan suku bunga.

"The Fed perlu diperhatikan seberapa cepat dan seberapa besar menaikkan suku bunga. Jadi diperhatikan kenaikan inlfasi membuat spekulasi bermain di tengah investor dan trader,” kata dia.

Ia menambahkan, investor dan pelaku pasar yakin the Fed akan menaikkan suku bunga seiring inflasi AS yang melonjak dan mencapai level tertinggi sekitar 7,5 persen. Akan tetapi, di sisi lain, pemulihan ekonomi dunia, menurut Maximilianus tidak merata sehingga ada perbedaan suku bunga.

"China bersama AS diharapkan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi dunia, tetapi China melonggarkan kebijakan moneter dengan turunkan suku bunga. Sedangkan (AS) memperketat kebijakan moneter,” kata dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sektor Saham Pilihan

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan saham di penghujung tahun ini ditutup langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Namun, Maximilianus optimistis IHSG dapat sentuh 7.380 pada akhir 2022 didukung dari sentimen internal terutama fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat. Hal ini ditunjukkan pertumbuhan ekonomi postiif pada 2021 akan berlanjut pada 2022.

Selain itu, inflasi masih terjaga dan cadangan devisa yang masih positif. Bank Indonesia mencatat, cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2022 merosot dibandingkan dengan Desember 2021. Cadangan devisa RI pada Januari 2022 USD 141,3 miliar. 

Suku bunga acuan Bank Indonesia juga masih stabil di 3,5 persen. Meski demikian, Maximilianus melihat Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga untuk antisipasi rencana kenaikan suku bunga the Fed.

Untuk sektor saham pilihan yang dapat dicermati pada 2022, ia memilih sektor saham perbankan, consumer non siklikal, energi, infrastruktur dan teknologi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya