Inflasi Berpotensi Naik, Investasi Saham Jadi Pilihan

Dengan kenaikan sejumlah harga, ada potensi lonjakan inflasi yang tidak dapat dihindari.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Apr 2022, 22:14 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2022, 22:14 WIB
Awal 2019 IHSG
Pengunjung melintas dekat layar monitor pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan saham 2019 menguat 10,4 poin atau 0,16% ke 6.204. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga Pertamax dan minyak goreng akan memicu lonjakan inflasi pada 2022. Di tengah potensi lonjakan inflasi tersebut, investasi saham masih menjadi pilihan.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Minggu (3/4/2022), inflasi Indonesia pada Maret 2022 tercatat 2,6 persen yoy sejalan dengan harapan pasar dan di bawah perkiraan jarak Bank Indonesia (BI) 3 plus minus satu persen. Saat ini BI perkirakan, inflasi berada di kisaran 2-4 persen apda 2022.

Namun, memasuki awal April ada sejumlah perubahan yang akan berdampak terhadap inflasi. Pada 1 April 2022 ada sejumlah kenaikan antara lain harga Pertamax, minyak goreng dan PPN menjadi 11 persen.

Dengan kenaikan sejumlah harga, ada potensi lonjakan inflasi yang tidak dapat dihindari. Diperkirakan dampaknya terasa pada kuartal II 2022.

”Ketika harga Pertamax naik, ada kemungkinan ini akan diumpankan ke yang lain karena pengaruhi transportasi dan logistik,” demikian mengutip riset tersebut.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Bank Indonesia Bakal Pertahankan Suku Bunga Acuan

Pergerakan IHSG Ditutup Menguat
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (27/7/2020). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,66% atau 33,67 poin ke level 5.116,66 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam riset menyebutkan, jika BI ingin menyesuaikan suku bunga acuan, kemungkinan terjadi dalam dua bulan. Akan tetapi, Ashmore melihat BI akan pertahankan suku bunga acuan.

“Namun, seperti yang kami sebutkan sebelumnya, indikator makro ekonomi seperti neraca dagang yang seimbang terus terlihat sangat solid sehingga BI mungkin pertahankan suku bunga dan bertahan pada pelaksanaan kebijakan pengetatan,” kata dia.

Dengan melihat kondisi itu, bagaimana dengan perubahan alokasi aset?

Ashmore tetap pertahankan rekomendasi saham.”Selama siklus inflasi tinggi, yang terbaik adalah tetap bersama aset lindungi nilai inflasi yang tersedia melalui kelas aset saham lebih dari aset obligasi. Ini berlaku pada 2022 terutama kuartal II 2022,”

Ashmore melihat meksi IHSG sentuh rekor tertinggi baru, pihaknya masih melihat penurunan premi risiko di Indonesia yang dapat dongkrak valuasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya