BSI Bakal Rights Issue Rp 5 Triliun pada Kuartal III 2022

Ada beberapa faktor pendorong di balik aksi rights issue PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).

oleh Elga Nurmutia diperbarui 19 Mei 2022, 12:12 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2022, 12:12 WIB
FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Nasabah menunggu di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Dirut BSI Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi tiga bank syariah BUMN yakni Bank BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri telah dilaksanakan sejak Maret 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI akan melakukan aksi korporasi untuk penambahan modal melalui mekanisme rights issue dengan nilai Rp5 triliun pada kuartal III 2022. Aksi korporasi emiten berkode BRIS ini pun untuk memenuhi aturan free float dan ekspansi bisnis perseroan.

Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo yang akrab disapa Tiko menuturkan, ada beberapa faktor pendorong di balik aksi korporasi tersebut. BSI akan didorong meningkatkan pangsa pasar di perbankan syariah dari 7 persen menjadi setidaknya 10 persen.

BSI pun perlu memperluas jaringan sehingga jangkauan bisnisnya lebih luas dan menjadi bank syariah yang universal.

Sebagai bank syariah komersial, kecepatan layanan melalui fitur produk BSI pun perlu ditingkatkan dengan tanpa mengurangi aspek kenyamanan. Hal itu dilakukan BSI salah satunya untuk menggaet nasabah milenial yang memang meningkat tajam.

“Rights issue BSI kita siapkan Rp5 triliun bahkan lebih dari pemegang saham eksisting, Bank Mandiri, BNI dan BRI. BSI pun dapat menjadi bank syariah yang lebih moderen dan dapat memenuhi kebutuhan generasi milenial.  Harapannya akuisisi customer baru lebih cepat,” ujar Tiko, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (19/5/2022).

Adapun batas minimal free float atau saham publik yang beredar sebesar 7,5 persen. Sementara dalam laman resmi BSI disebut, komposisi pemegang saham BSI saat ini adalah adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, sebesar 50,95 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, sebanyak 24,91 persen, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, sejumlah 17,29 persen.

Sementara itu sisanya adalah DPLK BRI sekitar 1,83 persen, BNI Life Insurance hanya 0,01 persen. Selain itu, pemegang saham lain dengan kepemilikan kurang dari 5 persen termasuk publik baru sekitar 7,08 persen.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Upaya Top 10 Global Islamic Bank

FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Nasabah menunggu di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Tiko menambahkan, aksi korporasi itu pun tak terlepas dari upaya mewujudkan visi BSI menjadi Top 10 Global Islamic Bank berdasarkan kapitalisasi pasar pada 2025. Sehingga BSI menjadi instrumen utama bagi Indonesia untuk menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia.

Sebelumnya, pada 13 Mei 2022 BSI telah resmi membuka Representative Office BSI di Dubai, Uni Emirat Arab, sebagai realisasi program BUMN Go Global.

Dia mengatakan, hal ini merupakan langkah awal menghubungan perbankan dan keuangan Indonesia dengan pusat-pusat keuangan syariah dunia. Kemudian memperdalam penetrasi ekspor ke Afrika dan negara-negara Arab.

Pihaknya pun berharap BSI mengoptimalkan potensi bisnis di Dubai. Yaitu menjadi jembatan penghubung antara Indonesia dan investor global, untuk menginvestasikan dana mereka pada proyek-proyek pemerintah seperti Ibukota Negara Baru (IKN), proyek strategis BUMN, dan proyek infrastruktur, serta industri keuangan yang berkelanjutan di Tanah Air.

“Ke Uni Emirat Arab, bahwa kita harus selalu reach up dengan customer dan investor global. Ini merupakan transformasi dan inovasi di BUMN,” ujarnya menekankan.

 finance sehingga mampu mendorong produk halal nasional menembus pasar global," pungkasnya.

BSI Salurkan Kredit Rp 177,51 Triliun pada Kuartal I 2022

FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Pekerja menghitung uang di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatat, nilai penyaluran pembiayaan mencapai Rp177,51 triliun di kuartal I-2022. Angka ini tumbuh sebesar 11,59 persen secara tahunan atau year on year (yoy)

Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyampaikan, capaian positif tersebut diakibatkan oleh berlanjutnya tren pemulihan ekonomi Indonesia dari dampak krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Di sisi lain, tingkat literasi dan inklusi perbankan syariah di Tanah Air semakin meningkat dan mendorong kepercayaan masyarakat terhadap BSI.

"Hal itu menjadi kunci kinerja cemerlang BSI pada triwulan I-2022," ujarnya dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Kamis (28/4).

Hery merinci, petumbuhan nilai pembiayaan sebesar Rp177,51 triliun ini terdiri dari pembiayaan konsumer yang tumbuh 20,73 persen. Kemudian, pembiayaan mikro tumbuh 22,42 persen, dan gadai emas tumbuh 8,96 persen.

Selain itu, BSI konsisten untuk terus memberikan penyaluran pembiayaan berkelanjutan di Tanah Air. Per Maret 2022, BSI telah menyalurkan pembiayaan keuangan berkelanjutan sebesar Rp48,25 triliun atau berkontribusi sekitar 27 persen dari total portofolio pembiayaan.

"Capaian tersebut didukung pula pembiayaan sehat dengan rasio non performing financing (NPF) net sebesar 0,90 persen," imbuhnya.

 

Dana Pihak Ketiga

FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Pekerja melayani nasabah di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Dirut BSI Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi tiga bank syariah BUMN yakni Bank BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri telah dilaksanakan sejak Maret 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara itu, untuk perolehan dana pihak ketiga mencapai Rp238,53 triliun tumbuh sekitar 16,07 persen secara yoy. Pencapaian ini merupakan hasil implementasi keseriusan BSI dalam menggarap dana murah sebagai salah satu strategi yang konsisten dijalankan dalam memacu pertumbuhan.

Di sisi lain Tabungan BSI secara keseluruhan mencapai Rp100,73 triliun atau tumbuh 15,48 persen. Sedangkan tabungan yang paling diminati masyarakat adalah Tabungan Wadiah yakni tabungan yang tidak memberikan bagi hasil maupun biaya administrasi bulanan.

"Dari sisi bank, hal ini memberikan efek positif untuk meningkatkan effisiensi beban bagi hasil," bebernya.

Kinerja yang solid dan sehat juga ditunjukan dari pertumbuhan aset sebesar 15,73 persen secara yoy menjadi Rp271,29 triliun. Adapun rasio kecukupan modal atau cash coverage BSI meningkat signifikan menjadi 150,09 persen. Selain itu, BSI juga terus meningkatkan efektivitas dan effisiensi biaya dengan membaiknya biaya operasional (BOPO) menjadi 75,35 persen.

Hery pun menekankan dengan kinerja yang terus tumbuh, BSI semakin siap menjadi Energi Baru Untuk Indonesia. Sehingga, lanjut dia, perbankan syariah diharapkan mampu menjadi prioritas & kompetitif, bukan hanya sebagai alternatif layanan perbankan yang dipilih masyarakat.

"Bank Syariah Indonesia hadir dengan nilai-nilai syariah yang menjadi pondasi utama untuk membangun keberlanjutan ekonomi syariah. Karena kami meyakini bahwa hal inilah yang menjadi keunikan yang harus terus dibangun sehingga fungsi perbankan syariah dapat menjadi salah satu katalis penting dalam fondasi pembangunan ekonomi bangsa," ujar Hery.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya