Liputan6.com, Jakarta - PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mengumumkan kinerja paruh pertama 2022. Pada periode tersebut, perseroan berhasil mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,64 triliun. Laba itu naik 9,33 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,5 triliun.
Raihan itu sejalan dengan kenaikan penjualan sebesar 12,16 persen menjadi Rp 13,87 triliun pada semester I 2022 dibandingkan Rp 12,37 triliun pada semester I 2021. Merujuk laporan keuangan perseroan yang dalam keterbukaan informasi bursa, Jumat (29/7/2022), penjualan paling banyak berasal dari unit distribusi dan logistik senilai Rp 5,07 triliun. Disusul unit nutrisi senilai Rp 3,72 triliun. Kemudian obat resep dan produk kesehatan masing-masing ansil Rp 2,94 triliun dan Rp 2,15 triliun.
Baca Juga
Adapun beban pokok tercatat sebesar Rp 8,08 triliun. Sehingga perseroan mencatatkan laba bruto sebesar Rp 5,8 triliun, naik dibadningkan semester I 2021 sebesar Rp 5,4 triliun.
Advertisement
Pada semester I 2022, perseroan mencatatkan beban penjualan sebesar Rp 2,93 triliun, beban umum dan administrasi Rp 687,15 miliar, beban penelitian dan pengembangan Rp 153,04 miliar, beban operasi lainnya Rp 15,43 miliar, serta beban bunga dan keuangan sebesar Rp 23,68 miliar.Pada saat bersamaan, perseroan mencatatkan pendapatan operasi lainnya sebesar Rp 15,43 miliar, penghasilan bunga Rp 52,04 miliar, dan bagian atas laba entitas asosiasi sebesar Rp 25,48 miliar.
Dari rincian tersebut, setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan berhasil mengantongi laba periode berjalan sebesar Rp 1,67 triliun. Naik 10,65 persen dibanding Rp 1,51 triliun pada semester I 2021.
Dari sisi aset Kalbe Farma sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar Rp 25,26 triliun, turun tipis dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 25,67 triliun. Terdiri dari aset lancar sebesar Rp 15,3 triliun dan aset tidak lancar Rp 9,97 triliun.
Liabilitas sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar Rp 4,53 triliun, naik dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 4,4 triliun. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 3,75 triliun dna liabilitas jangka panjang Rp 786,19 miliar.
Sementara ekuitas hingga Juni 2022 juga turun menjadi Rp 20,73 triliun dibandingkan posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 21,27 triliun.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Akuisisi Aventis Pharma Bakal Rampung Oktokber 2022
Sebelumnya, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) membeli saham Aventis Pharma milik Sanofi Aventis Participations dan Hoechst GMBH (Sanofi). Hal itu ditandai dengan penandatanganan perjanjian jual beli saham (share purchase agreement/SPA) yang berlangsung pada 22 Juli 2022.
Kesepakatan tersebut akan mengalihkan 80 persen kepemilikan saham Sanofi di PT Aventis Pharma ke Kalbe. Termasuk fasilitas produksi yang berlokasi di Jakarta, aset dan hak distribusi serta pemasaran obat resep dan vaksin Sanofi di Indonesia.
Transaksi ini akan memastikan kelanjutan produksi dan pasokan produk ke pasar Indonesia melalui komitmen jangka panjang di semua aspek distribusi dan lisensi antara Kalbe dan Sanofi.
Sayangnya, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Vidjongtius belum bisa mengungkapkan berapa nilai transaksi dari akuisisi tersbeut. Perseroan akan mendanai akuisisi itu dengan kas internal atau pendanaan pinjaman bank. Akuisisi direncanakan rampung pada kuartal III 2022.
"Nilainya belum bisa kita sampaikan saat ini, karena masih dalam proses penyelesaian. Kami perkirakan sekitar Oktober 2022 diharapkan selesai,” kata dia kepada Liputan6.com, Rabu, 27 Juli 2022.
Vidjongtius menambahkan, langkah strategis ini akan menghadirkan produk-produk yang selaras dengan portofolio Kalbe, terutama di kelas terapi fokus, seperti diabetes dan kardiovaskular, serta akses ke vaksin sebagai bagian dari strategi pertumbuhan Kalbe Farma.
"Untuk jangka panjang dapat meningkatkan kontribusi TKDN kesehatan,” imbuh dia.
Head of Community Asia & Eurasia Sanofi, Haissam Chraiteh mengatakan, sebagai bagian dari strategi jangka panjang, Sanofi berupaya melakukan simplifikasi atas kegiatan operasional internasionalnya, sambil memastikan akses berkelanjutan atas obat-obatan dan vaksin Sanofi bagi pasien di seluruh dunia.
"Sanofi memilih Kalbe karena kepercayaan pasar, kinerja bisnis yang kuat, dan pengetahuan yang mendalam tentang industri kesehatan Indonesia, yang keseluruhannya akan menjamin akses yang luas dan berkelanjutan ke obat-obatan dan vaksin Sanofi untuk pasien,” pungkas dia.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Jurus Perseroan Hadapi Tekanan Inflasi dan Rupiah
Sebelumnya, nilai tukar Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga berimbas pada emiten sektor farmasi. Kondisi itu membuat emiten farmasi seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) siapkan strategi, dan jika rupiah terus melemah akan berpotensi dongkrak biaya produksi.
"Secara jangka pendek dampaknya sudah diantisipasi sejak akhir tahun lalu. Tapi kalau berkepanjangan maka dapat menaikkan biaya produksi," Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Vidjongtius kepada Liputan6.com, Selasa, 12 Juli 2022.
Untuk itu, Kalbe menempuh strategi dengan mengkombinasikan empat pilar bisnis yang dimiliki perseroan. Empat pilar bisnis tersebut antara lain obat resep, obat bebas atau consumer health, nutrisi, serta distribution & logistic. Diakui sebelumnya, perseroan memang telah meningkatkan persediaan bahan baku secara bertahap sejak pandemi untuk menjamin ketersediaan produk.
"Perusahaan melakukan pengelolaan persediaan barang dan kelola cadangan. Secara operasional juga dilakukan cost saving internal,” imbuh dia.
Selanjutnya
Direktur Keuangan Kalbe Farma, Bernadus Karmin menjelaskan, penyesuaian harga dikenakan pada produk yang bahan bakunya mengalami kenaikan signifikan. Penyesuaian tidak serta merta dibebankan kepada konsumen seluruhnya, sehingga dinilai tidak memberatkan.
"Menghadapi inflasi dan pelemahan rupiah, di kuartal I 2022, kami sudah melakukan penyesuaian harga jual sekitar 3 persen untuk beberapa produk yang kami lihat sudah terdampak material atau signifikan oleh kenaikan beban tersebut,” kata Bernadus.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa pagi dibuka melemah di tengah tekanan inflasi global yang masih tinggi. Rupiah pagi ini bergerak melemah 10 poin atau 0,07 persen ke posisi 14.985 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.975 per dolar AS.
Sementara di tengah tren kenaikan harga bahan baku, perseroan optimis mencatatkan pertumbuhan baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih sampai akhir tahun.
"Kalbe tetap berkomitmen untuk mencapai target pertumbuhan penjualan dan laba tahun 2022 di kisaran 11 persen-15 persen,”ujar dia.
Advertisement