Wakil Komisaris Utama Blibli Kembali Koleksi 500 Ribu Saham BELI

Wakil Komisaris Utama PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) Harjo membeli sebesar 500.000 saham BELI dengan harga Rp 487,320 pada 21 November 2022.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Nov 2022, 15:28 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2022, 15:28 WIB
Pemanfaatan forklift pada warehouse Blibli (Dok. Blibli)
Pemanfaatan forklift pada warehouse Blibli (Dok. Blibli)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Komisaris Utama PT Global Digital Niaga Tbk (BELI), pengelola e-commerce Blibli Honky Harjo kembali menambah kepemilikan saham BELI.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Rabu (23/11/2022), Honky Harjo membeli sebesar 500.000 saham BELI dengan harga Rp 487,320 pada 21 November 2022. Nilai pembelian saham BELI tersebut Rp 243,66 juta.

"Tujuan transaksi investasi, status kepemilikan langsung,” ujar Sekretaris Perusahaan PT Global Digital Niaga Tbk, Eric Alamsjah Winarta.

Setelah pembelian saham itu, Honky Harjo memiliki 130.152.260 saham BELI dari sebelumnya 129.652.260 saham.

Pada penutupan perdagangan Rabu, 23 November 2022, saham BELI naik 1,67 persen ke posisi Rp 488 per saham. Saham BELI dibuka naik dua poin ke posisi Rp 482 per saham. Saham BELI berada di level tertinggi Rp 498 dan terendah Rp 476 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.435 kali dengan volume perdagangan 10.397.393 saham. Nilai transaksi Rp 501,7 miliar.

Ini bukan kali pertama, Honky beli saham BELI. Sebelumnya, Honky Harjo membeli 3.598.800 saham BELI pada 17 November 2022. Ia membeli saham BELI dengan harga bervariasi sekitar Rp 482-Rp 500 per saham. Adapun nilai transaksi pembelian saham BELI itu sekitar Rp 1,78 miliar.

“Tujuan transaksi investasi, status kepemilikan langsung,” tulis Sekretaris Perusahaan PT Global Digital Niaga Tbk, Eric Alamsjah Winarta.

Setelah transaksi pembelian saham BELI tersebut, Honky Harjo mengenggam 128.454.260 saham BELI dari sebelumnya 124.855.460 saham

Global Digital Niaga Yakin Blibli Bisa Untung, Begini Jurus Manajemen

PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli telah merampungkan hajat penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli telah merampungkan hajat penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).

Sebelumnya, PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli optimis perusahaan berada pada jalur yang tepat menuju profitabilitas.

Co-founder PT Global Digital Niaga Tbk, Hendry mengatakan, keyakinan itu merujuk pada kinerja perusahaan sepanjang paruh pertama 2022 yang tumbuh positif, ditopang ekosistem yang saling topang.

Dari bisnis e-commerce melalui Blibli, perseroan melihat potensi pertumbuhan yang besar. Apalagi perseroan memiliki empat segmen yang mengakomodir ragam kebutuhan konsumen.

Pertama segmen 1P retail. Di mana Blibli menawarkan produk sendiri sehingga Blibli punya kontrol penuh atas harga dan margin. Kedua, 3P retail, di mana Blibli menjalin kerja sama dengan brand principal dan menjual ke pihak ketiga dalam menawarkan produk. Keempat, yakni segmen dari physical stores atau toko fisik.

“Jadi e commerce dengan B2C, kita punya 1P, 3P. Kita lihat proksit di luar punya potensi besar. Marketnya pun besar,” kata Hendry dalam Media Briefing Pencatatan Perdana Saham PT Global Digital Niaga Tbk, Selasa (8/11/2022).

Selanjutnya, dari bisnis online travel agency melalui Tiket.com, perusahaan juga melihat potensi pertumbuhan yang sama, Pasalnya, Tiket.com saat ini tidak hanya menyediakan tiket transportasi dan hotel, namun juga ragam kebutuhan lainnya hingga tiket konser.

Sementara untuk bisnis online groceries melalui Ranch Market, Hendry mengatakan penetrasinya masih kecil. Sehingga perseroan melihat potensi besar. Dengan catatan, jika product mix-nya dilakukan dengan benar, maka take rate atau marginnya disebut bisa double digit.

“Jadi sinergi dari tiga model bisnis ini, bisa diambil kesimpulan kira-kira Blibli punya track to profitability ke depannya,” kata Hendry.

Strategi

Blibli Resmi Melantai di Bursa Efek Indonesia
(Ki-Ka) Komisaris Independen Blibli Raden Pardede, Chief Corporate Secretary and Investor Relations Blibli Eric Alamsjah Winarta, CEO Tiket.com George Hendrata, Komisaris Independen Blibli Kusmayanto Kadiman, CEO & Co-Founder Blibli Kusumo Martanto, COO & Co-Founder Blibli Lisa Widodo dan Komisaris Utama Blibli Martin Basuki Hartono menyaksikan pergerakan saham pada acara Pencatatan Perdana Saham PT Global Digital Niaga Tbk (Blibli) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/11/2022). (Liputan6.com)

Hendry mengatakan, dari awal perseroan memiliki fokus untuk menyeimbangkan antara pertumbuhan dan profitabilitas.

Dengan ekosistem yang ada saat ini, Blibli mampu mencatatkan pertumbuhan total processing value (TPV) sebesar 89,29 persen secara tahunan atau Rp 24,13 triliun pada semester I 2022.

Bersamaan dengan itu, Hendry mengatakan perusahaan mampu mencatatkan monetisasi dari penjualan menjadi pendapatan menjadi sekitar 30 persen. Pada semester satu 2022, margin EBITDA Blibli menunjukkan perbaikan sebesar 140 bps.

“Jadi melihat indikasi dari semester I ini kami sangat optimis, dan ke depan pasti masih banyak efisiensi yang bisa kami lakukan,” ujar Hendry.

Alokasikan Dana IPO untuk Bayar Utang, Begini Penjelasan Blibli

Warehouse Blibli dalam rangka persiapan menuju ulang tahun Ke-11 (Dok. Blibli)
Warehouse Blibli dalam rangka persiapan menuju ulang tahun Ke-11 (Dok. Blibli)

Sebelumnya, PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli telah merampungkan hajat penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).

Perseroan mematok harga penawaran pada Rp 450 per saham. Sementara jumlah saham yang ditawarkan dalam IPO Blibli berhasil dimaksimalkan sepenuhnya hingga mencapai batas atas sebanyak 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO.

Sehingga perseroan mengantongi dana IPO sekitar Rp 8 triliun (USD 513 juta).Berdasarkan prospektus, perseroan berencana mengalokasikan Rp 5,5 triliun dana hasil IPO untuk pembayaran utang kepada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank BTPN Tbk (BTPN).

CFO & Co-founder PT Global Digital Niaga Tbk, Hendry menjelaskan, pinjaman itu berupa fasilitas pembiayaan yang akan dilunasi perseroan gelar penghimpunan dana lewat pasar modal.

“Jadi utang ini sendiri sebenarnya fasilitas pembiayaan yang memang sudah ada sebelumnya. Dan pada saat kami melakukan perjanjian kredit, memang ditulis bahwa pendanaan itu harus dibayar saat kita melakukan corporate action,” kata Hendry dalam Media Briefing Pencatatan Perdana Saham PT Global Digital Niaga Tbk, Selasa (8/11/2022).

Adapun nilai pinjaman terutang kedua bank itu masing-masing Rp 2,9 triliun, atau total senilai Rp 5,8 triliun.

Sementara jumlah utang yang akan dibayar menggunakan dana hasil IPO masing-masing bank sebesar Rp 2,7 triliun atau total Rp 5,5 triliun. Sisanya sebesar Rp 3 miliar akan dibayar menggunakan dana internal perseroan.

“Kami lihat dengan mendapatkan pendanaan ini, ada kepercayaan terutama dari pihak bank dengan bisnis modal kami. Bahwa kami ke depannya juga mampu melakukan pembayaran. Jadi sebenarnya ini sebuah sigial bahwa ada kepercayaan dari pihak lain atas bisnis model yang kami lakukan,” ujar Hendry.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya