Sektor Saham Teknologi Loyo, Investor Harus Bagaimana?

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga perdagangan Selasa, 6 Desember 2022, sektor saham teknologi susut 39,75 persen ke posisi 5.418.

oleh Agustina MelaniPipit Ika Ramadhani diperbarui 09 Feb 2023, 22:01 WIB
Diterbitkan 07 Des 2022, 10:36 WIB
Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sektor saham teknologi terpantau loyo pada 2022. Hal itu juga bebani laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga perdagangan Selasa, 6 Desember 2022, sektor saham teknologi susut 39,75 persen ke posisi 5.418.

Salah satu yang menjadi pemicu IHSG terkoreksi yakni amblasnya saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Berdasarkan data RTI, kapitalisasi pasar GOTO tercatat sebesar Rp 136,20 triliun, dan menjadi salah satu yang terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sehingga pergerakan harga GOTO dapat mempengaruhi laju IHSG.

Head of Research Mirae Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya menuturkan, tren penurunan pada saham sektor teknologi masih akan berlanjut, sejalan dengan tren kenaikan suku bunga. Hariyanto menyarankan agar investor wait and see terlebih dahulu.

"Yang kita suka sebenarnya, ya sudah biarkan saja dulu. Investor nggak usah chasing dulu karena menurut kita bearish di saham  teknologi ini selama interest rate naik akan berlanjutm” kata Hariyanto dalam konferensi pers Sage Talk & Market Outlook di Jakarta, ditulis Rabu (7/12/2022).

Menurut dia, gerak saham sektor teknologi akan mulai stabil bersamaan dengan tren kenaikan suku bunga bank yang landai atau bahkan berhenti menaikkan suku bunga. Sementara pada 2023, baik Bank Sentral AS (The Fed) diperkirakan masih melanjutkan untuk menaikan suku bunga tetapi tak seagresif pada 2022.

“Kita melihat tahun depan selama tren suku bunga masih naik itu membuat saham-saham teknologi kurang diminati. Jadi kapan mulai akumulasi, menurut saya setelah nanti tren kenaikan suku bunga bank sentral sudah stabil, sudh anggak naik lagi,” pungkas Hariyanto.

 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Investor Bakal Cermati Perusahaan Teknologi Mampu Bertahan

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara itu,  Head of Research, DBS Group Maynard Arif menuturkan, prospek sektor saham teknologi yang perlu diperhatikan pada 2023 bagaimana dapat memperoleh keuntungan dan bertahan. Pandangan investor dinilai akan berubah dengan mencermati perusahaan teknologi tersebut apakah bertahan seiring kinerja keuangan belum baik.

“Investor tidak fokus ke pertumbuhan secara revenue dan market share, investor melihat bagaimana perusahaan teknologi ini bisa survive karena masih rugi. Tahun 2023, investor ingin melihat (perusahaan teknologi-red) menekan rugi sehingga bisa survive dan untung lebih awal,” ujar dia saat group interview, Selasa, 6 Desember 2022.

Maynard menilai, valuasi perusahaan teknologi di Indonesia dibandingkan regional relatif tinggi. Namun, dari sisi biaya, perusahaan teknologi lebih baik. “Menurut kita masih ada tekanan saham teknologi, kalau masih perlihatkan rugi signifikan, tak bisa tekan ruginya,” tutur dia.                                                                                                                                       

 

Saham Teknologi Rontok, Mirae Asset Revisi Target IHSG ke 7.200 pada Akhir 2022

Pembukaan-Saham
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengubah target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir tahun 2022. Sebelumnya, perusahaan memperkirakan IHSG bertengger di posisi 7.400 sebelum direvisi ke posisi 7.200.

Head of Research Mirae Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya menerangkan, revisi ini setali dengan kinerja salah satu sektor, yakni sektor saham teknologi yang mencatatkan kinerja kurang memuaskan pada beberapa waktu terakhir. Sehingga sektor ini menjadi pemberat IHSG.

"Jadi 7.400 waktu itu kita belum memperhitungkan sentimen negatif terhadap sektor teknologi. Kita revisi dari 7.400 jadi 7.200,” ujar Hariyanto dalam konferensi pers Sage Talk & Market Outlook di Jakarta, Selasa (6/11/2022).

Pada perdagangan hari ini, Selasa 6 Desember 2022, sektor saham teknologi melemah 1,54 persen. Selama sepekan, sektor ini amblas 9,74 persen. Adapun sejak Januari 2022 atau secara year to date (ytd), sektor teknologi susut 42,36 persen.

Di sisi lain, Hariyanto cukup optimistis target IHSG itu bisa tembus disokong adanya window dressing yang disebut bakal terjadi pada Desember 2022. Dia menambahkan, window dressing akan berlangsung pada emiten kapitalisasi besar (big cap), sehingga ia yakin IHSG 7.200 bisa dicapai.

"Kita optimis di Desember ini akan ada window dressing. Dan  window dressing ini lebih kepada emiten big cap seperti bank. Jadi kami optimis IHSG berpotensi naik ke 7.200,” kata dia.

 

Penutupan IHSG pada 6 Januari 2022

Akhir 2019, IHSG Ditutup Melemah
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, IHSG tersungkur sepanjang perdagangan saham Selasa, (6/12/2022). Mengutip data RTI, IHSG anjlok 1,36 persen ke posisi 6.892,57.

Sebanyak 461 saham melemah sehingga menekan IHSG. 122 saham menguat dan 123 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.294.007 kali dengan volume perdagangan 32,2 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 15,4 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.611.

Mayoritas indeks sektor saham tertekan, kecuali sektor saham energi naik 0,54 persen. Sektor saham basic merosot 2,61 persen, sektor saham industri merosot 1,41 persen, sektor saham non siklikal turun 0,58 persen, sektor saham siklikal terpangkas 1,54 persen, dan sektor saham kesehatan melemah 1,46 persen.

Selain itu, sektor saham keuangan susut 0,76 persen, sektor saham properti terpangkas 1,62 persen, sektor saham teknologi melemah 1,54 persen, sektor saham infrastruktur terpangkas 2,83 persen dan sektor saham transportasi merosot 0,87 persen.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya