Kinerja 2022 Lesu, Ultrajaya Berpotensi Tebar Dividen?

PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) akan selalu mematuhi ketentuan dari BEI dan OJK untuk membagikan dividen.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 20 Des 2022, 18:10 WIB
Diterbitkan 20 Des 2022, 18:09 WIB
Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung mengabadikan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) mengaku kinerja pada 2022 mengalami penurunan karena terdampak oleh harga komoditas. Dengan demikian, Ultrajaya akan mempertimbangkan beberapa hal dalam kebijakan dividen untuk tahun buku 2022.

Presiden Direktur Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Sabana Prawirawidjadja mengatakan, pihaknya akan selalu mematuhi ketentuan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk membagikan dividen.

"Namun, kami juga mengikuti kebutuhan ekspansi perusahaan dan kebutuhan cash yang ada di perusahaan, kebijakan dividen kepentingan perseroan untuk berkembang atau untuk ekspansi," kata Sabana dalam paparan publik, Selasa (20/12/2022).

Di sisi lain, Ultrajaya juga mencari keseimbangan dengan investor yang telah mendukung perusahaan. Selain itu, perseroan juga telah memberikan dividen meskipun jumlahnya tidak konsisten.

"Kami mencari balance investor yang mendukung kami, setiap tahun telah memberikan dividen, besar kecilnya memang tidak konsisten, tergantung minimal konsisten, maksimal tergantung kebutuhan Perseroan," kata dia.

Sementara itu, Sabana mengaku, pada 2022, tidak setinggi tahun sebelumnya karena terdampak harga komoditas pasar dunia yang meningkat dan biaya domestik yang melonjak. Sehingga, perseroan mengalami penurunan laba bersih pada 2022.

"Profit 2022 itu tidak setinggi 2021, ini kena dampak harga komoditas pasar dunia yang meningkat dan biaya domestik yang melonjak. Sehingga kita ini 2022 ada penurunan laba bersih," kata Sabana.

 

 

Dongkrak Harga pada Desember 2022

Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector
Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector

Meski demikian, Ultrajaya Milk Industri & Trading Company belum bisa menaikkan harga produk yang akan dijual dan baru akan menaikkan pada Desember. Sehingga dampaknya akan terjadi pemulihan secara bertahap pada tahun depan.

"Namun, kenaikan harga belum bisa kita lakukan. Kita baru menaikkan pada Desember, sehingga dampaknya recover bertahap 2023," kata dia.

Mengutip laporan keuangan perseroan, penjualan hingga kuartal III 2022 mencapai Rp 5,67 triliun dan beban pokok penjualan mencapai Rp 3,81 triliun.

Sedangkan, laba bersih ULTJ mencapai Rp 834,68 miliar hingga kuartal III 2022 yang menurun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 910,38 miliar.

Dengan demikian, laba per saham dasar yang diatribusikan kepada pemegang ekuitas entitas induk hingga September 2022 Rp 80. Artinya, laba per saham dasar tersebut menurun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 88.

Penutupan IHSG pada 20 Desember 2022

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah hingga penutupan perdagangan saham Selasa, (20/12/2022). Di tengah mayoritas sektor saham yang tertekan, IHSG mampu menurunkan koreksi.

Mengutip data RTI, IHSG melemah tipis 0,17 persen ke posisi 6.768. Indeks LQ45 tergelincir 0,84 persen ke posisi 938,90. Sebagian besar indeks acuan tertekan. Pada perdagangan Selasa pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.792,20 dan terendah 6.715,04. Sebanyak 359 saham melemah sehingga menekan IHSG. 168 saham menguat dan 175 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.028.447 kali dengan volume perdagangan saham 20,8 miliar saham. Nilai transaksi Rp 14,8 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.674. Indeks sektor saham sebagian besar di zona merah. Sedangkan sektor saham energi mendaki 1,59 persen, sektor saham siklikal menguat 0,50 persen dan sektor saham nonsiklikal menanjak 0,08 persen.

Sementara itu, sektor saham basic merosot 1,33 persen, sektor saham industri tergelincir 0,61 persen, sektor saham kesehatan susut 0,46 persen, sektor saham keuangan melemah 0,93 persen. Kemudian sektor saham properti terpangkas 1,1 persen, sektor saham teknologi merosot 1,33 persen, sektor saham infrastruktur terpangkas 0,25 persen, sektor saham transportasi terperosok 0,40 persen.

 

Bursa Saham Asia Melemah pada 20 Desember 2022

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Selasa, 20 Desember 2022. Hal ini seiring Bank of Japan memodifikasi kisaran toleransi kontrol kurva imbal hasil sementara mempertahankan suku bunga acuan ultra rendah tetap stabil.

Indeks Nikkei 225 merosot 2,46 persen menjadi 26.568,03, dan memimpin koreksi di Asia Pasifik. Indeks Topix tergelincir 1,54 persen menjadi 1.905,59. Yen Jepang menguat lebih tiga persen terhadap dolar AS menjadi 132,56.

Di Korea Selatan, indeks Kospi turun 0,8 persen menjadi 2.333,29 dan indeks ASX 200 merosot 1,54 persen menjadi 7.024,3.

Indeks Hang Seng Hong Kong turun 1,3 persen yang didorong saham teknologi dan properti. Di bursa saham China, indeks Shenzhen melemah 1,58 persen menjadi 10.949,12. Indeks Shanghai terpangkas 1,07 persen menjadi 3.073,77 seiring bank sentral China mempertahankan suku bunga pinjaman tetap stabil.

Gubernur Bank Sentral Jepang Haruhiko Kuroda menuturkan, bank sentral tidak akan ragu untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut jika diperlukan karena ekonomi menghadapi banyak ketidakpastian.

Ia menambahkan, masih terlalu dini untuk memperdebatkan jalan keluar dari kebijakan saat ini, dan strategi untuk keluar harus didiskusikan pada pertemuan kebijakan jika ekonomi mendekat target inflasi bank sentral dua persen.

Bank sentral Jepang menawarkan membeli obligasi pemerintah senilai 600 miliar Yen dengan rentang jatuh tempo 1-3 tahun. Bank sentral sebelumnya akan meningkatkan pembelian langsung obligasi pemerintah Jepang menjadi sekitar 9 triliun yen per bulan dari Januari-Maret, naik dari rencana sebelumnya 7,3 triliun yen.

Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang bertenor 10 tahun naik 20,5 basis poin sebelumnya menajdi 0,455 persen, menandai level tertinggi yang terlihat sejak 2015.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya