IHSG Sentuh Level Terendah dalam 6 Bulan, Ini Penyebabnya

IHSG anjlok 2,34 persen ke posisi 6.653,84 pada perdagangan Kamis, 5 Januari 2023.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 05 Jan 2023, 19:50 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2023, 19:44 WIB
Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 2,34 persen ke posisi 6.653,84 pada perdagangan Kamis, 5 Januari 2023. Analis menilai, tekanan IHSG terjadi disebabkan sentimen global antara lain kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) dan pasar respons pelonggaran dari China terkait batu bara dari Australia.

Mengutip data RTI, IIHSG alami penurunan 2,34 persen ke posisi 6.653,84. Indeks LQ45 melemah 2,03 persen ke posisi 906,66. Seluruh indeks acuan kompak tertekan. Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.813,42 dan terendah 6.621,98. Sebanyak 518 saham melemah sehingga menekan IHSG.

Adapun IHSG melemah ke posisi 6.653 ini mendorong, indeks acuan alami posisi terendah dalam enam bulan. IHSG sempat berada di bawah 6.641 dan 6.621. Mengutip Yahoo Finance, level terendah 6.597 pada 13 Mei 2022.

Total frekuensi perdagangan 1,28 juta dan volume perdagangan 21,81 miliar saham. Nilai transaksi Rp 14,20 triliun pada perdagangan Kamis, 5 Januari 2023. Investor asing

Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis menuturkan, penurunan IHSG merupakan respons dari adanya kekhawatiran resesi ekonomi global serta hasil pertemuan FOMC di mana bank sentral AS atau the Fed masih akan menaikan suku bunganya.

"Dari satu sisi pelaku pasar juga merespons dari akan adanya pelonggaran dari China untuk Australia terkait batu bara yang memungkinkan penurunan pada harga batu bara," kata Abdul saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (5/1/2023)

Abdul menilai, kemungkinan tersebut bisa berdampak pada kinerja ekspor indonesia yang melemah jika ada penurunan harga batu bara.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Dibayangi Sentimen The Fed

Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata mengatakan, turunnya IHSG ini masih berputar proyeksi suku bunga the Fed yang masih akan agresif ke depan, setelah rilis FOMC Meeting Minutes yang bernada hawkish. 

"Ditambah pula oleh data ekonomi lowongan pekerjaan AS, Jobs Opening & Labor Turnover Survey (JOLTs) yang keluar di angka 10,5 juta, yang ebih tinggi dari perkiraan 10 juta," kata Liza.

Ia mengatakan, data tersebut menunjukkan permintaan pekerja yang masih kuat, sehingga memperkecil kemungkinan the Fed akan mengerem laju kenaikan suku bunga, apalagi memotong Fed Fund Rate (FFR) dalam waktu dekat. 

Lebih lanjut, China yang berencana kembali melakukan impor batu bara dari Australia, menandakan roda perekonomian di sana bergerak semakin cepat. Sehingga membutuhkan pasokan bahan bakar tambahan. 


Dana Investor Beralih ke Bursa Saham China

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Akhirnya pasar China kembali jadi Lebih menarik untuk diburu para investor, apalagi sejalan dengan telah dilonggarkannya zero-Covid policy sejak awal Desember lalu, di mana China mulai membuka perbatasan dan mengendurkan syarat keluar masuk negara setelah tiga tahun lamanya hidup dalam lockdown," kata dia.

Ditengarai asing yang konsisten mengakumulasi angka transaksi jual saham-saham BEI memindahkan dana trading dan minat investasi ke bursa saham China dan Hong Kong. 

Liza menambahkan, IHSG yang turun 5,45 persen sejak sejak awal Desember, berbanding kontras dengan indeks Hang Seng yang malah menguat 10,75 persen hingga Kamis, 5 Januari 2023 di posisi 21.118, dan terlihat masih ada potensi kenaikan sampai level 22.000. 

Dia menuturkan, menurut data Bloomberg, hal ini cukup bisa dimengerti mengingat PE ratio Hang Seng berada di level 7,62 kali jauh Lebih bersaing dari IHSG yang berada di 13,18 kali.

 

 

 

 


Penutupan IHSG pada 5 Januari 2023

Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Aktivitas pekerja di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah di zona merah pada perdagangan Kamis (5/1/2023). Bahkan IHSG anjlok 2 persen yang didorong mayoritas sektor saham kompak tertekan.

Mengutip data RTI, IHSG tersungkur 2,34 persen ke posisi 6.653,84. Indeks LQ45 melemah 2,03 persen ke posisi 906,66. Seluruh indeks acuan kompak tertekan. Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.813,42 dan terendah 6.621,98. Sebanyak 518 saham melemah sehingga menekan IHSG.

90 saham menguat dan 94 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.305.298 kali dengan volume perdagangan 23,1 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 14,2 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.452.

Indeks sektor saham mayoritas tertekan kecuali indeks sektor saham kesehatan menguat 0,45 persen. Sementara itu, sektor saham energi anjlok 5,48 persen, dan pimpin koreksi. Sektor saham basic melemah 2,62 persen, sektor saham industri tergelincir 2,27 persen dan sektor saham nonsiklikal susut 0,37 persen.

Kemudian sektor saham siklikal tergelincir 2,35 persen, sektor saham keuangan terpangkas 1,95 persen, sektor saham properti melemah 2,13 persen, sektor saham teknologi melemah 2,83 persen, sektor saham infrastruktur susut 2,55 persen dan sektor saham transportasi susut 2,61 persen.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya