Saham Big Bank Bakal Berseri pada 2023, Bagaimana Bank Digital?

Prospek sektor keuangan masih positif pada 2023. Saham bank kapitalisasi besar akan semringah.Lalu bagaimana bank digital?

oleh Elga Nurmutia diperbarui 19 Jan 2023, 06:16 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2023, 06:16 WIB
Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Saham bank kapitalisasi besar atau Big Bank diprediksi memiliki prospek positif pada 2023 Sedangkan, saham bank digital masih dimonitori. 

Director Head of Research Liny Halim menuturkan, pihaknya menilai saham bank kapitalisasi besar masih prospektif pada 2023.

"Bank kapitalisasi besar yang akan lebih bagus yang punya funding advantage. Jadi, mereka punya CASA, giro, dan tabungan nya proporsi untuk funding nya itu besar," kata Liny kepada awak media, Rabu, 18 Januari 2023.

Dia menuturkan, jika bank memiliki banyak current account saving account (CASA) atau dana murah yang akan menguntungkan.

"Karena mereka funding cost nya murah mereka bisa benefit, karena loans akan naik nanti KPR suku bunga akan naik. Kalau funding cost murah margin nya membaik, bank yang punya deposit base bagus, profit nya bagus," kata dia. 

Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis mengatakan, prospek sektor keuangan terutama perbankan masih positif. Akan tetapi, pada tahun ini berpotensi mengalami perlambatan kinerja dibanding pada 2022.

Hal itu dapat disebabkan penyaluran kredit yang akan tumbuh melambat pada tahun ini akibat pelemahan pada harga komoditas.

Tak hanya itu, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM mengatakan, bank besar akan melanjutkan tren positif pada 2023.

"Tahun lalu saat masih ada bayang bayang pandemi dan PPKM saja loan growth bisa naik 10-11 persen dan ada perbaikan NPL," kata Roger.

Namun, untuk tahun ini tidak ada PPKM lagi. Maka sebab itu, diperkirakan aktivitas akan naik, pengeluaran naik, kredit investasi di beberapa sektor akan naik serta perbaikan NPL terus berlanjut.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Bank Digital Bakal Membaik, Asal

Ilustrasi daftar kode bank
Ilustrasi daftar kode bank. (Photo by vectorjuice on Freepik)

Di sisi lain, saham bank digital diprediksi membaik, jika nasabahnya mengalami pertumbuhan. Liny mengatakan, pihaknya masih melakukan monitor terhadap saham bank digital. Jika nasabah bank digital semakin banyak, prospek saham nya berpotensi membaik.

"Prospek saham nya kita masih lihat, kita monitor, kalau pelanggannya tambah banyak prospek saham baru membaik, bank digital user nya belum banyak," kata Liny.

Selain itu, Roger juga mengatakan, bank digital ada kemungkinan akan terus tumbuh. Kenaikan bisa jauh lebih tinggi dibanding bank konvensional, akan tetapi itu biasa aja, karena pertumbuhan mereka sebelumnya memang tidak besar. 

Ia menilai, bank digital valuasinya masih premium dibanding bank besar, sehingga koreksi saham nya saat ini cukup dalam. Dengan demikian, para analis lebih memilih saham bank kapitalisasi besar. 

Liny menegaskan, untuk sektor perbankan, pihaknya lebih memilih bank dengan kapitalisasi besar alias big banks. Sejalan dengan Liny, Abdul juga lebih cenderung memilih bank dengan kapitalisasi besar dengan prospek kinerja yang masih positif.

"Kami merekomendasikan trading buy untuk BBCA dan BMRI, dengan target price BBCA Rp 8.700 – Rp 8.925 dan support Rp 8.100-8.050, dan BMRI target price Rp 10.050- Rp 10.125," kata Abdul.

Meski demikian, Abdul menegaskan, bagi para investor untuk memperhatikan jika pergerakan harganya breakdown dari dari support, dan aksi taking profit jika data pertumbuhan kredit dibawah ekspektasi pasar.

Selain itu, Roger juga lebih memilih saham bank dengan kapitalisasi besar. Ia merekomendasikan bank besar, seperti BMRI dan BBNI.

 

Saham Emiten Bank Kakap Jadi Pilihan pada 2023, Ini Kata Analis

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, sektor saham perbankan diprediksi masih bertumbuh pada 2023 terutama saham emiten bank kapitalisasi besar. Hal ini didukung dari penyaluran kredit.

Head of Research Sucor Sekuritas, Edward Lowis menuturkan, seluruh sektor masih tumbuh pada 2023. Untuk sektor saham bank terutama berkaitan dengan pertumbuhan penyaluran kredit yang didukung likuiditas besar. Edward menuturkan, hal tersebut dimiliki oleh bank kapitalisasi besar. Bank tersebut antara lain PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).

“Likuiditas besar ada di bank besar, big four. Dan bank kecil mungkin karena satu dan hal lain likuiditas lebih tight. Beberapa bank masih istilahnya nyangkut di SUN. Jadi harus bank besar, growthnya masih oke,” kata dia di webinar Indonesia Investment Education, Sabtu, 14 Januari 2023, dikutip Minggu (15/1/2023).

 

Saham Pilihan

IHSG Ditutup Menguat
Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk pilihan saham di sektor perbankan, Edward menuturkan,  saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi pilihan. Hal ini menurut dia lantaran pertumbuhan kredit BRI yang paling tinggi. Hingga kuartal III 2022, secara konsolidasi, kredit BRI tumbuh 7,9 persen secara tahunan menjadi Rp 1.111,4 triliun. “ROE dan NIM paling tinggi di industrinya, valuasi menarik. Tahun lalu sempat lagging. BRI paling menarik dibandingkan lainnya,” kata dia.

Terkait efek pemilihan umum (pemilu), Edward menilai, jika dilihat secara historis, sektor saham konsumsi dan telekomunikasi akan berdampak. Demikian juga sektor peternakan.

"Tahun ini cost mulai turun harga komoditas, harusnya ada sedikit margin. Earning growth paling tinggi juga. Average tumbuh 17 persen, consumer earning growth, lebih ke consumer related untuk pemilu,” tutur dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya