Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) bakal menggelar aksi korporasi dengan melakukan pembelian kembali (buyback) saham maksimal Rp 1,5 triliun.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Jumat (3/2/2023), buyback dilakukan melalui BEI, baik secara bertahap maupun sekaligus, dan diselesaikan paling lambat 18 bulan setelah tanggal Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Tahun 2023 (RUPST) yang menyetujui buyback saham.
Baca Juga
"Buyback akan dilaksanakan dengan memperhatikan kondisi likuiditas dan permodalan Perseroan, serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku," tulis Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto, Jumat (3/2/2023).
Advertisement
Sementara itu, buyback dilaksanakan oleh Perseroan dalam rangka Program Kepemilikan Saham. Program tersebut merupakan bagian dari upaya untuk mendorong engagement terhadap keberlanjutan peningkatan kinerja perusahaan secara jangka panjang.
"Selaras dengan hal tersebut, Perseroan bermaksud untuk melanjutkan rangkaian Program Kepemilikan Saham secara berkesinambungan. Oleh karenanya, pada 2023 Perseroan akan melaksanakan kembali Buyback dengan berpedoman pada POJK 30/2017 (Buyback 2023)," tulisnya.
Perkiraan jumlah nilai seluruh buyback 2023 sebesar-sebesarnya Rp 1,5 triliun yang berasal dari kas internal Perseroan sesuai peraturan yang berlaku.Perkiraan nilai buyback belum termasuk biaya (komisi perantara pedagang efek dan biaya lainnya) yang diperkirakan sebanyak-banyaknya 0,32 persen dari perkiraan nilai buyback, apabila buyback 2023 dilaksanakan secara keseluruhan.
Dengan asumsi BRI menggunakan kas internal untuk buyback 2023, aset dan ekuitas diperkirakan akan menurun sebesar-besarnya sejumlah perkiraan nilai buyback dan perkiraan biaya buyback.
"Pelaksanaan buyback 2023 diprediksikan tidak akan menyebabkan kekayaan bersih Perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan, termasuk dari sisi pendapatan maupun biaya operasional," tulisnya.
BRI Bakal Gelar ESA
Saham hasil buyback 2023 akan digunakan untuk Program Kepemilikan Saham. Alokasi saham hasil buyback 2023 akan dirancang bertahap, sesuai perkiraan jadwal dan rencana pelaksanaan Program Kepemilikan Saham.
Program kepemilikan saham pekerja dialokasikan dalam bentuk employee stock allocation atau employee stock option program. Alokasi program kepemilikan saham pekerja yang akan diberikan didasarkan pada pencapaian kinerja individu dan Perseroan.
Adapun program kepemilikan saham direksi dan dewan komisaris dapat diberikan antara lain sebagai insentif tahunan, insentif jangka panjang atau insentif lainnya yang dibayarkan dalam bentuk saham sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Jadwal
- Tanggal Pemberitahuan kepada OJK dan BEI tentang Rencana Buyback dan Pengumuman Keterbukaan Informasi : 2 Februari 2023
- Perkiraan Tanggal RUPST : 13 Maret 2023
- Perkiraan Periode Buyback : 14 Maret 2023 – 14 September 2024
Advertisement
Jurus BRI Hadapi Ketidakpastian Ekonomi Global
Sebelumnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) optimistis menatap pertumbuhan kinerja pada 2023 di tengah ketidakpastian ekonomi maupun ancaman resesi global.
Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan, pihaknya telah menyiapkan setidaknya empat skenario untuk menghadapi ketidakpastian pada 2023. Skenario tersebut merupakan mitigasi risiko dan strategic response.
Skenario pertama adalah jika ekonomi pulih, akan tetapi inflasinya naik dan kualitas pinjaman memburuk. Maka yang harus dilakukan perbankan adalah mempercepat proses write-offs untuk memperoleh recovery rate yang lebih tinggi. Kemudian mempertahankan coverage ratio yang tinggi.
"Bisa dipahami bahwa perbankan rata-rata masih menumpuk cadangan untuk mengantisipasi terjadinya kalau terjadi deteriorating di kualitas asetnya. Dan kemudian kita cadangkan cukup memadai supaya bantalannya nanti nggak hard landing, kira-kira seperti itu. Jadi bantalannya itu mulus untuk mengantisipasi terjadinya pemburukan,” kata Sunarso dalam keterangan resminya, ditulis Senin (23/1/2023).
Menurut ia, dalam kondisi ini, pihaknya memilih tumbuh selektif dan melakukan enhancement credit risk model. Dengan loan portofolio guideline (LPG) yang diatur moderat. Lalu dilakukan monitoring kualitas pinjaman secara intensif.
Skenario kedua adalah jika ekonomi mulai pulih dengan inflasi terkendali dan kualitas kredit membaik. Pihaknya menyuapkan tiga strategic response. Yaitu mempercepat proses write-offs untuk meningkatkan recovery rate dan kemudian menurunkan coverage ratio.
Kemudian melakukan enhancement terhadap risk-based pricing model untuk meningkatkan daya saing produk serta membuat loan portofolio guideline lebih longgar sebagai pedoman untuk strategi pertumbuhan yang lebih agresif.
Skenario Ketiga
Skenario ketiga adalah ekonomi stagnan, inflasi naik, dengan kualitas pinjaman memburuk atau the worse scenario. Maka pihaknya akan mengambil strategic response tumbuh terbatas, dengan pengaturan loan portofolio guideline yang sangat ketat.
Selain itu, BRI akan mempertahankan coverage ratio di level yang lebih tinggi dan melakukan monitoring kualitas kredit secara intensif, melakukan simulasi dan stress-test secara periodik dan berkesinambungan.
Terakhir jika ekonominya tetap stagnan tapi inflasinya terkendali dan kualitas pinjaman membaik.
"Maka strategic response dari BRI adalah tumbuh selektif, loan portofolio guideline diatur di level moderat dengan mempertahankan coverage ratio yang tetap tinggi untuk jaga-jaga jika terjadi pemburukan,” ujar dia.
Kemudian, melakukan monitoring kualitas kredit secara intensif dengan simulasi dan stress-test secara periodik dan berkesinambungan. Hal itu merupakan yang paling penting.
Advertisement
Direktur Utama BRI Sunarso Beli Saham BBRI Rp 1,3 Miliar
Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) kembali menambah kepemilikan atas saham BBRI. Teranyar, Sunarso membeli saham BBRI senilai Rp 1,33 miliar pada 6 Januari 2022.
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (17/1/2023), saham yang dibeli saat itu sebanyak 287.700 lembar saham dengan harga Rp 4.615 per saham. Sehingga totalnya senilai Rp 1,33 miliar.
Tujuan transaksi ini yakni investasi dengan status kepemilikan saham langsung. Usai transaksi, Sunarso kini mengapit 2.685.856 lembar saham BBRI dari sebelumnya 2.398.156 lembar.
Selain Sunarso, baru-baru ini Direktur BRI, Agus Winardono juga mengoleksi saham BBRI senilai Rp 101,58 juta.
Agus tercatat membeli 22.900 lembar saham BBRI dengan harga Ro 4.440 per saham pada 10 Januari 2023. Sama seperti Sunarso, tujuan transaksi yakni untuk investasi dengan status kepemilikan langsung.
Usai transaksi, Agus kini genggam 1.005.581 lembar dari sebelumnya 982.681 lember. Hingga sesi I perdagangan hari ini, Selasa 17 JAnuari 2022, saham BBRI ditutup naik 60 poin atau 1,33 persen ke posisi 4.580.
Saham BRI dibuka pada posisi 4.520 dan bergerak pada rentang 4.510—4.580. Melansir data RTI, total frekuensi 10.059 kali. Volume perdagangan mencapai 66,3 juta dengan nilai transaksi Rp 300,33 miliar. Dalam sepekan, saham BBRI telah naik 3,39 persen.