Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) memberikan dividen tunai untuk laba tahun buku 2022 sebanyak Rp 43,49 triliun atau 85 persen dari total laba bersih. Dengan demikian, BRI memberikan dividen setara Rp 288 per saham.
Hal itu telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan 2023 pada Senin, 13 Maret 2023. Direktur Utama BRI Sunarso menuturkan, pemerintah selaku pemegang saham mayoritas akan mendapatkan dividen sebanyak Rp 23,15 triliun.
Baca Juga
"Porsi kepemilikan pemerintah di BRI itu 53,19 persen, maka dari total yang dibagikan Rp 43 triliun itu negara kebagian Rp 23,15 triliun," kata Sunarso dalam konferensi pers, Senin (13/3/2023).
Advertisement
Alhasil, sisa dividen sebanyak Rp20 triliun bakal diberikan kepada investor ritel dari BRI. Dalam kesempatan yang sama, ia bilang, pihaknya berkomitmen akan memberikan dividen di atas 70 persen dari total raihan laba bersih.
"3-4 tahun ke depan laba BRI layak dibagikan dalam bentuk dividen. Realisasinya 80 atau stabil 85 persen itu jawabannya. Tahun-tahun ke depan dividend payout ratio di atas 70 persen," kata dia.
Laba BRI
Grup BRI berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp51,4 triliun atau tumbuh 67,15 persen secara year on year dengan total aset tumbuh double digit sebesar 11,18 persen yoy menjadi Rp 1.865,64 triliun. BOPO tercatat 69,10 persen, semakin baik dibandingkan BOPO pada akhir 2021 sebesar 78,54 persen.
Rasio CER juga tercatat semakin membaik dari 50,25 persen pada akhir 2021 menjadi 48,16 persen di akhir 2022 dan CIR semula 48,56 persen menjadi 47,38 persen, yang artinya semakin efisien.
Di samping itu, membaiknya kualitas kredit yang disalurkan memberikan dampak positif terhadap efisiensi yang dilakukan oleh perseroan. Dampaknya, BRI berhasil menurunkan Cost of Credit dari 3,78 persen di akhir 2021 menjadi 2,55 persen pada akhir 2022.
Saham BBRI Menguat
Pada perdagangan Senin, 13 Maret 2023, pukul 14.08 WIB, saham BBRI berbalik arah menghijau. Saham BBRI naik 0,21 persen ke posisi Rp 4.830. Saham BBRI dibuka turun 10 poin ke posisi Rp 4.810 per saham. Saham BBRI berada di level tertinggi Rp 4.840 dan terendah Rp 4.770 per saham. Total frekuensi perdagangan 8.466 kali dengan volume perdagangan 593.999 lot saham. Nilai transaksi Rp 285,2 miliar.
BRI Salurkan Kredit Rp 1.139,08 Triliun pada 2022
Sebelumnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan total kredit dan pembiayaan BRI Group tercatat mencapai Rp 1.139,08 triliun pada akhir Desember 2022.
Secara khusus, portofolio kredit mikro BRI tumbuh double digit sebesar 13,9 persen year on year (yoy). Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus meningkat, menjadi sebesar 84,74 persen.
"Di samping itu membaiknya kualitas kredit yang disalurkan memberikan dampak positif terhadap efisiensi yang dilakukan Perseroan," kata Direktur Utama BRI Sunarso dalam paparan kinerja kuartal IV 2022, Rabu (8/2/2023).
Pada kesempatan yang sama, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menuturkan, sepanjang 2022, BRI telah berhasil menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sesuai dengan breakdown atau alokasi yang ditetapkan Pemerintah yakni sebesar Rp 252,38 triliun kepada 6,5 juta debitur.
"Pada 2023 ini, BRI akan terus berkomitmen untuk menyalurkan KUR sebagai upaya mendorong roda perekonomian grass root serta untuk mendukung penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. BRI telah mendapatkan alokasi penyaluran KUR tahun 2023 dari Pemerintah sebesar Rp 270 triliun dan BRI optimis dapat mencapai target tersebut. Hal tersebut tak lepas dari kemampuan BRI dalam memproses dan mencairkan KUR dengan rata-rata Rp 1 triliun per hari,” imbuhnya.
Terkait dengan KUR, Supari menjabarkan secara gamblang KUR adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR), jadi KUR itu adalah kredit, bukan bantuan atau hibah.
Sumber dana KUR, 100 persen dari dana bank. Suku bunga KUR Mikro 16 persen, dari beban bunga 16 persen tersebut, Pemerintah memberi subsidi 10 persen kepada rakyat sehingga beban bunga yang dibayar rakyat hanya 6 persen. Jadi, yang dibantu subsidi adalah rakyat, bukan bank.
Keberhasilan BRI dalam menjalankan fungsi intermediasi juga mampu diimbangi dengan manajemen risiko yang prudent. Hal tersebut tercermin dari rasio NPL BRI secara konsolidasian yang manageable dilevel 2,67 persen.
Advertisement
Didukung Modal Kuat
Disamping itu, BRI menyiapkan pencadangan yang cukup dengan NPL Coverage tercatat sebesar 305,73 persen, dimana angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage pada akhir 2021 yang sebesar 281,16 persen.
Pencadangan yang memadai tersebut merupakan langkah antisipatif dan upaya mitigasi risiko menghadapi ketidakpastian perekonomian global, kenaikan inflasi dan suku bunga, serta potensi perlambatan ekonomi.
Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit dan pembiayaan juga didukung dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat. Hal ini terlihat dari rasio LDR secara konsolidasian yang terjaga di level 87,09 persen dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 25,54 persen.
"Berdasarkan data statistik di atas, BRI yakin akan terus tumbuh secara sustainable, karena telah memiliki sumber pertumbuhan yang jelas, punya kecukupan modal dan likuiditas serta pengelolaan risiko yang lebih baik. Secara konsisten BRI akan fokus kepada UMKM”, ujar Sunarso.
Atas pencapaian tersebut, Sunarso pun menegaskan komitmen BRI untuk terus memberikan economic value dan social value utamanya terhadap negara dan masyarakat Indonesia.
"Saya ingin menegaskan kembali bahwa BRI adalah banknya rakyat. BRI berbisnis dengan rakyat dan diproses dengan caranya rakyat. Melalui pajak dan dividen, keuntungan BRI akan disetorkan kepada negara dan kemudian kembali lagi menjadi berbagai program Pemerintah untuk rakyat,” pungkasnya.