Liputan6.com, Jakarta - Indonesia Battery Corporation (IBC) resmi meneken kerja sama dengan tiga produsen motor listrik, yakni Volta, Alva, dan Gesits. Kerja sama tersebut dilakukan dalam rangka mengembangkan ekosistem kendaraan listrik.
Sebagaimana diketahui, ketiga produsen motor listrik tersebut merupakan anak usaha emiten, Volta dari anak usaha PT NFC Indonesia Tbk (NFCX), Alva dari anak usaha PT Indika Energi Tbk (INDY), dan Gesits dari cucu usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).
Baca Juga
Direktur Utama IBC, Toto Nugroho menuturkan, kerja sama ini menjadi sebuah langkah strategis dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Ini mengingat, standarisasi baterai motor listrik menjadil hal yang paling penting.
Advertisement
"Kita lakukan standarisasi baterai EV. Produsen selama ini harus merancang baterai sendiri, butuh biaya besar. PLN jadi bingung untuk membuat infrastruktur kalau standarnya beda-beda," kata Toto dalam konferensi pers, Selasa (28/3/2023).
Dengan demikian, kerja sama ini diharapkan dapat memudahkan pengguna kendaraan listrik dalam melakukan pengisian baterai. Sebab, baterai dari kendaraan listrik ketiga produsen tersebut memiliki standar yang sama.
"Kita langkah kecil dulu tapi strategis, baik hardware dan softwarenya, kita lakukan prototipe. Ini akan kita lakukan setelah MoU, harus ada produk jadi," kata dia.
Selain itu, Toto menyebut, konsep utama dari kerja sama ini agar pengisian baterai motor listrik tersebut memiliki standar yang sama. Dia menganalogikan konsep ini seperti ATM Bersama.
"Satu lagi konsep besar kita ini seperti ATM Bersama dari empat Himbara. Ada sistem bersama, ini di balik yang kita lakukan. Intinya apapun motor listriknya baterainya dari IBC dan listriknya dari PLN," imbuhnya.
Genjot Industri Kendaraan Listrik
Ia menuturkan, kerja sama ini menjadi langkah awal untuk IBC dalam rangka menggenjot industri kendaraan listrik di Indonesia. Selain itu, Toto memprediksi, hingga 2039 kebutuhan penggunaan baterai kendaraan listrik (mobil dan motor) akan menyentuh 60 GWh.
"Kalau kita lihat proyeksi baterai EV sampai 2039 butuh 60 GWh. Kalau investasi Hyundai di Karawang baru 10 Gwh," kata dia.
Selain itu, pemerintah menargetkan terdapat 300 ribu unit motor listrik pada tahun ini dengan rincian 50 ribu unit motor konversi, dan 250 ribu unit dari produksi manufaktur.
"China memiliki 32 juta (motor listrik). Kita ingin capai, skalanya besar. Kita tingkatkan penetrasi, kita ingin supaya EV dipakai sehari-sehari," ucapnya.
Sementara itu, Direktur Utama (Dirut) PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengatakan, kerja sama ini salah satu bagian dari perubahan iklim di sektor transportasi dari bahan bakar minyak menjadi energi listrik.
"Mou ini bagian dari memerangi perubahan iklim di sektor transportasi. Apalagi minyak masih impor, batu bara masih dipakai. Ini perubahan dari energi impor jadi lokal, energi mahal jadi murah," kata Darmawan.
Advertisement
Ada Program Subsidi Konversi Motor Listrik, PNBP Berpotensi Hilang Rp 6,25 Triliun
Sebelumnya, Pemerintah telah mengumumkan untuk memberikan insentif kepada kendaraan listrik. Untuk pembelian motor listrik baru akan disubsidi sebesar Rp 7 juta mulai berlaku 20 Maret 2023. Sedangkan untuk mobil listrik diberikan insentif PPN 10 persen yang akan berlaku April nanti.
Selain itu, pemerintah juga memberikan subsidi untuk konversi motor berbahan bakar fosil menjadi motor listrik dengan nilai Rp 7 juta yang juga sudah berlaku mulai 20 Maret 2023. Kebijakan untuk mengakselerasi ekosistem kendaraan listrik ini berimbas pada potensi penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
Direktur PNBP Kementerian/Lembaga Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Wawan Sunarjo mengatakan, konversi kendaraan listrik 2023 ditargetkan mencapai 50 ribu unit. Sementara nilai Sertifikasi Registrasi Uji Tipe (SRUT) per unit adalah sebesar Rp 25 juta, sehingga ada potensi PNBP yang hilang sekitar Rp 1,25 triliun.
"Program konversi motor listrik tahun ini ditargetkan mencapai 50 ribu unit. Sementara nilai Sertifikasi Registrasi Uji Tipe (SRUT) per unit adalah sebesar Rp 25 juta. Sehingga total (PNBP yang hilang di 2023) adalah Rp1,25 triliun," kata Wawan saat ditemui di Hotel Discovery Ancol, Jakarta, Rabu (22/3/2023).
Di tahun 2024 pemerintah masih akan memberikan subsidi konversi motor menjadi kendaraan listrik. Targetnya sebanyak 200 ribu unit dengan perkiraaan pungutan PNBP yang dibebaskan senilai Rp 5 triliun.
Sehingga jika ditotal, potensi penerimaan negara yang hilang dengan adanya program ini mencapai Rp 6,25 triliun. "Jadi dalam dua tahun ke depan nilai PNBP (yang hilang) adalah berjumlah Rp 6,25 triliun," sambungnya.
Begini Tahap dan Cara Konversi Motor BBM ke Motor Listrik, Tertarik Coba?
Pemerintah akan mulai menyalurkan subsidi motor listrik berbasis baterai pada 20 Maret 2023 mendatang. Namun, terdapat beberapa syarat dan tahapan bagi masyarakat yang ingin mendapatkan subsidi motor listrik dengan mengonversi kendaraan dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) ke berbasis listrik ini.
Sebelumnya Pemerintah telah mencatat jumlah kendaraan yang berhak mendapatkan subsidi motor listrik sampai Desember 2023. Dengan adanya bantuan ini diharapkan dapat mempercepat industri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai atau KBLBB di Indonesia sekaligus meningkatkan kualitas udara yang lebih ramah lingkungan.
“Insentif itu dimaksudkan dalam rangka mempercepat industri KBLBB di Tanah Air. Adapun, percepatan ini dalam rangkak mendorong efisiensi dan ketahanan energi, serta terwujudnya kualitas udara bersih dan ramah lingkungan,” tutur Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan seperti mengutip keterangan dari laman menpan.go.id, Selasa (14/3/2023).
Advertisement