Liputan6.com, Jakarta - Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) memutuskan untuk perubahan nomenklatur serta pengalihan tugas dan jabatan dari direksi.Â
Alhasil, RUPST menyetujui perubahan nomenklatur serta pengalihan tugas dan jabatan Direktur Human Capital dan Pengembangan menjadi Direktur Human Capital Management.Â
Baca Juga
Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito mengatakan, keyakinannya dengan penyesuaian yang terjadi akan membawa WIKA untuk bergerak lebih solid, terutama dalam mendukung langkah transformasi untuk menciptakan proses bisnis yang lebih optimal.
Advertisement
"Sejalan dengan tujuan tersebut, Wijaya Karya juga berkomitmen untuk menindaklanjuti aspirasi dari Kementerian BUMN sebagai pemegang saham Seri A Dwiwarna di antaranya meningkatkan tata Kelola dalam hal pengambilan proyek dan mengoptimalkan manajemen arus kas," kata Agung Budi Waskito dalam keterangan resminya, dikutip Jumat (5/4/2023).
Dengan demikian pengurus perseroan menjadi sebagai berikut:
- Direktur Utama: Agung Budi Waskito
- Direktur Operasi I: Hananto Aji
- Direktur Operasi II: Harum Akhmad Zuhdi
- Direktur Operasi III: Rudy Hartono
- Direktur Human Capital Management: Hadjar Seti Aji
- Direktur QHSE: Ayu Widya Kiswari
- Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko: Adityo Kusumo
Di sisi lain, hingga Maret 2023 perseroan telah mengantongi kontrak baru sebesar Rp 6,1 triliun. Kontribusi terbesar pada peraihan kontrak tersebut berasal dari segmen industri, dilanjutkan dengan segmen energi dan industrial plant, segmen infrastruktur dan bangunan gedung, segmen realti dan properti, serta segmen investasi.
Â
Proyek Wijaya Karya
Dalam deretan kontrak baru pada periode tersebut terdapat project Pembangunan Gedung Business Centre dan Lanjutan Landscape Poltekpar Bali yang dipercayakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) kepada WIKA dengan lingkup pekerjaan struktur, arsitektur, MEP, site development dan landscape senilai Rp 101,56 Miliar.
Dia bilang, proyek Gedung Business Centre dan Lanjutan Landscape Poltekpar Bali menggunakan mekanisme pembayaran monthly progress yang sesuai dengan strategi WIKA untuk memperkuat kondisi finansial WIKA.
Pada proyek ini, WIKA diberikan amanah untuk mendukung program Kemenparekraf dalam mensukseskan pelaksanaan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat di bidang kepariwisataan yang mampu bersaing secara global melalui penyempurnaan rencana pembangunan kawasan Poltekpar.
Gedung Business Centre akan menampilkan ciri khas desain bangunan Bali yang mendetail dengan estetika tinggi dan sentuhan kemegahan pada bagian koridornya yang selaras dengan Amphitheatre serta memiliki kapasitas menampung hingga 7.500 orang.
"Kami berkomitmen untuk mengerahkan kemampuan terbaik WIKA untuk menyelesaikan proyek ini secara tepat waktu dan tepat mutu,"Â ujar dia.
Â
Advertisement
Kinerja Keuangan Kuartal I 2023
Sebelumnya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2023. Pada periode tersebut, Wijaya Karya membukukan penjualan sebesar Rp 4,35 triliun.
Capaian ini mengalami peningkatan sebesar 37,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Kontribusi terbesar pada penjualan tersebut berasal dari segmen infrastruktur dan bangunan gedung disusul dengan Industri, EPCC dan realti properti.
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya, Mahendra Vijaya mengungkapkan, peningkatan penjualan ini sejalan dengan keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan perolehan kontrak baru pada tahun sebelumnya serta pemanfaatan digitalisasi proses yang mendorong ke arah yang lebih efektif dan efisien.
"Peningkatan perolehan kontrak baru ini kemudian menjadi modal bagi WIKA untuk menaikan produksi pada awal tahun ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya," ungkap Mahendra Vijaya dalam keterangan resmi, Rabu (3/5/2023).
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), beban pokok pendapatan pada kuartal I 2023 membengkak jadi Rp 4,02 triliun dari Rp 2,8 triliun pada kuartal I 2023. Sehingga laba bruto perseroan turun dari Rp 358,12 miliar pada kuartal I 2022 menjadi Rp 323,11 miliar pada kuartal I 2023.
Â
Â
Aset Wijaya Karya
Pada periode ini, beban usaha juga meningkat menjadi Rp 236,81 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 78,82 miliar. Alhasil, laba usaha pada kuartal I 2023 susut menjadi Rp 86,3 miliar dari Rp 279,3 miliar pada kuartal I 2022. Jumlah beban lain-lain pada kuartal I 2023 naik menjadi Rp 604,99 miliar dibandingkan kuartal I tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 262,46 miliar.
Setelah dikurangi beban pajak, perseroan membukukan rugi bersih Rp 526,53 miliar. Kondisi ini berbanding terbalik dari posisi kuartal I 2022, di mana perseroan masih membukukan laba bersih Rp 9,5 miliar. Adapun rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada kuartal I 2023 tercatat sebesar Rp 521,26 miliar.
Pada periode yang sama tahun lalu, perseroan masih membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,33 miliar. Aset perseroan sampai dengan 31 Maret 2023 turun menjadi Rp 72,74 triliun dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 75,07 triliun.
Liabilitas turun menjadi Rp 55,77 triliun dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 57,58 triliun. sementara ekuitas sampai dengan 31 Maret 2023 turun menjadi Rp 16,97 triliun dari Rp 17,49 triliun yang dicatatkan pada akhir tahun lalu.
Advertisement