Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Selasa, 11 Juli 2023. Wall street melesat seiring pelaku pasar menanti data inflasi utama yang dijadwalkan rilis akhir pekan ini.
Dikutip dari CNBC, Rabu (12/7/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melambung 317,02 poin atau 0,93 persen ke posisi 34.261,42. Indeks S&P 500 bertambah 0,67 persen ke posisi 4.439,26. Indeks Nasdaq naik 0,55 persen ke posisi 13.760,70.
Baca Juga
Saham Salesforce di wall street naik hampir 4 persen setelah perusahaan mengumumkan akan menaikkan harga secara keseluruhan pada Agustus.
Advertisement
Saham Activision Blizzard melompat 10 persen setelah seorang hakim federal menolak permintaan Federal Trade Commission (FTC) untuk perintah awal menolak hentikan akuisisi Microsoft atas perusahaan video game tersebut. Keputusan itu berarti dua perusahaan semakin dekat menyelesaikan kesepakatan mereka.
Laporan indeks harga konsumen pada Juni yang akan rilis Rabu pekan ini, serta indeks harga produsen Juni yang akan rilis Kamis, akan menjelaskan apakah penurunan inflasi terus berlanjut, dan menciptakan arah kebijakan suku bunga ke depan.
Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones prediksi indeks naik 3,1 persen bulan lalu dari year over year (YoY).
Investor telah prediksi kenaikan 25 basis poin pada pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) pada 25-26 Juli 2023.
Akan tetapi, mereka ragu-ragu tentang apa yang akan dilakukan bank sentral pada pertemuan September setelah data pekerjaan AS yang kuat pekan lalu menimbulkan kekhawatiran pembuat kebijakan akan kembali menaikkan suku bunga setelah pertahankan suku bunga acuan pada Juni pekan ini.
Menanti Data Inflasi AS
“Saya pikir (pada Rabu) Anda akan melihat bukti lebih lanjut inflasi yang diukur CPI terus menurun. Dan banyak dari itu karena dampak COVID-19. Tapi itu tidak cukup baik untuk the Fed. The Fed khawatir tentang ada harga upah,” ujar Chief Investment Officer Northwestern Mutual Wealth Management Company, Brent Schutte, dikutip dari CNBC.
“Saya pikir akan ada resesi, karena Fed (akan) terus berjalan sampai mereka melihat pasar tenaga kerja dan sampai pertumbuhan upah jauh di bawah 4 persen,” ia menambahkan.
Musim laporan laba kuartal II mulai pekan ini dengan hasil dari lembaga keuangan yang penting secara sistemik yakni JPMorgan Chase, Wells Fargo, Citigroup, dan BlackRock. Selain itu, PepsiCo, dan Delta Air, serta UnitedHealth.
Meski wall street telah antisipasi resesi selama berbulan-bulan, reli pasar pada semester I 2023 telah menunda kontraksi. “Saya pikir apa yang terjadi adalah semakin banyak orang yang menyerah. Dan yang kami lihat adalah pergeseran dari oh, tidak ke FOMO,” ujar Chief Investment Strategist, CFRA, Sam Stovall.
“Orang-orang adalah benar-benar takut tentang apa yang mungkin terjadi dengan pasar, tetapi pasar terus naik,” ia menambahkan.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 10 Juli 2023
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Senin, 10 Juli 2023. Wall street memulai pekan dengan fokus pada inflasi, suku bunga dan awal musim rilis laba kuartal II 2023.
Dikutip dari Yahoo Finance, Selasa (11/7/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 0,62 persen ke posisi 33.944,40. Indeks S&P 500 mendaki 0,24 persen ke posisi 4.409,53. Indeks Nasdaq menanjak 0,18 persen ke posisi 13.685.
Wall street menantikan laporan inflasi konsumen dan produsen AS yang akan dirilis akhir pekan ini. Diperkirakan inflasi mereda. Hal itu dapat mendorong the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS melonggarkan kenaikan suku bunga pada akhir 2023 meski masih terlihat kemungkinan kenaikan pada Juli bahkan setelah beberapa penurunan dalam laporan pekerjaan pada Juni 2023.
Sementara itu, di China, data harga baru meningkatkan momok deflasi di ekonomi terbesar kedua di dunia karena langkah stimulus Beijing tampaknya gagal.
Sementara itu, investor bersiap untuk hasil laporan keuangan bank pada kuartal II antara lain JPMorgan dan Citi.
Dua pejabat the Fed mengatakan lebih banyak kenaikan suku bunga mungkin diperlukan untuk meredam inflasi.
Yahoo Finance melaporkan, Presiden the Fed Cleveland Loretta Mester dan Presiden the Fed San Francisco Mary Daly sama-sama menyerukan kenaikan lebih lanjut.
Mester menuturkan belum membuat keputusan tentang apakah suku bunga harus dinaikkan pada pertemuan berikutnya, tetapi isyaratkan dalam pidato di US San Diego Economics Roundtable kalau langkah the Fed selanjutnya menaikkan suku bunga. Kemudian mempertahankannya pada level itu untuk mengumpulkan lebih banyak data.
Suku Bunga The Fed Bakal Naik
“Kebijakan suku bunga yang sedikit lebih tinggi secara kasar akan menyamakan probabilitas langkah kebijakan selanjutnya akan menjadi langkah pengetatan versus langkah pelonggaran,” ujar dia.
Ia menambahkan, ini akan menjadi titik pegangan yang baik karena mengumpulkan lebih banyak informasi tentang apakah ekonomi berkembang seperti yang diharapkan.
Presiden the Fed San Francisco Mary Daly menuturkan, dua kenaikan suku bunga lagi diperlukan untuk menurunkan inflasi pada 2023.
“Saya mendukung untuk memperlambat laju pengetatan, tetapi juga menyadari kita mungkin membutuhkan beberapa kenaikan suku bunga lagi selama tahun ini untuk menurunkan inflasi,” ujar Daly.
“Risiko melakukan terlalu sedikit lebih besar daripada risiko melakukan terlalu banyak, tetapi celah itu semakin sempit,” ia menambahkan.
Sejumlah pejabat the Fed ingin menaikkan suku bunga 0,25 persen bulan lalu tetapi tetap menyetujui jeda tersebut, menurut risalah dari pertemuan the Federal Open Market Committee (FOMC), komite the Fed yang memutuskan kebijakan moneter. FOMC akan bertemu lagi pada akhir Juli tepatnya 25-26 Juli 2023.
Advertisement