Liputan6.com, Jakarta - PT Satria Antaran Prima Tbk (SAPX) berencana melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue.
Pada aksi tersebut, perseroan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2.496.666.700 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Sehubungan dengan rencana rights issue, perseroan akan meminta restu pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) dijadwalkan terselenggara pada 21 Agustus 2023.
Baca Juga
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis, 27/7/2023), seluruh dana yang diperoleh dari PMHMETD I, setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi, akan dipergunakan seluruhnya oleh Satria Antaran Prima untuk rencana pengembangan usaha Perseroan berupa modal kerja perseroan.
Advertisement
Secara umum, pelaksanaan rights issue ini akan memberikan tambahan modal baru bagi perseroan. Sehingga akan memperkuat struktur permodalan yang tercermin pada kenaikan ekuitas dan tentunya meningkatkan aset khususnya pada kas perseroan untuk mendukung rencana pengembangan usaha di masa yang akan datang.
Dalam jangka panjang, penambahan modal ini diharapkan dapat berdampak signifikan pada profitabilitas, arus kas, perbaikan layanan, percepatan pertumbuhan pendapatan, pangsa pasar, keberlangsungan usaha, dan tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh Perseroan kepada pemegang saham.
Meningkatnya jumlah ekuitas khususnya pada jumlah saham yang beredar di masyarakat, dan dengan adanya penambahan modal ini, Â diharapkan dapat meningkatkan kapitalisasi pasar dan likuiditas saham Perseroan. Pada akhirnya, kondisi itu diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham.
Rights Issue
Sebelumnya, PT Satria Antaran Prima Tbk (SAPX) berencana melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD I) atau rights issue.
Pada aksi tersebut, perseroan berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 2.496.666.700 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Kamis (13/7/2023), seluruh dana yang diperoleh dari PMHMETD I, setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi, akan dipergunakan seluruhnya oleh perseroan untuk rencana pengembangan usaha perseroan berupa modal kerja.
Perseroan berencana meminta restu pemegang saham atas rencana rights issue ini pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan 21 Agustus 2023.
Pemegang saham perseroan yang tidak menggunakan haknya untuk memesan saham baru yang ditawarkan dalam PMHMETD I sesuai dengan HMETD yang dimilikinya, pemegang saham tersebut akan terdilusi atas kepemilikan sahamnya sebesar maksimum 74,97 persen.
Pelaksanaan HMETD akan memberikan dampak bagi perseroan berupa tambahan modal baru yang akan memperkuat struktur permodalan dan meningkatkan kas perseroan untuk mendukung rencana pengembangan usaha perseroan di masa yang akan datang.
Sehingga dalam jangka panjang diharapkan dapat berdampak signifikan pada profitabilitas, arus kas, perbaikan layanan, percepatan pertumbuhan pendapatan, pangsa pasar, keberlangsungan usaha, dan tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh Perseroan kepada pemegang saham.
Selain itu, PMHMETD I ini akan meningkatkan jumlah saham yang beredar di masyarakat yang tercatat di pasar modal dalam negeri. Sehingga dengan adanya penambahan modal dengan memberikan HMETD ini diharapkan akan dapat meningkatkan kapitalisasi pasar Perseroan dan likuiditas saham Perseroan, yang pada akhirnya diharapkan akan dapat memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham.
Â
Advertisement
Emiten Makin Rajin Galang Dana Lewat Rights Issue, Sudah Tembus Rp 22,8 Triliun hingga Mei 2023
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat kenaikan jumlah penggalangan dana lewat aksi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Hingga 29 Mei 2023, Bursa mencatat penggalangan dana lewat aksi ini telah mencapai Rp 22,8 triliun. "Per 29 Mei 2023 terdapat 17 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan rights issue dengan total nilai Rp 22,8 triliun," ungkap Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna,  kepada wartawan, dikutip Selasa (30/5/2023).
Nyoman menambahkan, angka itu mengalami kenaikan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sebagai gambaran, periode Januari-Mei 2021 terdapat 9 perusahaan tercatat yang melaksanakan rights issue dengan nilai fundraised mencapai Rp 4,5 triliun.
Sedangkan pada periode Januari-Mei 2022 terdapat 13 perusahaan tercatat yang melaksanakan rights issue dengan nilai fundraised mencapai Rp 14,3 triliun. Sedangkan data teranyar per 29 Mei 2023, terdapat 17 Perusahaan dengan nilai fundraised sebesar Rp 22,8 triliun.
"Hal ini menunjukkan tren kenaikan dalam 3 tahun terakhir baik dari sisi jumlah perusahaan yang melakukan rights issue maupun nilai dana yang dihimpun," kata Nyoman.
Sebelumnya, BEI mencatat terdapat 25 perusahaan dalam pipeline rights issue per 26 Mei 2023, dengan asumsi saat itu baru ada 16 perusahaan yang gelar rights issue.
Adapun rincian emiten dalam pipeline rights issue berdasarkan sektornya adalah sebagai berikut:
• 1 Perusahaan dari sektor basic materials
• 7 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 5 Perusahaan dari sektor energy
• 7 Perusahaan dari sektor financials
• 0 Perusahaan dari sektor healthcare
• 0 Perusahaan dari sektor industrials
• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Â