Ingin Investasi di Reksa Dana? Simak Strateginya

Reksa dana menjadi salah satu instrumen investasi. Ingin investasi di reksa dana? Simak dulu ulasan ini.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 01 Okt 2023, 07:03 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2023, 16:32 WIB
Ingin Investasi di Reksa Dana? Simak Strategi Investasinya
Dewasa ini, sejumlah masyarakat menyadari pentingnya melakukan investasi sejak dini. Hal itu terlihat dari peningkatan masyarakat yang melakukan investasi di pasar modal.

Liputan6.com, Jakarta - Dewasa ini, sejumlah masyarakat menyadari pentingnya melakukan investasi sejak dini. Hal itu terlihat dari peningkatan masyarakat yang melakukan investasi di pasar modal

Dalam investasi pun dikenal strategi yang disebut dengan asset allocation, atau secara sederhana membagi investasi ke beberapa jenis investasi agar memperoleh portofolio investasi yang sesuai dengan profil risikonya. 

Sebagai contoh, investor dengan profil risiko yang agresif biasanya disarankan untuk mengalokasikan yang lebih besar pada instrumen reksa dana saham, sebaliknya investor yang memiliki profil risiko konservatif disarankan masuk ke instrumen reksa dana pendapatan tetap.

"Kalau untuk reksa dana yang biasanya kita sarankan 50-70 persen sesuai risk profil kalau agresif di reksa dana saham, kalau konservatif 50-70 persen di reksa dana fixed income (pendapatan tetap)," kata Direktur PT Panin Asset Manajemen Rudiyanto, Sabtu (30/9/2023).

Menurut ia, reksa dana merupakan salah satu instrumen investasi yang cukup aman. Sebab, racikan portofolio investasi dilakukan oleh manajer investasi. 

Selain itu, reksa dana juga dinilai cukup aman karena telah dilakukan diversifikasi secara sektor oleh manajer investasi. Artinya, reksa dana ini tidak hanya fokus pada sektor saja.  "Reksa dana itu hampir tidak ada yang ke satu sektor, tapi ke 5-6-7 sektor," kata dia.

Manajer investasi meski banyak menaruh portofolio di sektor perbankan. Akan tetapi, bank pilihannya memiliki kapitalisasi pasar yang memang besar. 

Di samping itu, ia menjelaskan, reksa dana dibayangi dalam beberapa waktu ke depan dibayangi oleh pergerakan suku bunga AS. Tak hanya itu, kebijakan dari suku bunga AS ini pun berpotensi membuat asing melakukan aksi jual baik di instrumen saham maupun obligasi. 

 

KSEI Catat Pertumbuhan Investor Reksa Dana hingga Juni 2023

Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Mayofi)
Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Mayofi)

Sebelumnya, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatatkan pertumbuhan investor reksa dana 9,40 persen secara year to date. Hingga Juni 2023, single investor identification (SID) reksa dana menyentuh angka 10,5 juta.

Berdasarkan data KSEI, ditulis Jumat (21/7/2023), SID tersebut meningkat dari Mei 2023, pada periode tersebut SID reksa dana mencapai 10,34 juta.

Meski demikian, nilai asset under management (AUM) reksa dana hingga Juni 2023 turun sebesar 0,79 secara year to date atau menyentuh angka Rp 797,66 triliun. Pada periode Mei 2023, AUM reksa dana mencapai Rp 798,98 triliun.

Namun, nilai AUM hingga Juni 2023 tersebut terhitung mengalami pertumbuhan 0,04 persen dibandingkan pada 2022 sebesar Rp 797,31 miliar.

Jika melihat produk investasi, Discretionary Fund atau kontrak pengelolaan dana (KPD) menjadi penyumbang nilai terbesar, yakni Rp 245,34 triliun hingga Akhir Juni 2023.

Selain itu, reksa dana fixed income atau pendapatan tetap berada di posisi kedua dengan nilai Rp 151,94 triliun. Lalu, di posisi ketiga terdapat reksa dana terproteksi (capital protected fund) dengan total dana kelolaan Rp 105,32 triliun.

Keempat ada reksa dana saham dengan total dana kelolaan sebesar Rp 102,75 triliun. Selanjutnya, reksa dana pasar uang dengan total dana kelolaan Rp 77,17 triliun.

Komposisi kepemilikan investor institusi menyentuh 68,76 persen dari total nilai AUM. Sementara itu, investor individu menyentuh 31,24 persen dari total nilai AUM.

Nilai AUM reksa dana yang dikelola institusi asuransi mencapai Rp 176,98 triliun hingga Juni 2023, sedangkan institusi keuangan mengelola AUM reksa dana sebesar Rp 95,81 triliun pada Juni 2023 atau turun dari Rp 96,06 triliun pada Mei 2023. Lalu, nilai AUM reksa dana yang dikelola korporasi mencapai Rp 49,19 triliun.

 

NAB Reksa Dana Sentuh Rp 505,69 Triliun, Merosot 12,58 Persen pada 2022

Ilustrasi investasi, investasi saham (Photo by Tech Daily on Unsplash)
Ilustrasi investasi, investasi saham (Photo by Tech Daily on Unsplash)

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana mencapai Rp 505,69 triliun per 28 Desember 2022.

Total dana kelolaan tersebut turun 12,58 persen dari periode 2021 sebesar Rp 578,44 triliun. NAB reksa dana turun juga diikuti produk reksa dana susut 2,5 persen menjadi 2.143 produk hingga 28 Desember 2022 dari periode 2021 yang mencapai 2.198 produk.

“Kinerja reksa dana masih mengalami tekanan yang disebabkan beberapa faktor antara lain terkait kebijakan shifting unit link ke instrument keuangan lain di luar reksa dana,” demikian mengutip dari laman OJK, Minggu (1/1/2023).

Adapun per 29 Desember 2022, IHSG telah berada di posisi 6.860,08 poin atau berhasil tumbuh sebesar 4,23 persen secara year-to-date. Seiring dengan pertumbuhan IHSG tersebut, kapitalisasi pasar juga tumbuh sebesar 15,18 persen secara year-to-date yaitu sebesar Rp9.509 triliun.

IHSG juga menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah di level 7.318,01 poin, tepatnya pada 13 September 2022. Demikian halnya dengan kapitalisasi pasar yang mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah pada tanggal 27 Desember 2022 sebesar Rp9.600 triliun.

Seiring dengan telah pulihnya kembali aktivitas perekonomian domestik, aktivitas penghimpunan dana melalui pasar modal terus meningkat.

 

Penghimpunan Dana di Pasar Modal

Ilustrasi Investasi. Freepik
Ilustrasi Investasi. Freepik

Per 29 Desember 2022, OJK telah mengeluarkan surat pernyataan efektif atas pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum untuk 224 penawaran umum yang terdiri dari 57 Penawaran Umum Perdana Saham, 44 penawaran umum Terbatas, 123 penawaran umum efek bersifat utang dan/atau sukuk dengan total nilai hasil Penawaran Umum sebesar Rp266,41 triliun.

Dari sisi demand, OJK mencatat pertumbuhan jumlah investor ritel di Indonesia juga sangat pesat, terbukti saat ini jumlah investor ritel mencapai 10,30 juta SID atau meningkat lebih dari 10 kali lipat dalam 5 tahun terakhir. Sejak tahun 2020, OJK melihat pertumbuhan jumlah investor Pasar Modal lebih dari 2,5 juta SID setiap tahunnya.

Selanjutnya penghimpunan dana melalui securities crowdfunding (SCF) untuk mendukung pengembangan UMKM juga terus mengalami pertumbuhan dengan telah berhasil dimanfaatkan oleh 334 pelaku UMKM dengan total penghimpunan dana sebesar Rp713,29 miliar dari 13 platform Penyelenggara SCF.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya